Lana, seorang gadis yang tumbuh dalam pengabaian orangtua dan terluka oleh cinta, harus berjuang bangkit dari kepedihan, belajar memaafkan dan menemukan kembali kepercayaan pada cinta sejati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lidya Riani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 16 Study Tour Part 3
Keesokan harinya, Lana sudah sehat kembali dan bisa mengikuti seluruh agenda kegiatan study tour yang diselenggarakan sekolahnya dengan baik. Sakha yang terus memperhatikan kondisi gadis itu pun merasa lega.
"Dilla, jangan biarkan Lana sendirian. Pantau terus kondisinya, ya?" pesan Sakha berkali-kali, terdengar cemas namun penuh perhatian.
"Astaga, si Sakha! Ponselku bergetar terus, isinya cuma pesan dia nanyain kamu doang La!" keluh Dilla bicara sendiri, nadanya dibuat-buat kesal, saat dirinya sedang rebahan di kamar hotel setelah seharian berkeliling museum.
Lana, yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan rambut basah, menoleh sekilas.
"Kok gitu? Dia nggak nge-chat aku, tuh," ujarnya, sambil menunjukkan layar ponselnya yang kosong.
"Katanya, dia takut ganggu kamu yang lagi istirahat. Jadinya, akulah yang jadi sasaran!" Dilla memutar bola mata, tapi senyum kecil menghiasi bibirnya.
Lana terkekeh pelan. "Ya udah, bilang aja aku udah sehat. Selesai, kan?"
"Hadeuh, udah aku bilang, tapi dia nggak percaya! Dia nyuruh aku cek suhu badanmu, nanya udah makan atau belum, perutmu masih kram atau nggak, udah cukup minum atau belum. Perhatiannya itu, loh, udah kayak pacar aja!" Dilla mengibaskan tangannya, dramatis.
Lana terdiam, memilih menyalakan televisi dan merebahkan diri di kasur empuk.
"Udah deh, jangan ngaco," elaknya, meski pipinya sedikit merona.
"Ih, nggak percayaan! Mana ada cowok se-perhatian itu kalau nggak ada rasa?" goda Dilla, matanya berbinar-binar.
"Mmm... Kak Bayu juga perhatian, kok," balas Lana, mencoba mengalihkan topik.
"Ya ampun, Lana, Kak Bayu itu kan udah kayak kakak sendiri, dari orok kita bareng-bareng." Dilla menggeleng-gelengkan kepala.
Lana tertawa geli. "Udah ah, jangan bahas ini terus. Cepetan mandi sana, bau!"
Dilla mencium ketiaknya kiri dan kanan, lalu meringis. "Enak aja! Ini wangi parfum mahal, tahu!" serunya, sebelum melempar Lana dengan bantal dan kabur ke kamar mandi.
"Dillaaaaaaaa!!!" teriak Lana, tawanya menggema di kamar hotel.
...-----------...
"Ada apa memanggilku malam-malam begini?" Lana berdiri di samping Sakha, kedua tangannya memeluk tubuhnya sendiri, berusaha menghalau dingin yang menusuk tulang.
Sakha, yang sedang duduk di tepi kolam renang dengan kaki terendam air, mendongak. Sorot matanya berbinar saat melihat Lana.
"Kau sudah datang? Sini, duduk di sampingku," ujarnya, menepuk tempat kosong di sebelahnya.
"Kamu nggak kedinginan?" tanya Lana, matanya menelisik penampilan Sakha yang hanya mengenakan kaus tipis dan celana pendek.
Sakha menggeleng, senyum tipis menghiasi wajahnya.
Lana mengerutkan keningnya, bingung. Udara malam itu terasa menggigit, tapi Sakha tampak santai seolah dingin tak mempan padanya. Lana menarik resleting jaketnya hingga ke dagu, mencari kehangatan.
"Kenapa nyuruh aku ke sini?" tanyanya, duduk di samping Sakha.
"Lihat ke atas," bisik Sakha, matanya menunjuk langit yang bertabur bintang.
"Wow..." Lana tak bisa menyembunyikan kekagumannya. "Indah sekali."
"Kamu suka?" tanya Sakha, matanya tak lepas dari wajah Lana yang diterangi cahaya bulan.
"Hmm," Lana mengangguk, senyumnya merekah. "Cantik banget."
Keduanya terdiam, hanyut dalam keindahan malam. Bintang-bintang berkelip, seolah menari di langit yang gelap. Bulan sabit tersenyum, menjadi saksi bisu kebersamaan mereka.
"La..." panggil Sakha, suaranya pelan, memecah keheningan.
"Hmm?" sahut Lana, matanya masih terpaku pada langit.
"Aku mau bilang sesuatu," ucap Sakha, nadanya terdengar serius.
"Apa?" tanya Lana, menoleh ke arah Sakha.
"Aku suka sama kamu," ujar Sakha, matanya menatap lekat mata Lana.
Lana terdiam, jantungnya berdebar kencang. Ia berusaha mencerna kata-kata Sakha yang baru saja didengarnya.
"La, kamu dengar aku?" tanya Sakha, mengubah posisi duduknya agar bisa menatap Lana lebih jelas.
"A... aku nggak salah dengar, kan?" tanya Lana ragu.
"AKU SUKA SAMA KAMU," ulang Sakha, suaranya tegas namun lembut.
Lana terpaku, matanya tak lepas dari wajah Sakha. Ia melihat kesungguhan di mata pemuda itu, membuatnya semakin gugup.
"Kamu... bercanda, kan?" tanya Lana pelan, berharap Sakha akan tertawa dan mengatakan bahwa itu hanya lelucon.
...----------------...
"Aku serius," jawab Sakha, suaranya mantap. "Aku... jatuh cinta sama kamu."
tak bapak tak ibu sama aja dua duanya jahat sama anak sendiri