Bahagia karena telah memenangkan tiket liburan di kapal pesiar mewah, Kyra berencana untuk mengajak kekasihnya liburan bersama. Namun siapa sangka di H-1 keberangkatan, Kyra justru memergoki kekasihnya berkhianat dengan sahabatnya.
Bara Elard Lazuardi, CEO tampan nan dingin, berniat untuk melamar tunangannya di kapal pesiar nan mewah. Sayangnya, beberapa hari sebelum keberangkatan itu, Bara melihat dengan mata kepalanya sendiri sang tunangan ternyata mengkhianatinya dan tidur dengan lelaki lain yang merupakan sepupunya.
Dua orang yang sama-sama tersakiti, bertemu di kapal pesiar yang sama secara tak sengaja. Kesalahpahaman membuat Kyra dan Bara saling membenci sejak pertama kali mereka bertemu. Namun, siapa sangka setelah itu mereka malah terjebak di sebuah pulau asing dan harus hidup bersama sampai orang-orang menemukan mereka berdua.
Mungkinkah Bara menemukan penyembuh luka hatinya melalui kehadiran Kyra? Atau malah menambah masalah dengan perbedaan mereka berdua yang bagaikan langit dan bumi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon UmiLovi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesalahan Semalam
“Lalu kenapa kamu justru ingin merusak masa depanmu dengan melakukan hubungan sekss denganku? Bukankah itu juga sama buruknya dengan perbuatan mantan pacarmu?"
Kyra tercekat, seketika bibirnya membeku ketika Bara justru membalik perkataannya. Berinteraksi dengan Bara tak ubahnya berbicara dengan cermin yang kapan saja siap membalikkan fakta.
"Aku ...."
"Jangan pernah katakan hal seperti itu lagi padaku. Sekali lagi aku mendengarnya, aku akan mengabulkan permintaanmu!" ancam Bara dengan serius. "Aku adalah lelaki brengsek, Kyra. Aku sudah pernah tidur dengan puluhan wanita. Tak masalah bagiku menidurimu saat ini juga hanya saja ..." Bara memperhatikan penampilan Kyra yang sangat polos apa adanya.
"Apa karena aku jelek?" tebak Kyra dengan sedikit minder, tanpa sadar tangannya menutupi kedua buah dadanya yang ukurannya tak seberapa.
Melihat gelagat canggung itu, Bara hanya tersenyum kecil. "Aku akan merasa sangat bersalah seumur hidupku bila sampai meniduri gadis baik sepertimu."
Namun nyatanya, ketika hujan kembali turun di malam hari. Ketakutan yang selama ini Bara hindari akhirnya ia loloskan begitu saja. Melihat Kyra meringkuk kedinginan di rumah pohon, akhirnya Bara menemaninya untuk sekedar menghangatkan tubuhnya. Namun sayangnya, suasana yang hening, udara yang dingin dan ketegangan yang mendadak menyergap diantara keduanya membuat Bara tak bisa menahan gelora nafsunya lagi.
Perlahan namun pasti, ciuman yang entah mengapa terasa sangat manis itu menuntut lebih. Untuk Kyra, ini adalah ciuman pertamanya. Bersama Keanu yang 3 tahun membersamainya, Kyra tak pernah mengijinkan lelaki itu menyentuh bibirnya. Dan malam ini, Bara yang hanya 3 hari menemaninya justru yang lebih dulu mencicipi manisnya bibir tipis nan pinky itu.
Hujan yang semakin turun deras, menjadi saksi bahwa Bara telah merenggut mahkota Kyra yang sangat berharga. Detik ketika ia kelepasan mengeluarkan sebagian cairan jelly miliknya, saat itu pula Bara sadar bila ia sudah bertindak bodoh. Entah mengapa bersama Kyra rasanya sangat nikmat, sangat berbeda ketika bersama Vale dan beberapa wanita lainnya.
