NovelToon NovelToon
Serunai Cinta Santriwati

Serunai Cinta Santriwati

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Fantasi Wanita
Popularitas:345
Nilai: 5
Nama Author: Lalu LHS

Fahira Hidayati tak pernah menyangka akan terjebak begitu jauh dalam perasaannya kini. Berawal dari pandangan mata yang cukup lama pada suatu hari dengan seorang ustadz yang sudah dua tahun ini mengajarnya. Sudah dua tahun tapi semuanya mulai berbeda ketika tatapan tak sengaja itu. Dua mata yang tiba-tiba saling berpandangan dan seperti ada magnet, baik dia maupun ustdz itu seperti tak mau memalingkan pandangan satu sama lainnya. Tatapan itu semakin kuat sehingga getarannya membuat jantungnya berdegup kencang. Semuanya tiba-tiba terasa begitu indah. Sekeliling yang sebelumnya terdengar riuh dengan suara-suara santri yang sedang mengaji, tiba-tiba saja dalam sekejap menjadi sepi. Seperti sedang tak ada seorangpun di dekatnya. Hanya mereka berdua.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lalu LHS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#15

Adzan dhuhur terdengar berkumandang. Suara bel di kantor madrasah terdengar berbunyi tiga kali pertanda waktu pulang. Terdengar doa berkumandang dari masing-masing kelas. Setelah itu satu persatu siswa terlihat keluar dari ruangan masing-masing.

Langit terlihat cerah, walaupun di kejauhan terlihat awan hitam yang sepertinya mengarah ke langit desa. Angin sesekali bertiup agak keras. Menghempas kertas-kertas dan dedaunan di halaman madrasah.

Fahira Hidayati langsung menghempaskan tubuhnya di atas tikarnya tanpa mengganti terlebih dahulu pakaian yang dikenakannya sehabis pulang sekolah. Saat ini pikirannya masih kacau akibat kejadian tadi pagi. Niatnya untuk memperbaiki hubungannya dengan Farhan agar tidak terjadi konflik di kemudian hari, rusak lagi akibat tindakan ceroboh Farhan.

"Fahira, ini aku bawakan makananmu," kata Selly, salah satu teman kamarnya. Fahira Hidayati segera bangkit dan mengambil kotak makanannya dan meletakkannya di sampingnya.

"Terimakasih, Sel."

Selly tersenyum sembari membuka kotak makanannya. Dia kemudian dengan lahapnya mulai menyantap makanannya. Fahira Hidayati melirik ke arah Selly yang terlihat kelaparan. Ia lalu menyodorkan kotak makanannya ke depan Selly.

"Ambil makananku jika kamu mau nambah," kata Fahira Hidayati.

"Memangnya kamu gak makan?" kata Selly dengan suara kurang jelas karna mulutnya penuh dengan makanan. Fahira Hidayati tersenyum dan kembali membaringkan tubuhnya.

"Aku sudah kenyang dengan pentol di sekolah. Kamu makan saja," kata Fahira Hidayati. Selly tersenyum.

"Makasih ya."

"Tapi ntar jam dua bangunkan aku ya. Aku mau istirahat sebentar. Ngantuk," kata Fahira Hidayati. Selly menganggukkan kepalanya. Fahira Hidayati mengambil bantal guling di atas kepalanya dan memeluknya dengan posisi berbaring miring. Baru saja matanya hendak terlelap, tiba-tiba terjaga kembali ketika sekelebat bayangan Ustadz Pahlevi hadir. Fahira Hidayati mengusap beberapa kali matanya. Berharap rasa kantuknya segera hilang. Selera tidurnya seketika hilang ketika ingat ashar nanti ada jadwal Ustadz Pahlevi. Dia tak ingin memperlihatkan wajah dan mata yang bengkak karna baru bangun tidur di hadapan Ustadz Pahlevi. Fahira Hidayati segera bangkit dan melepaskan pakaian sekolahnya.

"Loh, kok sudah bangun? Memangnya tadi udah tidur?" kata Selly keheranan ketika melihat Fahira Hidayati bangun dan langsung melepaskan seragam sekolahnya.

"Tidurnya nanti malam saja. Takut telat shalat dhuhur," jawab Fahira Hidayati. Setelah mengambil handuk dan cebok tempat peralatan mandinya, dia langsung keluar menuju kamar mandi.

...****************...

Mendung perlahan mulai memenuhi langit. Cuaca yang tadinya terik perlahan berubah gelap. Angin dingin mulai menghempas. Membuat resah Ustadz Pahlevi yang sudah mengeluarkan sepeda motornya di halaman rumah. Berkali-kali ia keluar hingga ke jalan guna memastikan sejauh mana awan hitam itu terhampar. Satu kilometer ke selatan dari desanya adalah lokasi pondok pesantren tempat ia mengajar. Di sana pun langit terlihat gelap. Tapi mungkin ia masih bisa sampai di sana jika ia lebih mempercepat laju sepeda motornya. Kalau sudah di pesantren, ia tidak terlalu memperdulikan jika hujan tak akan reda hingga esok hari. Dari sejak pagi tadi ia tak sabar menunggu waktu ashar tiba. Ia merasa waktu begitu lambat. Ia tak sabar ingin beradu pandang lagi dengan Fahira Hidayati.

