NovelToon NovelToon
Aku Cinta Kamu, Dia, Dan Mereka

Aku Cinta Kamu, Dia, Dan Mereka

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Dikelilingi wanita cantik / Pelakor / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Identitas Tersembunyi
Popularitas:231
Nilai: 5
Nama Author: Wahyu Ibadurahman

Di sebuah sekolah yang lebih mirip medan pertarungan daripada tempat belajar, Nana Aoi—putri dari seorang ketua Yakuza—harus menghadapi kenyataan pahit. Cintanya kepada Yuki Kaze, seorang pria yang telah mengisi hatinya, berubah menjadi rasa sakit saat ingatan Yuki menghilang.

Demi mempertahankan Yuki di sisinya, Ayaka Ito, seorang gadis yang juga mencintainya, mengambil kesempatan atas amnesia Yuki. Ayaka bukan hanya sekadar rival cinta bagi Nana, tapi juga seseorang yang mendapat tugas dari ayah Nana sendiri untuk melindunginya. Dengan posisi yang sulit, Ayaka menikmati setiap momen bersama Yuki, sementara Nana harus menanggung luka di hatinya.

Di sisi lain, Yuna dan Yui tetap setia menemani Nana, memberikan dukungan di tengah keterpurukannya. Namun, keadaan semakin memburuk ketika Nana harus menghadapi duel brutal melawan Kexin Yue, pemimpin kelas dua. Kekalahan Nana dari Kexin membuatnya terluka parah, dan ia pun harus dirawat di rumah sakit.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyu Ibadurahman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 15.

...Ayaka Ito ...

Setelah mereka mandi dan sudah berpakaian, Yuki, Yuna dan Nana keluar dari kontrakan, mereka berjalan bersama di trotoar, mencari tempat sarapan. Namun sejak tadi, Nana terus menggandeng tangan Yuki dengan erat. Dan itu mulai mengganggu pemandangan bagi Yuna. “Lu bisa gak sih gak gandengan tangan?” ucap Yuna kesal.

Nana meliriknya sambil menaikkan alis. “Dih, dia cowok gue. Kenapa lu sewot?”. Nana tidak benar-benar ingin membuat Yuna marah, dia hanya sekedar becanda.

Namun Yuna tidak tau itu. Dia merasa kesal dengan ucapan Nana. “Eh, lu mikir gak sih? Gue juga udah dipake sama Yuki.”

Yuki nyaris tersedak udara mendengar ucapan Yuna yang begitu blak-blakan.

Tapi Nana tetap santai dan masih menggoda Yuna. “Lah, elu sendiri kenapa mau?” ucapnya tanpa beban.

“Dih, anjir lu! Gue mending pulang aja.” Yuna menghentikan langkahnya, menatap Nana dengan wajah jengkel. Tapi sebelum dia berbalik pergi, Nana langsung meraih tangannya. Lalu Nana mencium pipi Yuna. “Becanda, sayang” godanya sambil tersenyum nakal.

Yuna langsung mengelap pipinya. “dih nyium gue, Jijik tau!”

Nana malah tertawa puas melihat ekspresi Yuna seperti itu.

Yuki yang dari tadi diam, menyaksikan mereka berdua berebut omongan ahirnya ia berkomentar, “Kalian ini kayak kucing sama anjing?” ucap Yuki yang sudah mulai pusing sendiri.

Nana menoleh dengan tatapan tajam. “Lu bilang apa?” , ucap Nana merasa tidak terima.

Yuki memilih diam. Dia tau Berdebat dengan Nana cuma buang-buang waktu, ujung-ujungnya dia pasti kalah.

Mereka melanjutkan jalan, hingga Akhirnya, mereka menemukan sebuah kedai kecil di pinggir jalan dan mereka masuk ke dalamnya.

Di dalam, Yuki, Yuna dan Nana duduk bertiga, dengan posisi Yuki berada di tengah, dan menikmati sarapan dalam keheningan yang damai, setidaknya untuk sementara waktu.

Beberapa saat kemudian, mereka menyelesaikan sarapannya, dan kembali ke kontrakan. Dalam perjalanan, Yuna tiba-tiba berhenti. “Gua langsung pulang ya.” ucapnya singkat.

Nana menatapnya dengan bingung. “Masih siang tau, mau ngapain lu di kontrakan sendirian?”

“Daripada di sini, panas hati liat lu mesra terus sama Yuki.” ucap Yuna sambil cemberut.

Nana tertawa kecil. “Lu cemburu?” tanyanya sambil menyeringai.

Yuna mendengus, lalu memutar bola matanya. “Pikir aja sendiri.”

Nana mendadak berpikir sebentar, ia tidak mau membuat sahabatnya merasa kecewa, kemarin Yuna telah mengesampingkan egonya, untuk membantu dia dalam pertarungan. “Yaudah, gua ikut sama lu.”

