Bianca Adlova yang ingin hidup tenang tanpa ada kemunafikan.
Dia gadis cantik paripurna dengan harta yang berlimpah,namun hal itu tidak menjamin kebahagiaannya. Dia berpura-pura menjadi gadis cupu hanya ingin mendapatkan teman sejati. Tapi siapa sangka ternyata teman sejatinya itu adalah tunangannya sendiri yang dirinya tidak tau wajahnya.
Lalu bagaimana Bianca akan terus menyembunyikan identitas aslinya dari teman sekolahnya? Apakah dia akan kehilangan lagi seseorang yang berharga dalam hidupnya? ikuti kisahnya disini.
Selamat membaca🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alkeysaizz 1234, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Salah faham..
Frederick langsung menarik pinggang Aluna kuat dan tanpa aba-aba menekan bibirnya pelan,menyapunya perlahan lalu sedikit memberi gigitan.
Aluna nampak syok namun bahagia ,ia pun mulai memberi balasan yang langsung Frederick tahan. "Cukup.." Frederick melepaskan pelukannya dan mendorong Aluna agar menjauh.
"Maksud Lo apa?!" tanyanya penuh emosi, dirinya merasa di permainkan,di perlakukan mesra lalu di buang seperti seseorang yang tak berguna.
"Gue mohon jangan bahas itu sekarang?" Frederick begitu dingin memperlakukan Aluna. Membuat gadis itu berlari dengan semua amarahnya.
Frederick membuang nafasnya kasar,merasa jika yang dilakukan nya salah. Namun dia belum siap membuka hati, meskipun sentuhan itu sudah ia rasakan dari Aluna. Hatinya masih menolak bahkan merasakan hal yang lain.
"Frederick brengsek!!" umpat Aluna saat dirinya berada di kelas. Ami dan Lyra saling bertukar pandang ,merasa heran saat Aluna menangis
"Elo kenapa,Lun? Si Fred kasar lagi sama elo?" Aluna tak menjawab dia masih sibuk dengan tangisannya.
"Kan elo udah tau kalau sifat si Frederick itu emang dingin dan juga angkuh! Lalu apa yang membuat elo nangis?" Aluna akhirnya menghentikan tangisannya,menatap ke arah Ami dan Lyra.
"Frederick cium gue terus setelah itu dorong gue kasar."
"Apa!!" pekik keduanya bersamaan.
"Serius Lo? jadi hubungan kalian sudah sejauh itu?" tanya Lyra penasaran. Aluna pun mengangguk walau dalam hati mengakui jika dirinyalah yang memulai.
"Wah..gak bener banget nih! Masa iya begitu? Seperti habis manis sepah di buang!"
Peletak..
Aluna langsung memukul kepala Lyra dengan bolpoin yang ia pegang. "Jangan sekata-kata nya Lo! Emang gue apaan!" bentaknya tak terima.
Lyra hanya meringis begitu juga dengan Ami lalu duduk di depan Aluna.
"Ya udahlah,Pepet aja teros! Nanti juga ketagihan!" Aluna menatap ke arah Ami tajam,merasa jika ucapan anak itu ada benarnya juga.Toh dia juga yang memulai bahkan saat itu Frederick tak menolak,justru balik mendominasi.
"Oke,gue ikuti saran Lo!" jawab Aluna kemudian sambil di iringi senyuman.
*
Beralih pada Bianca yang kini sedang duduk di tepi lapangan,ia meneguk minumannya hingga habis, membuat air yang ia minum keluar dari sela sudut bibirnya. Evan menyodorkan sapu tangannya,agar Bianca membersihkan mulutnya yang terdapat bercak air.
"Makasih" ucap Bianca langsung membersihkan mulutnya segera.
"Oh iya,gue denger katanya elo kerja di toko bunga ya?" Bianca melirik kearah Evan lalu mulai bertanya.
"Darimana Lo tau?"
Evan tertawa kecil lalu menyambung ucapannya. " Semua anak di sekolah ini udah pada tau kali,bahkan guru-guru juga."
"Terus darimana mereka tau?" tanya Bianca lagi serius. "Saat itu ada salah satu guru yang lihat elo disana,dan membantu si bapak toko menjual bunganya,"
Bianca mulai mengingat-ingat semua orang yang datang ke toko itu,namun tak ada gurunya yang membeli bunga disana. Bianca menatap kembali Evan lekat merasa ada yang aneh namun apa?.
"Terus ,elo malu punya temen yang bekerja di toko bunga?"
"Ya enggak lah , cupu. Justru gue bangga punya temen yang mandiri kayak elo." Jawab Evan cepat.
Bianca hanya menaikkan alisnya sebelah lalu mengunyah makanan yang ia beli.
"Kapan-kapan,gue boleh gak main ke rumah elo?"
Pefftt..
Lagi-lagi Bianca tersedak,kali ini oleh makanan. Seseorang langsung menepuk-nepuk punggungnya pelan lalu menyodorkan satu botol air mineral ke arahnya.
"Makanya,kalau makan itu jangan sambil bicara! Keselek kan' jadinya!" Bianca langsung menatap Jojo yang kini berada di dekatnya.
"Elo berteman sama berandalan ini,Cupu?" tunjuk Evan ke arah Jojo.
"Kalau iya emang kenapa?" solot Jojo membuat Evan membuang mukanya malas.
"Gue kasihan aja sama elo. Jangan sampai elo kena imbasnya karena ulah anak urakan ini!" kata Evan lagi memandang remeh ke arah Jojo.
"Apa Lo! ngatain gue!" Jojo sudah berdiri dan siap menyerang.