"Maafkan aku, Kyra." Bara memejamkan matanya penuh sesal, ia bahkan tak berani menatap sepasang mata indah yang kini tak sedang mengenakan kacamata itu. "Maaf--"
"Saat kita pulang nanti, kita harus melupakan semua yang telah terjadi di sini," tutur Kyra dengan tenang.
Rasa sakit di bagian bawah tubuhnya entah mengapa tak membuatnya cemas sedikitpun, Kyra merasakan sisi liar dalam dirinya menguasai pikirannya dan tubuhnya kali ini. Dan sialnya, Kyra justru tak menyesali apa yang sudah ia lakukan. Lelaki yang telah merenggut kesuciannya bukanlah kekasihnya, dia hanyalah seorang driver yang entah mengapa malah membuat Kyra menyerah pada nafsunya. Apakah karena Bara sangat seksi? Ah, tidak!
"Bara, Terima kasih."
"Terima kasih?" Bara menoleh dan mengawasi Kyra dengan terheran-heran.
"Terima kasih karena setelah malam ini, aku tak mau lagi menjadi Kyra yang lemah. Aku ingin berubah, Bara. Aku ingin menjadi Kyra yang berbeda."
Seutas senyum yang sangat manis dari wajah yang sangat polos itu membuat Bara ikut menarik kedua ujung bibirnya. Tanpa sadar, tangan Bara terangkat perlahan dan menepuk pipi Kyra dengan lembut.
Hujaan malam ini terasa berbeda bagi Bara dan Kyra. Dengan tekad yang bulat untuk membalas pengkhianatan orang yang mereka cintai, mereka berdua telah terikat secara emosi.
Esok paginya, Kyra bangun lebih cepat dan berlari ke tengah pantai. Ia mengumpulkan daun dan ranting kering lantas membawanya ke tengah pasir yang cukup lapang. Kejadian semalam telah membuat Kyra bersemangat untuk segera pulang dan merubah dunianya.
Bara yang menyadari bila Kyra tak ada di sampingnya sontak kebingungan mencari gadis itu. Ia mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya dan menemukan Kyra sedang berlari ke sana ke mari sambil membawa ranting-ranting kering.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Bara heran ketika melihat Kyra nampak menata ranting-ranting itu menyerupai huruf S.
"Oh, kamu sudah bangun?" Kyra mengawasi Bara sekilas. "Aku sedang membuat huruf SOS. Barangkali ada pesawat atau helikopter yang melintas, mereka bisa melihat huruf ini dan menemukan kita berdua."
"Helikopter?"
"Bukankah kamu bilang mereka akan mencari kita? Aku sudah nggak sabar untuk segera pulang, Bara!" jerit Kyra dengan tawa yang lebar.
Pulang?
Bara mengawasi lautan luas di sisi kanannya, lantas menengok hutan belantara yang berada di sisi kirinya. Bila ia pulang nanti, maka ia akan meninggalkan semua kenangan di pulau ini, entah mengapa terselip sedikit rasa tak rela di hati Bara.
"Bara, bisakah kamu membantuku mengumpulkan ranting-ranting kering lainnya?"
"Tidak mau, kumpulkan saja sendiri!" Bara menjawab dengan ketus dan berlalu dari hadapan Kyra.
Melihat Bara pergi begitu saja membuat Kyra terbelalak geram. "Hih, dasar!" gerutunya sembari tetap mengawasi tubuh Bara yang kemudian naik ke atas tebing batu karang.
Mau tak mau, akhirnya Kyra mengumpulkan kayu-kayu kering itu seorang diri. Karena huruf yang akan ia buat berukuran super jumbo, maka Kyra harus mengumpulkan kayu dalam jumlah yang banyak. Dengan langkah lebar, Kyra pun masuk ke dalam hutan untuk mencari kayu yang berukuran cukup besar agar ia tak perlu repot-repot mencari yang ukuran kecil dalam jumlah yang banyak. Ketika menemukan kayu kering, Kyra akan menariknya ke tepi pantai dan menatanya membentuk huruf.