Setelah berpikir beberapa lama, akhirnya Ustadz Pahlevi memutuskan akan berangkat ke pesantren.

"Mau kemana, Yah," kata Zulaikha ketika Ustadz Pahlevi menghidupkan sepeda motornya.

"Mau ngajar," jawab Ustadz Pahlevi singkat tanpa menoleh ke arah Zulaikha. Zulaikha mengambil sapu lidi di teras rumah dan keluar menuju halaman. Ia memperhatikan langit.

"Sebentar lagi sepertinya hujan akan turun. Apa kamu tidak menunggu adzan ashar dulu sebelum berangkat. Aku takut nanti kamu kebasahan sebelum sampai di pesantren," kata Zulaikha.

"Aku shalat di pesantren saja. Takut hujan keburu turun,"

"Apa gak libur saja dulu. Pengurusnya pasti mengerti dengan keadaan hujan seperti ini,"

Ustadz Pahlevi mendesah. Ia mulai kesal dengan Zulaikha. Pertanyaannya yang beruntun semakin memperlambat kepergiannya ke pesantren. Tapi ia harus mencari jawaban yang tepat untuk membuat Zulaikha mengerti dan diam. Dia juga tak ingin Zulaikha curiga dengan menampakkan kekesalannya. Ustadz Pahlevi tersenyum. Ia mematikan sepeda motor agar Zulaikha mendengar dengan jelas jawabannya.

"Bagaimanapun keadaannya, aku harus pergi. Satu jam saja tidak mengisi pelajaran, sama saja dengan membuang dua puluh ribu. Jika hari ini aku punya dua jam untuk mengajar, berarti kita sudah membuang empat puluh ribu.Hari ini aku juga ingin bertemu salah satu pengurus untuk mengambil honorku lebih awal." Ustadz Pahlevi kembali menyalakan sepeda motornya. Zulaikha sepertinya terlihat setuju dengan jawabannya walaupun tak berkata apa-apa. Tapi sayang. Saat hendak menaiki sepeda motornya, hujan tiba-tiba turun dengan derasnya. Zulaikha yang sedang menyapu segera melempar sapu di tangannya dan berlarian ke dalam rumah. Dia terlihat mondar-mandir meletakkan ember dan baskom di bawah atap rumah yang bocor.

Ustadz Pahlevi terdiam di atas sepeda motornya melihat tetesan-tetesan hujan yang begitu besar. Dengan wajah kesal, Ustadz Pahlevi turun dari motornya dan melangkah ke dalam rumah dan langsung menghempaskan tubuhnya di atas sofa. Sore ini hingga malam nanti akan menjadi penantian panjang lagi untuknya. Kerinduannya kepada Fahira Hidayati benar-benar akan mengganggu ketenangannya.

Ah, seandainya Zulaikha tidak terlalu banyak bertanya, tentu dia sudah sampai di pesantren walaupun dengan pakaian yang basah. Tapi dia harus tetap terlihat tenang di hadapan Zulaikha. Ia harus pintar menjaga sikap agar tidak berubah layaknya orang yang sedang jatuh cinta. Sehingga Zulaikha tidak akan menaruh curiga kepadanya.

"Mau aku buatkan kopi?" tanya Zulaikha ketika hendak pergi ke dapur. Ustadz Pahlevi berpikir sejenak sambil melihat tetes-tetes air hujan yang jatuh ke dalam ember-ember di depannya.Setelah itu, ia kemudian menoleh ke arah Zulaikha yang masih berdiri di depan pintu dapur. Ustadz Pahlevi menganggukkan kepalanya.

...****************...

Hujan semakin deras. Air dengan cepat mengalir membuat genangan besar dimana-mana. Beberapa santri terlihat berlarian saling kejar di bawah deras hujan di depan asrama. Mereka terlihat begitu riang bermain-main di halaman asrama yang tergenang air. Di dalam kamar. Tepatnya di mulut pintu kamar, Amelia dan Fahira Hidayati nampak duduk menyaksikan santri-santri lain yang sedang bermain air. Wajah Fahira Hidayati terlihat lesu tak bersemangat.

"Mandi bujan, yuk," ajak Amelia ketika melihat Fahira Hidayati yang nampak tidak bersemangat di ajak bicara. Kerupuk dan beberapa cemilan yang ia beli di kantin asrama, tak satupun yang disentuh Fahira Hidayati. Amelia mendesah pendek ketika Fahira Hidayati menggelengkan kepalanya. Amelia menggeser tubuhnya lebih dekat. Ia kemudian mengusap-usap punggung Fahira Hidayati.

"Aku tahu kamu kecewa Ustadz Pahlevi tidak datang hari ini. Tapi jangan sampai itu jadi penyebab kamu hilang semangat dan mengganggu pikiranmu. Besok kan masih ada waktu untuk bertemu lagi. Terlalu sering bertemu juga gak bagus loh. Nanti cepat bosan," kata Amelia. Kata-kata yang terakhir, ia bisikkan lembut di telinga Fahira Hidayati. Fahira Hidayati tersenyum.

1
MEDIA YAQIN Qudwatusshalihin P
good
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!