"Eh?", Yuna menatapnya dengan heran. “Lu yakin gak apa-apa jauh sama Yuki?” tanyanya sambil melirik ke arah cowok itu.

Nana tidak menjawab. Sebaliknya, ia menarik kerah baju Yuki dan mendekatkan wajahnya. “Lu bisa setia kan sama gue?” tanyanya tajam.

Yuki tersenyum miring. “Enggak. Buktinya semalam gue tidur sama Yuna.”

Yuna tertawa lepas mendengar ucapan Yuki, sambil mengingat kembali momen itu, pipinya memerah.

Nana menyipitkan mata. Tapi bukannya marah, dia malah tersenyum. “Emang lu suka sama Yuna juga?”

Yuki mengangkat bahu santai. “Kalau gak suka, gua gak bakal mau tidur sama dia.”

Nana menatapnya lama. Lalu, ia akhirnya menghela napas pendek. “Yaudah. Cukup gua sama Yuna aja. Awas kalau lu pacaran sama cewek lain.”

Yuki mengangkat tangan seolah bersumpah. “Iya, sayang.”

"Eh, apa itu artinya sekarang gue pacarnya Yuki juga?" Tanya Yuna.

"Itu tergantung dia" ucap Nana sambil menunjuk Yuki. "Kalau dia mau jadiin lu pacar, gue sih ok aja".

"Lu gak cemburu?" Tanya yuki sambil mengangkat alis.

"Entah lah, yang jelas gue benci liat lu di cium Ayaka", ucap nana sambil mengingat kejadian kemarin malam, saat Ayaka tiba-tiba muncul.

"Eh,,, Ayaka cium yuki?" Yuna terkejut mendengar itu. "Itu artinya lu bekas Ayaka juga?", mata Yuna menatap tajam Yuki. "Jangan-jangan waktu di hotel, lu make si Ayaka juga?".

"Enggak, gue melakukan itu hanya sama Nana dan elu doang". Ucap yuki mengangkat dua jarinya.

"Awas aja lu kalau suka sama si Ayaka juga," ucap Nana sambil mengepalkan tinjunya.

Yuki mencubit pipinya. "Gua janji, cuma kalian berdua saja"

Nana mendecak kesal.“Gua pegang janji lu.” Nana lalu menghela napas dan mengusap rambutnya. “Sekarang gua mau ke kontrakan lama. Lu jaga diri baik-baik.”

“Lu juga hati-hati di jalan.” Tanpa ragu, Yuki mendekat dan mencium kening Nana. Nana terdiam sesaat, lalu langsung mendorong wajah Yuki. “Dih, lebay anjir.”

Tapi Yuki hanya terkekeh.

Saat sudah sampai kontrakan,Nana masuk ke kamar untuk mengambil beberapa pakaian, sementara Yuki * mendekati Yuna yang masih berdiri di luar.

Yuna melihatnya dengan curiga. “Mau apa lu?”

Tapi sebelum dia bisa menghindar, Yuki menarik lehernya dan mengecup keningnya singkat. Yuna terdiam sejenak. Lalu tersipu malu.

“Hati-hati.” bisik Yuki pelan.

Yuna tidak menjawab, hanya menoleh ke arah lain sambil berdehem kecil. Tak lama kemudian, Nana keluar. Mereka pun akhirnya pergi bersama, meninggalkan Yuki sendiri di kontrakan.

Yuki masuk ke dalam kontrakan, berbaring di kasur. Menatap langit-langit dengan mata kosong. Lalu, ia menghela napas panjang. “ini gila sih, punya pacar sekaligus dua, seandainya Nana bisa lembut kaya Yuna, mungkin akan lebih bahagia.” Ia menyeringai kecil.

**

Saat sore mulai tiba, Nana dan Yuna berada di kontrakan Yuna. Nana teringat saat Ayaka meminta Yuki datang ke hotel. Hatinya mulai merasa curiga. “Lu ikut gua ke hotel waktu itu.”ucapnya tiba-tiba.

Yuna mengerutkan dahi. “Mau ngapain ke sana?”

Nana menyeringai tipis. “Lu lupa? Semalam Ayaka ngajak Yuki buat ketemu sore ini.”

Mata Yuna menyipit. “Yuki gak bakal datang.” ucapnya dengan yakin.

Nana meliriknya dengan penuh selidik. “Kenapa lu yakin gitu?”

Yuna mengangkat bahu santai. “Bukannya dia udah janji bakal setia?”

Nana terdiam sejenak, tapi tetap saja hatinya tidak tenang sebelum melihatnya sendiri.

Yuna menatapnya . “Lu ini gimana sih? Gak percaya sama cowok lu sendiri?”

