NovelToon NovelToon
Menikah Dengan Sepupu (New Version)

Menikah Dengan Sepupu (New Version)

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cinta setelah menikah
Popularitas:11.4k
Nilai: 5
Nama Author: Izzmi yuwandira

Anand dan Shan, dua sepupu yang tumbuh bersama, tak pernah membayangkan bahwa hidup mereka akan berubah begitu drastis.

Anand dikhianati oleh kekasihnya—wanita yang selama ini ia cintai ternyata memilih menikah dengan ayahnya sendiri. Luka yang mendalam membuatnya menutup hati dan kehilangan arah.

Di sisi lain, Shan harus menelan kenyataan pahit saat mengetahui kekasihnya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Pengkhianatan itu membuatnya kehilangan kepercayaan pada cinta.

Dalam kehancuran yang sama, Anand memutuskan untuk menikahi Shan.

Lantas apakah yang akan terjadi jika pernikahan tanpa cinta dilakukan? Akankah luka dapat disembuhkan dengan mereka menikah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Izzmi yuwandira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 15

Mikha masih menangis dalam pelukan neneknya, tubuhnya bergetar hebat. Ia merasa seolah seluruh dunia menolaknya, seolah Tuhan pun sudah berpaling darinya.

"Nek… apa yang harus aku lakukan?" suaranya bergetar, hampir tak terdengar. "Aku bahkan nggak sanggup melihat diriku sendiri di cermin…"

Neneknya mengusap punggung Mikha dengan lembut, meskipun hatinya sendiri terasa begitu sakit melihat cucunya dalam kondisi seperti ini.

"Jangan ngomong gitu, Nak," ucap neneknya pelan. "Ini bukan salahmu."

"Tapi aku hamil nek... Aku hamil, aku hamil sebelum menikah" ucap Mikha dengan isakan yang tertahan. "Anak dari laki-laki yang bahkan aku nggak tahu siapa namanya… aku kotor, aku najis, aku nggak pantas hidup…"

"Astaghfirullah, Mikha!" Neneknya mencengkeram bahu Mikha dengan kuat, suaranya penuh ketegasan. "Jangan pernah berkata seperti itu lagi! nggak ada manusia yang nggak pantas hidup, termasuk kamu!"

Mikha menunduk, air matanya jatuh tanpa henti. Di dalam genggamannya, test pack bergaris dua itu masih ada, bukti nyata dari neraka yang ia jalani sendirian.

Neneknya menarik napas panjang, berusaha menguatkan dirinya sendiri. Cucunya sedang hancur, dan ia satu-satunya yang tersisa untuk menopangnya.

"Seharusnya aku mati aja, Nek…" lirih Mikha. "Jika aku mati, semua ini akan selesai. Aku nggak perlu menanggung rasa sakit ini, aku nggak perlu menghadapi Anand… aku nggak perlu hidup dengan rasa jijik terhadap diriku sendiri setiap hari."

Seketika itu juga, neneknya menampar pipi Mikha.

Mendarat dengan telak.

Bukan keras, tapi cukup untuk membuat Mikha terhenyak.

"Kamu pikir kematian akan menyelesaikan segalanya?" suara neneknya bergetar karena emosi. "Kamu pikir kalau kamu mati, rasa sakit ini akan hilang? nggak, Nak! Justru kamu akan menyakiti lebih banyak orang yang mencintaimu!"

Mikha membeku. Tangannya gemetar memegang pipinya yang perih.

Neneknya menatapnya dengan mata yang memerah, penuh dengan kesedihan dan kemarahan.

"Kalau kamu mati, bagaimana dengan bayi itu? Dia nggak berdosa, Mikha. Dia nggak meminta dilahirkan ke dunia ini, tapi dia ada di dalam rahimmu sekarang, menggantungkan hidupnya padamu."

Air mata Mikha semakin deras.

"Bagaimana dengan nenek?" suara neneknya melemah, bergetar penuh kepedihan. "Aku ini sudah tua, Nak… aku nggak punya siapa-siapa lagi selain kamu. Kalau kamu pergi, siapa yang akan menemani nenek?"

Mikha menggigit bibirnya, mencoba menahan tangis, tapi gagal. Ia kembali menangis, kali ini lebih keras dari sebelumnya.

Neneknya meraih tangannya, menggenggamnya erat.

"Nenek tau ini semua nggak mudah, nenek tahu. nenek tahu, Mikha…," bisiknya penuh kasih sayang. "Tapi kamu nggak sendiri. Aku di sini, selalu bersamamu. Apa pun yang terjadi, aku akan tetap mencintaimu."

Mikha menunduk, bahunya bergetar hebat.

Pelukan neneknya semakin erat, seolah ingin menyalurkan semua kekuatannya kepada cucunya yang rapuh.

Hanya ada suara tangisan di ruangan itu. Tangisan dari seorang gadis yang terjebak dalam penderitaan yang bukan pilihannya.

Malam semakin larut, dan di dalam rumah tua itu, dua hati yang penuh luka berusaha untuk tetap bertahan.

