Kisah ini bercerita tentang tiga orang wanita yang bersahabat sejak kecil yakni Raya, Fitri dan Alya. Namun Seiring berjalannya waktu mereka harus berpisah karena jalan hidupnya masing masing. Di usianya yang beranjak dewasa, mereka mulai menemukan jati dirinya. Seperti apa lika liku kehidupan tiga bunga ini? Ini lah kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Harti Supandi (Siti Hartinah), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ulah Pemilik Kalung Salib
‘’Yang ku tahu penghuni kamar itu cuma ada 2 orang. Amira sama Julia’’ ucap Reni
‘’Yang suka pake kerudung abu-abu siapa?’’ ucap Alya
‘’Itu Julia’’ ucap Reni
‘’Memang kenapa Al?’’ ucap Tio penasaran
‘’Gak apa-apa, cuma nanya ajah’’ ucap Alya
‘’Dikira ada apa Al, tapi Julia baik kok. Kamu pasti bisa akrab sama Julia’’ ucap Ega
‘’Gitu ya’’ ucap Alya
‘’Ho'oh’’ ucap Reni
"Oh namanya Julia’’ ucap Alya dalam hati
Sejenak Alya teringat dengan tugasnya yang belum dikerjakan.
‘’Oh iya PR tafsirku belum dikerjain, aku ke perpus dulu ya temen-temen’’ ucap Alya sambil meninggalkan teman-temannya di kamar
Waktu menuju perpus Alya berpapasan dengan Rizal.
‘’Assalammualaikum mbak Alya’’ sapa Rizal
‘’Waalaikumsalam Zal’’ ucap Alya
‘’Kamu masih inget saya’’ ucap Rizal
‘’Iya kamu temennya Fitri kan?’’ ucap Alya
‘’Alhamdulilah kalo masih ingat’’ ucap Rizal
‘’Saya mau ke perpus, duluan ya Zal’’ ucap Alya buru-buru
‘’Oh ya silahkan’’ ucap Rizal
Saat tiba di perpus, Alya langsung mencari buku dan mengerjakan tugasnya di perpustakaan hingga selesai.
Alya semakin giat dalam mempelajari islam. Tanpa terasa masa-masa belajarnya di pesantren akan segera berakhir. Namun, sebelum pergi dari pesantren, ia ingin mengenal Julia lebih dekat.
Seminggu terakhir berada di pesantren, Julia terlihat sedang membaca buku di taman dan Alya melihatnya. Alya pun menghampiri Julia yang sedang duduk sendiri.
‘’Boleh minta waktunya sebentar’’ ucap Alya
‘’Silahkan’’ ucap Julia
Alya pun duduk disamping Julia.
‘’Kalo boleh tau siapa namamu?’’ ucap Julia
‘’Saya Alya’’ ucap Alya
‘’Saya Julia’’ ucap Julia
‘’Saya sudah tahu" ucap Alya
‘’Kamu tahu nama saya dari mana?’’ ucap Julia
‘’Dari teman sekamarku, kan kita pernah berpapasan di toilet waktu tengah malam kemarin’’ ucap Alya
‘’ Ohhhh ya ampun saya lupa’’ ucap Julia baru ingat
‘’Gitu ya’’ ucap Alya
Namun, entah kenapa tiba-tiba Julia pamit pada Alya.
‘’Maaf Alya, saya masih ada urusan’’ ucap Julia pamit
‘’Kok buru-buru, sekarang kan bukan hari Minggu’’ ucap Alya
‘’Maksud kamu?’’ ucap Julia
‘’Apa ini milik kamu?’’ ucap Alya balik
Sambil menunjukkan kalung salib yang ia keluarkan dari sakunya.
Julia diam seribu bahasa ketika Alya menunjukkan kalung salib miliknya.
‘’Kok diam? Apa kamu takut kalo kebohongan yang kamu lakukan selama ini diketahui orang lain?’’ ucap Alya
‘’Jangan macam-macam denganku, kalau kamu tidak ingin aku singkirkan’’ ancam Julia
‘’Coba saja kalo kamu berani’’ ucap Alya sambil meninggalkan Julia
‘’Awas kamu Alya’’ ucap Julia
Julia merasa takut identitasnya akan segera terbongkar di pesantren Al-Hidayah. Maka ia pun mencari cara untuk menghancurkan orang yang sudah mengganggu ketenangan hidupnya.
Selesai kajian, Alya dan teman-temannya keluar dari mesjid. Tiba-tiba Rizal menghampiri Alya.
‘’Alya boleh minta waktunya’’ pinta Rizal
‘’Duluan ya Al’’ ucap teman-temannya
‘’Oh iya’’ ucap Alya
‘’Ada apa’’ ucap Alya
‘’Begini, saya malu sebenernya mau ngomong ini’’ ucap Rizal salting
‘’Kenapa mesti malu’’ ucap Alya
‘’Tolong kasih surat ini ke Fitri’’ ucap Rizal
‘’Ok nanti saya berikan ke Fitri’’ ucap Alya
‘’Syukron ya Al, saya duluan’’ ucap Rizal pamit
Hal ini diketahui Julia dan ia sangat marah.
