Asmara di dua dimensi, ternyata benar adanya.
Bukti nyata yang di alami Widuri. Perempuan berusia 19 tahun itu mengalami rentetan keanehan setiap hari. Widuri kerap kali mendengar bisikan-bisikan masa depan yang tepat sesuai peristiwa yang terjadi di depan mata.
Mimpi berulang kali yang bertemu dengan pria tampan, membawanya ke tempat yang asing namun menenangkan. Widuri asyik dengan kesendiriannya, bahkan ia selalu menanti malam hari untuk segera tidur, agar bertemu dengan sosok pria yang ia anggap kekasihnya itu.
Puncaknya, 6 bulan berturut-turut, kejadian aneh makin menggila. Sang Nenek merasakan jika Widuri sedang tidak baik-baik saja. Wanita berusia lanjut itu membawa cucunya ke dukun, dan ternyata Widuri sudah ...
Ikuti kisah Widuri bersama sosok pria nya ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ALNA SELVIATA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 Perubahan
Widuri meringis kesakitan saat rambutnya ditarik keras oleh seseorang. Dia menoleh lalu mendapati Titi yang memandangnya dengan wajah emosi.
"Kamu kenapa tarik rambut aku?!"
"Pura-pura bodoh atau apa? kamu sudah menghancurkan suamiku, enak saja kamu hidup enak sementara suamiku di penjara!" Bentak Titi yang tak tahu malu. Padahal, di toko itu sedang banyak pengunjung.
Widuri menghela nafas sambil mengusap kepalanya yang nyeri. Jambakan Titi tak manusiawi, seolah kulit kepala Widuri hampir terlepas.
"Suami yang salah. Dia itu sudah meresahkan. Kalau kamu merasa aku yang salah, berarti sifatmu sana saja dengan suamimu, atau jaga deh suamimu jangan suka ganggu orang," kata Widuri yang berani mematahkan tuduhan Titi.
"Aku mau cabut laporan mu!"
"Oh, tidak bisa. Suami mu bersalah."
Karena tak mau memperkeruh suasana, Widuri memutuskan untuk pergi dari tempat itu. Titi yang masih emosi meneriakinya berulang kali dengan sumpah serapah. Para pengunjung toko malah bersorak mengejek Titi karena ulah tak bermoral nya.
"Untung saja aku bisa tahan diri, kalau tidak, aku akan mengumpulkan energiku untuk membalas wanita itu!" Areta geram sebab adik iparnya di perlakukan kasar di depan umum.
Widuri memilih pulang. Dia menyempatkan diri mampir di ATM menarik uang sepuluh juta. Uang itu akan ia hadiahkan ke neneknya.
Di tengah perjalan pulang, tiba-tiba telinga Areta berdengung. Dia mendapat panggilan di alam jin. Areta mendengar suara Ibunya, Kaluna.
"Yah, Ibu panggil. Widuri, kamu pulang sendiri ya, aku dipanggil mama, jaga dirimu baik-baik," ucap Areta lalu menghilang dari angkot yang ditumpangi oleh Widuri.
Areta menembus lorong dimensi. Dia langsung ke rumah Ibunya yang lumayan jauh dari rumah pribadinya tempat Kailash berada. Saat itu memang Kaluna meminta putrinya datang untuk menanyakan keberadaan Kailash.
"Ibuku cantik, ada apa?" tanya Areta dengan nada manja.
Kaluna mencium aroma bau manusia yang dibawa oleh putrinya. Dia mengendus-endus berulang kali ke badan Areta.
"Kamu dari dunia manusia?"
Tak mungkin Areta berbohong. Kaluna sudah berusia ribuan tahun, ilmunya lebih tinggi dibanding putrinya. Percuma saja Areta membohongi Kaluna.
"Iya. Aku sedang berjalan-jalan," jawabnya berusaha santai.
Kaluna menatap skeptis putrinya. Tapi, dia bukanlah Ibu yang mendesak sesuatu yang membuat tak nyaman anaknya.
"Baiklah. Kamu panggil Kailash, kenapa Ibu sulit sekali memanggil anak itu. Ibu rindu, dia terlalu sibuk di dunia manusia, katanya dia tidak suka tuannya yang sekarang, tapi kenapa adikmu itu sepertinya tidak punya waktu untuk ibu," tutur Kaluna.
Yang dimaksud 'tuan' Kailash ialah Arum. Ibu Widuri memang tidak terlalu disukai oleh Kailash sebab sikapnya yang tak berbudi luhur. Kailash pernah bercerita kepada Ibunya tentang ketidaksukaannya terhadap Arum.
"Tunggu saja, Ibu. Kailash akan pulang nanti, anak muda seperti dia memang pasti lebih suka keluyuran, tahu kan anak Ibu itu selalu ingin menjadi manusia, selalu mempertanyakan takdirnya," timpal Areta.
Kaluna menarik nafas panjang. Dari dulu, sejak kecil Kailash memang sering berucap tentang kesukaannya dengan kehidupan manusia. Yang begitu mudah dan bisa punya derajat tinggi. Kehidupan manusia memiliki struktur lebih bagus ketimbang mahluk gaib.