***

Malam itu, Mikha tidak bisa tidur. Ia duduk di tepi ranjang, memeluk lututnya erat-erat. Cahaya remang dari lampu kamar tidak mampu mengusir kegelapan yang menggulung hatinya.

Perutnya masih terasa nyeri, efek dari stres dan ketakutan yang terus menghantuinya. Tangannya secara refleks mengusap perutnya yang masih datar, tempat di mana kehidupan kecil sedang tumbuh.

Harus kuapakan bayi ini?

Pikirannya bercabang ke mana-mana. Mikha tidak bisa membayangkan bagaimana jika Anand mengetahui semuanya. Apakah dia akan jijik padaku? Apakah dia akan membenciku?

Sebuah ketukan lembut di pintu membuatnya tersentak.

“Mikha, Nak… kamu belum tidur?” suara neneknya terdengar khawatir dari balik pintu.

Mikha buru-buru menghapus air matanya. “Belum, Nek… aku belum ngantuk.”

Pintu terbuka pelan. Nenek masuk dengan langkah hati-hati, membawa secangkir teh hangat di tangannya. “Minumlah, biar perutmu sedikit tenang.”

Mikha menerima cangkir itu dengan kedua tangan, mencoba tersenyum meski bibirnya terasa berat. “Terima kasih, Nek…”

Nenek duduk di sampingnya, mengusap punggungnya lembut. “Besok, kita ke dokter, ya?”

Mikha terdiam. “Buat apa?”

“Memeriksa kondisimu… dan bayi ini.”

Jantung Mikha mencelos. “Nek… aku nggak tahu apakah aku bisa menerima bayi ini. Aku nggak tahu apakah aku sanggup…”

Nenek menggenggam tangannya erat. “Mikha, mendengar itu lahir dari mulutmu saja sudah membuat nenek sakit.”

Air mata Mikha kembali menggenang.

“Bayi ini bukan salahmu. Dia juga bukan hukuman untukmu,” lanjut neneknya dengan suara bergetar. “Dia adalah kehidupan baru… kehidupan yang butuh kasih sayangmu.”

Mikha menggigit bibirnya, mencoba menahan isakan. “Tapi… bagaimana jika orang-orang tahu, Nek? Bagaimana jika Anand tahu?”

Nenek terdiam sejenak, seolah mempertimbangkan jawabannya.

“Apa kamu percaya Anand mencintaimu?” tanyanya akhirnya.

Mikha tidak langsung menjawab. Ia tahu betapa dalamnya cinta Anand padanya, tapi… apakah cinta itu cukup?

Nenek menggenggam tangannya lebih erat. “Anand mencintaimu, Nak. Tapi kamu harus percaya… kalau dia benar-benar mencintaimu, dia akan tetap berada di sisimu.”

Mikha menunduk. Jauh di dalam hatinya, ia ingin percaya… tapi rasa takutnya terlalu besar.

“Sekarang tidurlah,” ujar neneknya lembut, menyelimutinya. “Kamu butuh istirahat.”

Mikha mengangguk, meskipun ia tahu malam ini tidurnya takkan nyenyak.

Dalam diam, ia terus bertanya-tanya… Haruskah aku mengatakan yang sebenarnya? Atau lebih baik aku pergi sebelum Anand mengetahui semuanya?

Sementara itu, di tempat lain, Anand duduk di kantornya di rumah sakit. Ia menatap ponselnya, jari-jarinya ragu untuk menghubungi Mikha.

Ada sesuatu yang berubah… Mikha menyembunyikan sesuatu dari nya.

Hatinya gelisah. Dan ia bertekad, besok… ia harus mencari tahu.

***

Anand berdiri di depan rumah Mikha dengan perasaan yang berkecamuk. Pagi ini, ia memutuskan untuk datang lebih awal, berharap bisa berbicara dengan Mikha dan memahami apa yang sebenarnya terjadi. Semalam, pikirannya tak bisa tenang, ada sesuatu yang dirasakan aneh dalam sikap Mikha belakangan ini.

Ia mengetuk pintu beberapa kali. Tak lama, pintu terbuka, dan di hadapannya berdiri Mikha dengan wajah yang terlihat lelah dan pucat.

“Mikha…” Anand tersenyum kecil, berusaha mencairkan suasana. “Apa kamu baik-baik saja?”

Namun, yang ia terima hanyalah tatapan kosong dari gadis itu.

“Pulanglah, Anand,” ujar Mikha singkat, suaranya terdengar datar dan dingin.

Anand terkejut. “Kenapa? Aku ke sini karena aku mau bicara sama kamu.”

“nggak ada yang perlu dibicarakan,” jawab Mikha cepat.

Anand mengerutkan kening. “Mikha, apa aku melakukan kesalahan? Kalau iya, tolong katakan, jangan seperti ini…”

Mikha menghela napas, lalu menatap Anand dengan tatapan yang sulit diartikan. “Kamu nggak salah, Anand. Aku yang salah.”

Anand semakin bingung. “Apa maksudmu?”

Mikha menggigit bibirnya, berusaha menahan air mata. Ia ingin Anand pergi, ia ingin lelaki itu berhenti bertanya… karena semakin lama Anand di sini, semakin besar keinginannya untuk menangis dan mengatakan semuanya.