"S ... O ... S satunya kurang satu kayu lagi!" Kyra bergumam sembari bersiap untuk masuk lagi ke dalam hutan.
Namun belum terlalu dalam memasuki hutan,angkah Kyra terhenti ketika seekor monyet tiba-tiba melompat dari atas pohon dan turun tepat di depannya. Kyra yang terkejut hampir saja berteriak ketakutan, ia sangat trauma.
"Uuuu aaaak!" Tangan panjang monyet itu menunjuk ke dalam hutan.
Kyra mundur perlahan, dengan jantung yang berdebar keras, ia telah bersiap untuk kabur.
"Uuuu aaa uuu!" teriak monyet itu sekali lagi.
"Kyaaa, Baraaaa!" secepat kilat Kyra berbalik dan berlari menjauh.
Namun monyet itu tak tinggal diam, ia kembali meloncat ke atas pohon dan menghadang Kyra.
"Uu aaa uuu!" Monyet itu menunjuk lagi ke arah yang sama dengan tangannya yang berbulu.
Kyra menutup wajahnya ketakutan, namun ketika sekilas ia melihat monyet yang tetap sabar duduk di depannya, Kyra baru sadar bila monyet ini berbeda dengan yang kemarin menjambak rambutnya.
"Uuu aaaa!"
Entah mengapa Kyra merasa monyet ini sedang meminta bantuan karena sejak tadi ia menunjuk ke arah yang sama.
"Ada apa, Monyet?! Kamu mau menjebakku lagi, hah?!" sosor Kyra sakit hati.
Monyet itu maju perlahan, namun Kyra yang masih trauma sontak mundur ketakutan.
"Uu aa uu!" sekali lagi, monyet itu menunjuk ke arah yang masih sama.
"Kau sedang meminta bantuanku?!"
"Aaa aaaa!"
Dengan gesit monyet itu meloncat mendahului sambil sesekali menoleh Kyra agar mengikutinya.
"Yaaa yaaa, baiklah! Aku akan membantumu asal kau membayar ku dengan setandan pisang, deal?"
"Aaa uuu!"
Dan dengan kesepakatan yang sudah mereka buat, Kyra mengikuti monyet itu masuk ke dalam hutan. Meskipun masih ada sedikit rasa takut, namun Kyra berusaha berpikiran positif bila monyet ini berbeda dari monyet yang kemarin.
Setelah berjalan cukup jauh, monyet itu akhirnya berhenti di sebuah gua kecil. Ia menunjuk ke dalam gua itu dengan tatapan memelas.
"Kamu memintaku masuk ke dalam?"
"Uuu!"
Kyra menggeleng cepat. "Nggak mau! Di dalam pasti banyak kawananmu yang siap menjambakku lagi, ya, kan?!"
Seolah paham pada perkataan Kyra, monyet itu lebih dulu masuk ke dalam gua.
"Uu aaa uuu!" teriak monyet itu dari dalam.
Kyra memicingkan matanya untuk melihat keadaan di dalam gua. Dan berapa terkejutnya ia ketika melihat seekor monyet lain ternyata sedang berusaha melahirkan dan kepala bayinya tersangkut diantara kemalluuan ibunya.
"Uuu aaa uuu..." monyet yang berukuran lebih kecil tadi menunjuk monyet yang hendak melahirkan.
"Aaakh, ada-ada saja! Aku bukan bidan, Nyet! Aku perancang busana, mana bisa aku membantu istrimu melahirkan!"
"Uuu..."
"Ya ya ya, baiklah! Awas saja kalo kalian nggak membayar mahal jasaku kali ini!"
Kyra akhirnya masuk ke dalam gua dengan sangat terpaksa. Setidaknya pengalaman baru ini akan membuat keterampilannya bertambah, siapa tahu sepulang dari pulau ini nanti ia bisa alih profesi menjadi bidan, bukan?
gengsi aja di gedein pake ga ada cinta
di abaikan dikit udah kesel hahah
wkwkwkwwk