Bisakah aku memilih antara Pertarungan atau pelarian?ataukah jalan takdirku sudah harus memilih pelarian?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jmath, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22 NEGOTIATION
Keadaan kampus sudah ramai pukul sepuluh pagi, mungkin karena ini hari Selasa, dan kemungkinan jam padat perkuliahan terjadi. Aku melewati beberapa kios yang menjual beberapa makanan, tak sedikit cafe dan restoran ada disekitaran jejeran terdepan.
Kampus ku merupakan kampus negeri yang masih terbilang banyak diminati, mungkin karena masih berada diurutan sepuluh besar kampus terbaik di Irlandia. Tidak sedikit orang yang mau mengocek uang lebih agar masuk di kampus ini.
Gudung ku berada di distrik paling belakang, karena memang jurusan yang ku pilih adalah jurusan yang paling banyak peminatnya.
Aku melangkah kan kaki menuju kelasku dilantai tiga. Ada empat perkuliahan yang harus ku tempuh hari ini. Jumlah mata kuliah terbanyak ku dalam satu Minggu. Aku memutuskan menggunakan lift mengingat kuliah ku hari ini akan selesai hingga pukul tujuh malam.
Selesai sudah perkuliahan hari ini, aku membereskan perlengkapan mencatat ku dan memasukkan nya ke dalam tas. Ketika aku akan berjalan, ada Sese yang menepuk pundakku dan mengatakan bahwa didepan kelas sudah ada Ardhen dan Vemas yang menungguku.
Aku bergegas menemui mereka didepan kelas. Rupanya mereka memberitahuku bahwa nanti malam akan ada pertandingan lagi dengan hadiah melebihi dari uang yang dijanjikan kemarin. Aku hanya bilang akan memikirkannya dan akan memberikan tahukan kepada mereka nanti malam.
Aku berjalan menuju tempat dimana motorku terparkir, rasanya tubuhku lengket dan ingin mandi jika sudah sampai di kostan.
Aku menyapa satpam yang memang sudah mengenalku, padahal baru tiga bulan aku menjadi mahasiswa dikampus ini. Dia sangat ramah dan sering memberikanku makan siang. Dia mengatakan bahwa aku mengingat nya kepada anaknya didesa.
Saat aku mulai menjauh dari arah kampus, ada sebuah motor gede yang menghentikan motor. Dia turun dan melepaskan helm. Rupanya dia Anya.
Aku memutuskan menghentikan motorku tanpa beranjak dari motor "Ada apa Anya? bukannya berlebihan jika menghentikan motor pada area ramai seperti ini?".
Dia berjalan dan berhenti tepat didepan motorku. "Ayo kita bertanding lagi, nanti malam. Dan kali ini taruhannya jika aku menang kau harus pergi dari keluargaku?" . Gertak Anya.
"Bagaimana jika kau yang kalah Anya, akankah kau yang akan pergi?". Tantang ku lagi.
"Aku tidak akan kalah, kau yang akan pergi". Jawab Anya percaya diri.
"Apa maksud mu berkata seperti itu, yang wajib mengusirku itu kakek bukan kau Anya". Jawabku.
"Kata siapa aku tidak berhak, Aku cucu Kakek, dan kami semua disana tidak mengharapkan kehadiran mu". Jawab Anya lagi.
"Ok, Aku terima tantangan mu, Jika kau kalah kuharap kau akan malu pernah mengatakan ini padaku". Aku melajukan motor ku menjauh dari Anya. Di kaca spion terlihat Anya yang masih menatap ku. Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan. Yang pasti aku sudah mewanti-wanti diriku agar tidak mengatakan asal usul dirinya.
POV Anya
Mungkin ini adalah cara terbaik agar aku bisa melindungi Liam. Aku tidak tahu apa yang akan dilakukan Ayahku nanti. Setidaknya aku akan mencoba menghindar Liam agar Dia tidak berakhir buruk. Peringai Ayahku yang tidak mau kalah membuatku ingin melindungi Liam. Aku tahu nantinya akan banyak hal terjadi jika Liam menuruti perintah kakek.
Kulanjutkan perjalananku menuju kampus, setidaknya mengalihkan pikiran ku dari insting jelek di otak ku.
dari novel Alice Celestia Dalian, jngn lupa mampiirrr 😉