“Anand… aku nggak mau menikah sama kamu,” katanya akhirnya, dengan suara yang sedikit bergetar.

Seolah waktu berhenti. Anand menatapnya tak percaya. “Apa?”

“Aku nggak mau menikah sama kamu,” ulang Mikha, kali ini dengan suara yang lebih tegas.

Anand merasakan dadanya sesak. Ia mengerjap beberapa kali, mencoba memahami maksud ucapan Mikha. “Kenapa? Apa yang terjadi? Jika ada sesuatu yang salah, kita bisa menyelesaikannya bersama, Mikha. Aku mencintaimu, dan aku tahu kamu juga mencintaiku.”

“Cinta?” Mikha tertawa sinis, meski air matanya mulai menggenang. “Cinta aja nggak cukup, Anand. Aku sudah memikirkannya… Dan keputusan ku adalah, aku nggak mau menikah sama kamu.”

“Mikha…” Anand mencoba mendekat, tapi Mikha mundur selangkah.

“Pergi!” bentak Mikha tiba-tiba. “Aku nggak mau menikah sama kamu, Anand! Aku nggak mau!”

Anand terdiam, hatinya terasa hancur mendengar kata-kata itu keluar dari mulut gadis yang sangat ia cintai. Ia bisa melihat air mata di sudut mata Mikha, tapi Mikha tetap bersikeras mengusirnya.

“Pergilah, Anand, aku nggak mau lihat kamu lagi, menjauh dari aku, dan jangan pernah kamu temui aku lagi” ulang Mikha, kali ini suaranya melemah.

Anand menatapnya dalam diam, mencoba mencari jawaban dalam mata gadis itu, tapi yang ia temukan hanyalah kehampaan. Dengan berat hati, ia mengangguk pelan.

"Pergi dari sini" usir Mikha.

Anand melangkah mundur, menatap Mikha untuk terakhir kalinya sebelum berbalik dan pergi meninggalkan rumah itu.

Begitu Anand menghilang dari pandangan, Mikha menutup pintu, lalu bersandar di sana. Tubuhnya bergetar hebat, dan akhirnya ia menangis terisak, menutup wajahnya dengan kedua tangan.

Maafkan aku, Anand… Maaf…

Di luar, Anand berjalan dengan langkah berat, hatinya masih dipenuhi kebingungan. Ada sesuatu yang disembunyikan Mikha. Ia tahu itu.

Dan ia bertekad… ia tidak akan menyerah begitu saja.

***

1
Ayu
bikin Pov Pak Virzha Thor biar kami yg baca tau gimana perasaan isi hati Pak Virzha
Nurul Fitria
Ihhh mampuss kau monaaa
Widya Herida
lanjutkan Thor cerita nya bagus
Kimz_915: Terimakasih banyak kak /Smile/
total 1 replies
Widya Herida
lanjutkan Thor
minwoo
Gak sanggup bacanya, tapi penasaran hehehe, lanjut terus Thor /Scream//Scream//Scream//Scream//Scream//Scream/
Sasya
Ini beneran nikah sama bapak bapak??????????? ya ampun Mikha 🙁🙁🙁🙁
audyasfiya
Mona tuh usir aja dari rumah itu, jijik banget liatnya
audyasfiya
Kasihan Mikha 😭
Lorenza82
Sampai juga akhirnya pada part Mikha nikah sama bapaknya sendiri, hancur banget pasti hati nya si Anand, mana udah beli rumah 🙁
Rossa
Disini semuanya tuh sakit, jadi Anand sakit, jadi Mikha sakit, jadi Virzha sakit, jadi Ranika juga sakit.
Virzha sebenarnya mencintai istrinya cuman krn dibawah pengaruh ibu nya Ranika jadi kayak gitu, Anand juga cintanya terlalu besar buat Mikha dan effort nya dia gak main main, sedangkan Mikha? neneknya meninggal gara-gara si Mona dan Ranika, dia nggak cinta tapi demi neneknya dia cuman pengen balas dendam🥺🥺
Moon Syifaardila
Kasihan ya Anand sama Mikha 😭 mereka saling mencintai tapi gak berjodoh 🥺 Mikha nya juga sadar kalau dia nggak baik untuk Anand.
Ayu
Semangat crazy up kakak
Ayu
Saya bisa merasakan berada di posisi semua aktor hehehe
Ayu
Tak peduli bagaimana kamu menghadapinya tapi yakinlah badai pasti akan berlalu
fiznada. Ly ✌ 🐢•🍑
ih knpa baru muncul di berandaa 😣😣
eps 1 udh menguras tenaga sekale
Ayu
pak virzha terjebak dalam situasi yang sulit , Percaya saja sama skenario yg othor atur Pak /Grin/
Moon Syifaardila: Bilangin Bu ke author nya jangan jahat jahat /Facepalm/
total 1 replies
Ayu
kasihan Mikha /Scowl/
Nurul Fitria
udah gilaaaa
Nurul Fitria
Ayooo Mikha semangat, jebloskan aja tuh nenek sihir ke penjara
Sasya
Kasihan banget yaa hidup Mikha 😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!