Aku tak pernah membayangkan bahwa aku akan merasakan kepahitan dalam hidup. keluargaku yang memiliki aset kekayaan yang melimpah tiba-tiba saja bangkrut mendadak, dan yang lebih gilanya lagi Papah dan Mamah memaksa aku menikah dengan kepercayaan sang papah yang terkenal dingin dan datar itu. Aku sudah dapat membayangkan bagaimana kehidupan pernikahanku bersamanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lijaloverrr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Happy Reading
####
Pandu sampai di tempat Alicah dan Siska berada. dengan wajah yang terlihat begitu datar dan khawatir.
Flashback on
Pandu tidak menemukan keberadaan Alicah dan Siska, ia memilih kembali semoga mereka udah ada di rumah. Pandu pantang menyerah mencari keduanya. Sampai- sampai pandu mencari sampai ke desa sebelumnya lagi. entah sudah berapa lama ia mencari sekarang sudah pukul setengah du bekas malam. Pandu membuang nafas kasar. ia menghentikan sepeda motornya di pinggir jalan. ia berpikir tempat mana yang akan mereka datangi. Tiba-tiba handphone Di kantong celananya berdering menandakan ada yang menghubungi. Ia mengambil dan melihat siapa dan ternyata Nomor Siska yang menghubungi. Pandu dengan segera mengangkat.
"Halo sis,"
"(Halo . apakah benar ini dengan saudara?"). pandu mengerutkan kening bingung mendengar suara orang lain diseberang sana.
"Ya dengan saya sendiri,"
"(Saya ingin memberitahukan bahwa sedari Siska dan temannya mengalami kecelakaan dan sekarang sedang berada di Rumah sakit Meida, saya berharap anda segera datang,)" Pandu kaget mendengar berita itu.
"APA,, Saya akan segera kesana," Pandu memutuskan panggilan dan buru-buru bergegas menuju ke suatu tempat. sepanjang perjalanan pandu tidak bisa tenang. ia sangat khawatir pada Alicah dan Siska.
Flashback off
Pandu telah sampai di Rumah sakit melda, ia memarkirkan sepeda motornya lalu berlari masuk kedalam. mendekati meja resepsionis.
"Maaf saya ingin bertanya Ruangan Atas nama Siska dengan kasus kecelakaan," napas Pandu ngos-ngosan.
"Mohon tunggu sebentar pak," Sang resepsionis memeriksa dan menemukan atasa yang ditanyakan Pandu.
"Nona Siska dan Nona Alicah saat ini masih berada di Ruang UGD ." Jawab resepsionis dengan Ramah. ia teroana melihat Pandu dengan wajah rupawannya.
"Makasih Sus," Pandu melangkah mencari di mana letak UGD tak perlu waktu lama ia sudah berada di depan ruangan UGD.
Ia bergegas masuk dan mendapati Seorang Dokter yang yang sedang memeriksa Siska. matanya menangkap keberadaan Alicah yang sedang di infus, Ia mendekat memperhatikan Alicah yang keninggnya terdapat perban. Mungkin Alicah diberikan obat yang membuatnya mengantuk.
Siska,"
"Eh mas Pandu," Siska sedikit takut melihat raut wajahnya datar yang ditampilkan Pandu.
"Gimana keadaan Alicah?"
"Kenapa bisa sampai begini?" Gumam Pandu menatap Alicah khawatir.
"Bagaimana keadaan istri saya dok?" Pandu bertanya pada dokter yang baru saja selesai melakukan tugasnya.
"Nona Alicah hanya mengalami luka yang kecil. bapak tak perlu khawatir." penjelasan dokter sedikit melegakan hati Pandu.
"terus keadaan adik saya?" saking khawatirnya pada Alicah melupakan Siska yang ikut terluka. Siska juga tidak mengalami luka berat,
"Nona Siska juga hanya mengalami luka kecil. besok pagi mereka sudah boleh pulang," sebenarnya sekarang pun mereka bisa pulang setelah infus Alicah habis, tapi tidak memungkinkan karena waktu sudah tengah malam. Dokter pamit kepada mereka.
"Pandu menatap Alicah intens memperhatikan wajah Alicah yang ada perbanan. ia mengeluh pelan kepala Alicah. setelah memastikan Alicah baik-baik saja, Kemudian ia mendekat ke ranjang yang ditempati Siska ia memilih duduk disamping ranjang Siska. Siska sedikit gugup pada sepupunya itu.
"Jadi ceritakan sekarang, apa yang terjadi sebenarnya,? Tanya Pandu dengan menampilkan tatapan tajam mengintimidasi. Siska menelan ludah kasar, ia membuang nafas kasar dan memilih menceritakan yang sebenarnya
"Jadi kejadiannya tadi gini mas..