Manusia lahir dan memiliki tuntutan untuk berjuang sama seperti jin. Tetapi manusia bekerja, berusaha, dan tantangannya menjaga sikap agar lebih baik. Tidak seperti jin, yang memiliki ilmu yang mempermudah segalanya hingga mereka kadang bosan dengan kehidupan demikian.
Belum lagi bentuk-bentuk mereka yang berbeda-beda, usia pun sampai ribuan tahun. Jenuh dan bosan menyergap setiap harinya. Maka dari itu jin kadang kala meniru kebiasaan dan pola hidup manusia. Itulah juga yang diinginkan Kailash, sampai memutuskan menikahi Widuri.
"Adikmu kenapa belum bisa menerima takdirnya, ya? alasan dia diciptakan sebagai jin ya pasti ada maksudnya. Mungkin maksudnya dia ditugaskan menjaga keturunan orang baik seperti tuan pertamanya itu." Kata Kaluna yang menanggapi bijaksana.
Areta memeluk Ibunya dati belakang. Beruntung, ia dan Kailash lahir dari Ibu yang sebaik Kaluna. Walaupun kekurangan mereka ialah memiliki Ayah yang sedikit kejam.
***
"Kamu dari mana saja?" tanya Nenek Satia.
Widuri meletakkan belanjaannya di meja. Di kresek-kresek itu berisi buah dan bahan makanan lainnya, terutama daging. Widuri membeli lima kilo.
"Banyak sekali belanja kamu, dapat uang dari mana?"
Widuri mengemas buah ke dalam kulkas.
"Ada sedikit uang tabungan, dan aku berani mengajukan pinjaman di temen aku. Mau buka usaha kecil-kecilan, Nek."
Nenek Satu hanya mengangguk-angguk saja. Dia yang renta hanya bisa menunggu hasil dari cucunya. Satia percaya jika cucunya tidak mungkin melakukan hal buruk demi mendapatkan uang.
"Oh ya, Nek. Saya akan buatkan nenek warung sembako kecil, nanti nenek jualan disana, kita cari karyawan dua orang buat bantu Nenek," kata Widuri.
Sengaja ia tidak menampakkan uang kepada neneknya agar Satia tidak menceritakan uang itu kepada orang lain. Widuri paham, jika sikap neneknya yang sudah lanjut usia dan kadang pikun buat dia mudah bercerita dengan siapa saja.
"Besok Widuri akan mulai, Nek. Nenek nikmati saja hasil Widuri, ya." Kata Widuri lalu berlalu lagi ke kamarnya.
Nenek Sati tersenyum memandangi bahan makanan yang di beli cucunya. Dia akan memasak enak-enak untuk Widuri.
"Nek, aku mau makan daging kecap," seru Widuri mengintip dibalik gorden kamarnya.
"Iya, Nak. Nenek akan masakkan."
Widuri yang lelah memilih tidur. Dia masih berharap Kailash datang di mimpinya. Namun, beberapa saat duduk di tepi danau. Yang datang malah Aji Ratuna.
"Apa kabar Widuri?" tanya Aji Ratuna yang mengejutkan Widuri.
"Hah! Aji Ratuna, saya kaget tadi. Maaf. Saya baik-baik saja," jawabnya lalu berdiri menghampiri Aji Ratuna.
Keduanya duduk di bangku danau. Aji Ratuna membawa satu nampan yang berisi biji-bijian dan satu cangkir air.
"Saya datang karena ada sesuatu. Ini yang harus kamu makan dan minum, Nak. Karena saat ini kamu harus lebih terjaga," kata Aji Ratuna.
Senyuman wanita paruh baya itu teduh. Karena setiap saat memakai kebaya dan sanggul, Aji Ratuna tetap terlihat elegan.
Widuri sesaat menatap nampan yang dipegang oleh Aji Ratuna. Dia teringat pesan-pesan Kailash tentang aturan dunia jin.
"Tapi kata Kailash saya tidak boleh makan dan minum, Aji.
Aji Ratuna tersenyum. Dia paling suka sifat kejujuran Widuri. Namun, bagi Aji Ratuna saat ini Widuri salah paham.
"Widuri cantik, ini bukan makanan dari alam jin. Tapi makanan dari alam manusia, hanya saja saya menjampi-jampinya untuk menguatkan mu nanti."
"Oh begitu, Aji. Tapi tidak akan mem-"
Belum sempat Widuri melengkapi kalimatnya, Aji Ratuna langsung memotong.
"Tidak akan, Nak. Makan dan minumlah, ini akan menguatkan mu, karena sebentar lagi akan ada perubahan dalam dirimu," kata Aji Ratuna.
Widuri mengerutkan alis. "Perubahan apa, Aji?"
"Nanti kamu akan tahu. Saya tidak boleh memberitahu mu."
Widuri mengangguk. Mulai mengambil biji ketapang yang sudah di masak lalu mengunyahnya seperti makan kurma.
"Habiskan, Nak. Lalu minum air ini," ucap Aji Ratuna lagi.
Thor apa di dunia nyata ada cerita seperti ini?