Nana tidak langsung menjawab. Dalam hatinya, ada sedikit keraguan. Dan Yuna tahu itu. Tanpa banyak basa-basi, Yuna menarik tangan Nana. “Ayo ke hotel. Kita buktikan sendiri.”

Nana mengangguk. "Ayo".

Ahirnya mereka pergi ke hotel yang saat itu mereka bertemu setelah kembali dari tempat hiburan malam.

**

Setibanya di hotel, mereka menuju kamar yang sebelumnya Ayaka sewa. Di depan pintu, Nana mengangkat tangannya, bersiap menggedor pintu. Tapi Yuna buru-buru menahan tangannya. “Ada bel, bodoh. Ngapain mau di gedor?”

Nana mendengus. “Gua kesel aja sama Ayaka.”

“Justru kalau lu gedor, dia gak bakal keluar.” ujar Yuna santai.

Tanpa menunggu jawaban, Yuna menekan bel. Beberapa detik kemudian, pintu terbuka. Ayaka melangkah keluar, menengok kanan dan kiri dengan ekspresi santai. Lalu, ia menatap Nana dengan senyum meremehkan. “Mana cowok lu?”tanyanya dengan nada menggoda.

Tatapan Nana langsung tajam. “Jangan ngeles. Yuki ada di dalam, kan?” Tanpa aba-aba, Nana nyelonong masuk ke dalam kamar.

Yuna mendesah panjang. “Oi, Nana! Gak sopan, tau.”

“Bodo amat.” ucap Nana tanpa memperdulikan mereka.

Ayaka dan Yuna menyusul ke dalam, melihat Nana mulai menggeledah kamar mandi, membuka lemari, bahkan mengecek di bawah ranjang.

Sementara itu, Ayaka hanya menyilangkan tangan dan tersenyum sinis.

“Lu sembunyiin Yuki di mana?” Nana menatapnya penuh emosi.

Ayaka mengangkat bahu santai.

“Gua udah bilang, Yuki gak bakal datang.” ujar Yuna dari belakang.

Ayaka melirik Yuna lalu tersenyum miring. “Lu lebih cocok jadi ceweknya Yuki.”

Nana langsung menoleh tajam. “Apa maksud lu?”

“Yuna lebih percaya sama Yuki dibanding lu.” jawab Ayaka santai.

Nana terdiam. Ucapan Ayaka menusuknya lebih dalam dari yang dia kira.

Ayaka melangkah mendekat dan bersandar di dinding dengan ekspresi puas. “Pacaran kalau udah gak saling percaya, gak bakal bahagia.” lanjutnya dengan nada tajam.

Nana mengepalkan tangan merasa kesal dengan Ayaka. “Bacot lu.”

Ayaka tertawa kecil. “Makanya, jangan terlalu posesif. Lu tuh insecure.”

“Lu jangan godain cowok gua terus, makanya.” Nana mendelik kesal.

“Tapi gua suka cowok lu.” ucap Ayaka tanpa ragu.

Nana menggeram.“Dih, jablay! Asal ngomong aja lu.”

Ayaka menyeringai. “Mau bertaruh?” tanyanya tiba-tiba.

Nana mengernyit. “Taruhan apaan?”

“Kita bertarung.” Ayaka menyilangkan tangan di dadanya. “Kalau gua kalah, gua gak bakal ganggu cowok lu lagi.”

Nana mendengus. “terus kalau gua yang kalah?”

Ayaka tersenyum penuh arti. “Lu sendiri yang bawa Yuki ke kamar gua.”

"Jangan mau bodoh, gue gak mau Yuki di pake sama dia", sahut Yuna.

Ayaka terkejut dengan ucapan Yuna, "kenapa lu yang gak rela Yuki di pake sama gue?"

"Karena gue juga ceweknya Yuki" Ucap yuna tanpa ragu.

Ayaka tertawa, "kalau begitu, gue juga boleh dong jadi ceweknya Yuki?"

"Lu udah tua, mikir napa ?" Ucap Nana. "Lagipula gue gak sudi berbagi Yuki sama elu".

"Kalau begitu, ayo kita bertarung" ucap Ayaka penuh semangat, "tapi lu harus sportif, jika lu kalah, bawa Yuki ke kamar gue, tidak apa-apa hanya semalam saja".

Tatapan Nana langsung tajam. darahnya sudah mendidih. “Oke.” ucapnya mantap.

Yuna menepuk jidatnya.“Gila lu.” gumamnya.

"Lu gak usah hawatir, gue gak akan kalah", ucap Nana sambil menoleh ke arah Yuna.

Ayaka melangkah menuju pintu. “Ayo kita ke rooftop.”

Tanpa ragu, Nana mengikuti dari belakang. Dan Yuna, meskipun tahu ini bukan ide bagus, tidak punya pilihan selain ikut.

1
🐌KANG MAGERAN🐌
mampir kak, semangat dr 'Ajari aku hijrah' 😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!