‘’Ngapain sih si Alya deket deket sama Rizal? Aku jadi tahu apa yang harus aku lakukan’’ ucap Julia dalam hati menyusun rencana liciknya
Waktu semua sedang sibuk melakukan kegiatan kerja bakti, Julia masuk kamar Alya dan menggeledah lemarinya. Ia mengambil surat yang diberikan Rizal pada Alya, kemudian menaruh uang dalam amplop yang merupakan hasil uang curian yang ia dapat dari laci kantor pesantren. Julia menaruhnya dalam lemari Alya.
Setelah itu ia cepat-cepat pergi dari kamar agar tidak diketahui orang lain.
Sesaat kemudian, tiba-tiba ketika para santri sedang beristirahat ada woro-woro dari atasan pihak pesantren untuk mengumpulkan semua santri di lapangan.
‘’Assalammualaikum semuanya’’ ucap salam pak Jatmiko
‘’Waalaikumsalam’’ ucap semua santri
‘’Kita tahu Ramadhan ini adalah bulan yang suci, penuh berkah, bulan ladang pahala. Jadi sudah kewajiban kita untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Tapi hari ini saya sangat kecewa, karena di pesantren ini telah terjadi kemunafikan. Maka, untuk membuktikan hal ini semua kamar akan digeledah. Harap semua diam di tempat’’ tegas pak kyai Jatmiko
Kurang lebih selama 30 menit waktu penggeledahan berlangsung.
‘’Sebelumnya saya ucapkan terimakasih karena kalian masih tetap berada disini.
Namun, saya sangat kecewa hari ini, karena diantara kalian telah melakukan kebohongan.
Tadi ketika dilakukan penggeledahan kami telah menemukan amplop berisi uang puluhan juta di dalam almari salah satu santriawati di pesantren ini.
"Alya tolong ke depan’’ suruh pak kyai
‘’Kenapa amplop coklat isi uang ini yang tadinya ada di laci kantor jadi berpindah ada di kamar kamu’’ ucap pak kyai
‘’Kenapa pak kyai menuduh saya?’’ ucap Alya
‘’Karena barang ini kami temukan di dalam lemari kamu, tolong jelaskan semua ini’’ ucap pak kyai
‘’Demi Allah pak kyai, saya tidak pernah mengambilnya’’ ucap Alya
‘’Apa kamu bisa membuktikan kalau kamu bukan pelakunya?’’ ucap pak kyai
Tapi Alya hanya terdiam ketika di tanya seperti itu. Dia hanya berfikir biarkan waktu yang akan menjawab semua ini.
‘’Maaf Alya, kamu harus segera meninggalkan tempat ini, demi nama baik pesantren Al-Hidayah’’ ucap pak kyai
Sementara Julia hanya tersenyum melihat Alya tersingkir dari pesantren Al-Hidayah.
Orang-orang mengatakan pencuri pada Alya sampe Alya meneteskan air mata. Padahal ia masih punya waktu seminggu untuk tinggal di Al-Hidayah.
Disaat ia telah berusaha untuk memperbaiki imannya, Alya harus mengalami nasib pahit dalam hidupnya.
Akhirnya Alya meninggalkan Al-Hidayah dengan berat hati. Ia merasa telah dibuang begitu saja. Namun, Alya tidak menyerah, ia yakin kalau suatu hari nanti, Allah akan menunjukan kebenaran atas semua yang terjadi.
Sebab ia meyakini Allah tidak akan mungkin memberikan cobaan diluar batas kemampuan hamba-Nya.
Alya pun membereskan semua barangnya dan ia tambah kesal ketika surat yang dititip Rizal untuk Fitri hilang di lemarinya. Alya menanyakan prihal surat itu, tapi teman sekamarnya tidak ada yang tahu.
‘’Ya sudahlah’’ ucap Alya
Alya pamit kepada semua orang dan pulang seorang diri. Saat di kereta pun Alya kembali diuji. Tas yang berisi barang miliknya hilang diambil orang waktu Alya tertidur pulas di kereta.
Sejenak Alya menenangkan diri di mushola stasiun dan ia pun mengadukan nasibnya kepada Yang Kuasa.
‘’Saat keluar dari mushola, secara kebetulan Alya bertemu dengan sahabatnya Fitri.
‘’Alya’’ ucap Fitri
‘’Fit’’ ucap Alya
Mereka pun berpelukan, namun Alya malah pingsan didekapan Fitri.
‘’Loh Alya kenapa?’’ ucap Fitri bingung
‘’Al, bangun Al, Alya, tolong!’’ ucap Fitri minta tolong
Akhirnya orang-orang di stasiun membantu Fitri. Alya pun dilarikan ke rumah sakit terdekat.
Orang tua Alya pun langsung dihubungi agar segera datang menengok Alya yang sedang terbaring lemah.
Tak lama kemudian Alya siuman
‘’Fit, ini dimana’’ ucap Alya
‘’Alhamdulilah kamu sudah sadar Al’’ ucap Fitri
‘’Alya kamu sudah baikan sayang, maafin ayah nak’’ ucap ayah menyesal
‘’Alya gak apa-apa yah, gak usah khawatir’’ ucap Alya
Tiba-tiba ada Raya datang masuk ruangan.
‘’Alya, are you ok? What happen Al?’’ ucap Raya
Bersambung…