Amber Kemala, janda yang memiliki trauma atas kegagalan pernikahannya itu bekerja sebagai seorang pelatih tari balet anak-anak. Namun ia mendapatkan tawaran khusus dari seorang duda tampan untuk menjadi pengasuh putri kecilnya, yang tidak lain adalah murid Amber sendiri.
Arion Maverick, duda dengan segudang pesona. Ia melakukan sebuah kesalahan pertama yang membuatnya semakin tergila-gila pada pengasuh sang anak. Laki-laki itu selalu merasakan hasrat yang memuncak dan keinginan yang menggebu-gebu setiap kali bersama Amber.
Sekali saja bibir Arion pernah mengecap hangat tubuh wanita bernama Amber, selamanya laki-laki itu tidak bisa melupakannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vey Vii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebatas Itu
Amber mundur satu langkah, namun tubuhnya membentur pintu. Wanita itu tidak tahu harus berbuat apa. Ia ingin lari, kabur, berteriak, takut jika Arion akan melakukan sesuatu yang buruk padanya.
Namun, hal itu nyatanya tidak Amber lakukan. Wanita itu terdiam mematung, membiarkan Arion memandangnya penuh hasrat.
"Aku tidak akan memaksamu. Aku ingin kita melakukannya atas dasar mau sama mau. Aku yakin, kau tidak akan bisa menolakku terus menerus," ujar Arion.
"Kau tampak sangat yakin," jawab Amber memberanikan diri. Arion mengangkat sudut bibirnya mendengar jawaban wanita itu.
"Karena tubuhmu menerimaku, tubuhmu juga menginginkanku," bisik Arion.
"Dari mana kau mengetahuinya?" tanya Amber.
Lagi-lagi Arion tersenyum. Dalam pikirannya ia beranggapan bahwa Amber meragukan dirinya. Apa wanita ini sedang mengujinya?
"Kau ingin tahu caraku mengetahuinya?" tanya balik Arion. Ia mengangkat dagu Amber dengan sebelah tangannya, sementara tangan yang lain menarik pinggang wanita itu.
Arion mencium bibir Amber dengan pelan, lalu semakin lama ciuman itu berubah menjadi semakin intens dan cepat. Amber berusaha tetap tenang dan tidak bereaksi. Namun sepertinya tubuh wanita itu berkehendak lain.
Demi mengimbangi Arion, Amber bernapas cepat. Sedikit demi sedikit, wanita itu mulai meregangkan bibirnya dan membiarkan lidah Arion menyerobot masuk di sana.
Dalam hati Arion sangat senang. Ia tahu bahwa Amber pun menginginkannya, hanya saja mereka butuh lebih banyak waktu untuk saling memahami.
Saat sebelah tangan Arion mulai meraba semakin turun, Amber tidak mau hilang kendali. Ia dengan cepat mencegah tangan itu menyingkap dress selutut yang ia kenakan.
"Aku hanya mau sebatas ini," ucap Amber setelah melepaskan diri.
"Tidak apa, aku selalu bersabar menunggu."
Amber menarik napas panjang, ia sedikit mendorong dada Arion agar laki-laki itu menjauh. Namun secara tiba-tiba, terdengar sebuah ketukan pintu di belakang tubuh Amber.
Wanita itu menyingkir, membiarkan Arion membuka pintu.
"Kakak!" seru seorang wanita muda dengan rambut dicat merah.
"Permisi," ucap Amber sambil menyerobot keluar dari balik punggung Arion. Sementara wanita yang baru saja datang, sangat terkejut mendapati Arion tidak sendirian berada di ruang kerjanya.
"Ada apa?" tanya Arion.
"Kakak, kau membawa perempuan asing ke ruang kerja?" tanyanya penasaran.
"Dia Nona Amber, pelatih balet Aara. Sekarang dia juga bekerja menjadi pengasuh Aara."
"Lalu, kenapa dia ada di ruang kerjamu, Kak? Kalian hanya berduaan," selidik Caroline.
"Bukan urusanmu, Caroline. Ada apa kau kemari?" tanya Arion sambil menutup pintu ruang kerjanya. Ia berjalan menuruni anak tangga sementara Caroline mengikutinya.
"Jangan-jangan, Kakak ...."
"Tidak ada apa-apa. Kau mau apa?"
"Hmm, aku hanya mau minta uang," rengeknya. Arion berbalik, menatap adiknya dengan kesal.
"Uang? Kakak sudah sewa gedung untuk pesta ulang tahunmu sesuai permintaan Mama. Kakak juga sudah kirim uang ke rekeningmu karena Kakak tidak sempat membeli hadiah untukmu. Sekarang kau mau uang lagi?"
"Ah, Kakak. Aku tidak mau minta banyak kok."
"Tidak, Caroline. Kau terlalu boros!"
"Kakak, nanti kan pesta ulang tahunku. Kenapa Kakak pelit, sih!"
"Kakak tidak mau tahu, kalau kau perlu uang, kau harus kerja!"
"Kakak!" seru Caroline sambil menghentakkan kaki ke lantai. Arion mengabaikan adiknya yang terus merengek.
Caroline, wanita berusia dua puluh tiga tahun itu adalah adik kandung Arion. Caroline adalah wanita yang manja, ia enggan bekerja dan menjadikan kakaknya sebagai mesin penghasil uang. Saat ia menginginkan sesuatu, maka mau tidak mau Arion harus menurutinya.
Namun semakin lama, Arion semakin merasa lelah. Di saat wanita seusia Caroline sibuk dengan karir dan pekerjaannya, sang adik justru sibuk bermain ke sana ke mari bersama teman-temannya serta menghambur-hamburkan uang.
Dari ujung bawah anak tangga, Amber baru saja dari dapur dan hendak kembali ke kamar Aara. Wanita itu berpapasan dengan Arion dan Caroline.
Arion dan Amber tidak saling menyapa, namun Caroline menatap Amber dengan pandangan menelisik.
"Hei, kau pengasuh keponakanku, ya?" tanya Caroline.
"Ya, Nona." Amber mengangguk dengan sopan.
Caroline memanyunkan bibirnya. Ia melirik Amber yang berjalan meninggalkannya. Melihat penampilan Amber dari ujung rambut hingga ujung kaki, wanita itu sama sekali tidak tampak seperti seorang pengasuh. Caroline merasa curiga, jangan-jangan ada yang di sembunyikan oleh sang kakak tentang wanita itu.
...🖤🖤🖤...