Flashback on
Alicah singgah dirumah Siska. ia mengurungkan niatnya yang tadinya akan pulang kerumah, tapi membayangkan ia akan diceramahi habis sama simbok membuatnya membatalkan tujuannya.
"Siska," Teriak Alicah setelah sampai di depan rumah Siska.
"Siska," panggil Alicah lagi. Tak berapa lama Siska keluar dari rumah.
"Eh mbak Alicah, silahkan masuk mbak," Siska mempersilahkan Alicah masuk ke dalam rumah. Alicah duduk diruang tengah sedangkan Siska menyiapkan minuman. Tak lama Siska sudah kembali dengan membawa du gelas berisi teh dan cemilan.
"Maaf mbah cuman ada ini,"
"Gak masalah, maaf gue mala ngerepotin lo,"
"Mbak gak ngerepotin kok, santai aja," Balas siska, ia memang tidak merasa direpotkan sama sekali.
"Mbak ada apa kemari?" Tumben sekali Alicah datang ke rumahnya, biasanya ia yang akan kerumah Alicah.
"Gue bosan dirumah gak ada kawan, lagian tadi gue abis dari luar sekalian aja gue kesini." Aliran menjelaskan alasannya datang.
"Ooo gitu," mereka asik mengobrol, jujur saja Aliran nyaman dengan Siska yang tidak pernah menghakimi atau memandang rendah pada penampilannya. satu jam sudah berlalu tampa keduanya sadari. Tiba-tiba Siska ingat sesuatu.
"Aduh mbak, Aku lupa mau pergi," Siska menepuk pelan keningnya,
"Kemana emangnya?" kepo Alicah.
"Ke desa sebelah mbak, Ada yang pengen aku beli, " Jawabnya.
"Lo pergi sekarang gitu ceritanya?" Lesu Alicah, padahal ia masik asik disini. kalau Siska pergi sekarang, tandanya dia juga harus pulang.
"Iya mbak waktunya cuman sekarang, Tapi kalau mbak mau ikut ayok," Ajaknya. ia tidak tega melihat wajah Alicah yang lesu karena akan sendirian tanpa ada teman mengobrol.
Mendengar ajakan Siska wajah Alicah seketika cerah, ia tersenyum senang, "Gue mau ikut," Jawabanya ruang. Siskan pun ikut tersenyum.
"Ya uda sekarang aku siap-siap dulu mbak, Mbak gak pengen siap-siap dulu?"
"Gak usah gue gini aja,"
"Mbak tunggu sebentar kalau gitu," Siska masuk kedalam kamar bersiao-siap. Alicah yang menunggu di ruang tengah asik memakan cemilan yang masih ada. tak lama siaka sudah siap dengan tampilannya yang memakai hijab. Siska memang maklmakai hijab selama ini. tapi ia tidak perna menjas Alicah karena tampilan Alicah yang terbuka. Ia tau pasti Pandu sedah sering menasehati istrinya itu.
"Ayo mbak kita berangkat," Ajak Siska. Sebelum berangkat Siska terlebih dahulu membereskan piring dan gelas kotor bekas mereka membawanya ke dapur.
"Kita naik apak sis?" Tanya Alicah.
"Kita kesana naik motor mbak, engak papa kan?"
"Gak Papa, gue malah senang kalau naik motor."
"Ayo mbak naik" Alicah duduk dibelakang Siska. mereka pergi tampa memakai helm.
"emang lo pengen beli apa sih sis?" Kepo Alicah. entah mengapa kalau bersama Pandu maupun Siska jiwa berisiknya akan keluar begitu saja. dan Siska tidak pernah merasa risih akan hal itu.
"Siska pengen beli Kado untuk Ayah dan Ibu mbak, besok adalah hari jadi pernikahan mereka," Jawabnya.
"Ooo," Tidak ada lagi obrolan diantara keduanya. Alicah begitu asik memandangi jalanan yang mereka lalui. Siska melirik Alicah melalui spion motor. ia ikut senang karena sekarang Alicah terlihat sudah betah hidup di desa. semoga saja Alicah cepat bisa di Terima oleh simbok.
"Kita sudah sampai mbak," Siska memarkirkan motornya di depan sebuah toko. Alicah tidak tau toko apa yang akan mereka kunjungi. kelihatannya ya toko yang menjual barang-barang kesuakaan ibu-ibu apalagi kalau bukan keperluan Rumah tangga.
Bersambung....
Hi Readers, Terima Kasih Karena telah baca cerita ini, ini cerita perdana aku, jadi harap maklum ya,. Jangan lupa untuk Like komen Vote dan share.
Salam manis dari author. Lijaloverrr. *** 😊🥰🥰