"Stop!" teriak Bianca menengahi saat keduanya akan mulai melayangkan pukulan. Bianca menatap kedua pria itu bergantian lalu langsung pergi dari sana.
"Eh,cup! Tungguin gue!" panggil Jojo yang lari mengejar. Evan hanya tersenyum sambil berlalu meninggalkan lapangan.
"Dasar preman.." umpatnya tajam.
Jojo terus mengejar Bianca dan menarik tangannya dari belakang.
"Elo kenapa sih 'cup? Marah sama gue Lo?" tanya Jojo merasa jika Bianca menghindarinya.
"Enggak," jawab Bianca ketus. Sama ketusnya saat tadi dia mulai datang ke sekolah.
"Jangan-jangan bener lagi yang di katakan Aluna? Kalau elo ngincer cogan disini hanya untuk kesenangan Lo?"
Plakk...
Tangan Bianca refleks melayang begitu saja di udara dan mendarat di pipi Jojo begitu keras. Nafasnya menderu,terkejut sekaligus merasa bersalah.
"Jaga mulut Lo, Jo! Gue bukan cewek kayak gitu?" Jojo menatap mata Bianca yang berubah memerah, menggenang kan air matanya di pelupuk mata.
"Sorry..Cup... gue..."
"Cukup! Elo gak salah! Gue yang salah Jo! Maafin gue yang gak sengaja nampar elo!". Bianca langsung berlari dengan air mata yang mulai terjatuh. Jelas hal itu Jojo lihat membuatnya semakin merasa bersalah.
"Sial..!" umpat Jojo kesal mengacak-acak rambutnya kasar.
Bianca berlari menuju toilet,lalu menguncinya dari dalam. Ia menarik nafasnya yang berat perlahan,seakan sesak saat mengingat perkataan Jojo yang menusuk hatinya.
Bianca menyadari kesalahannya,tidak seharusnya dia menghindari Jojo dan marah-marah tak jelas kepadanya karena sebuah mimpi. Mimpi yang begitu ekstrim juga membuat suhu tubuhnya panas saat mengingat mimpi itu.
Bianca menghapus air matanya,lalu membasuh mukanya hingga bersih. Dia mengeluarkan beberapa alat rias yang ia simpan di dalam saku rok nya untuk merias mukanya menjadi jelek.
"Elo kenapa sih, Bianca? Kenapa elo merasa kesal sendiri? jadi salah paham kan' sekarang?" monolognya pada diri sendiri.
Bianca pun keluar kamar mandi setelah semuanya selesai,terlihat Jojo berdiri di luar sambil menyenderkan bahunya ke dinding. Ia langsung membenarkan posisinya saat melihat Bianca keluar dan mulai berbicara.
"Maafin gue,Cup! Gue gak bermaksud buat Lo sakit hati. Gue...Gue cuman.."
"Gue udah maafin elo,Jo! Sorry..gue yang datang ke sekolah dengan membawa masalah gue di rumah." Bianca memotong ucapan Jojo membuat pemuda itu langsung mendekat ke arah Bianca.
"Kenapa sama keluarga Lo? Nyokap Lo sakit lagi?!" Bianca menatap wajah Jojo yang begitu mengkhawatirkan keluarga dan juga dirinya. Bianca semakin merasa bersalah bahkan mungkin jika Jojo tau kebenarannya,Bianca akan menerima semua akibatnya.
"Iya!" jawab Bianca pelan.
"Pantesan sejak pagi wajah elo di tekuk terus kayak prangko yang nempel di tiang!"
Bukh...
"Sialan Lo!!"
Jojo memegangi perutnya saat pukulan Bianca yang di luar prediksinya mendarat begitu keras di sana. Wajahnya berubah merah seperti seseorang yang menahan lapar dan juga kentut.
"Bilang-bilang dong kalau mau mukul! Jagi lapar kan' gue.." Bibir Bianca perlahan melengkung،tersenyum begitu lebar sambil menarik tangan Jojo kuat.
"Ayo gue traktir .." kata Bianca membuat Jojo menghentikan langkahnya.
"Gue yang traktir elo! Dan uang yang elo punya ,simpan aja di rumah,buat keperluan Lo sehari-hari." Bianca semakin terpukul saat mendengar nya. Berulang kali bahkan mungkin tak tau entah sampai kapan. Tapi saat ini ,dia hanya ingin menghabiskan kebersamaannya bersama Jojo yang sudah menerima dirinya apa adanya,tanpa perbedaan kasta dan juga harta.
"Oh iya,hutang penjelasan belum elo bayar !" Bianca tersenyum kecil lalu mengangguk.
Mereka pun akhirnya duduk di taman sekolah,di bawah pohon yang rindang dan sejuk.
"Gue cerita ya.." Kata Bianca yang mendapat respon serius dari Jojo.
"Dari cara Lo berkomunikasi sama pegawai disana ,udah ketahuan kalau elo bos mereka. Terus lagi pas gue tanya harga perbaikannya,dia bilang gratis setelah beberapa detik natap elo dulu. Masa iya di gratisin? Sedangkan harga kedua ban si kujang kan' cukup mahal. Jadi gak mungkinkan kalau itu orang lain yang punya bengkel? jadi gue menarik kesimpulan sendiri ,gitu..." Jojo manggut-manggut sejenak,ada benarnya juga yang di katakan Bianca, jadi gadis itu tidak menyelidikinya tapi memang itu real kesalahannya.
"Iya juga ya..."
Pletuk...
Kali ini Bianca yang menyentil dahi Jojo keras, membuatnya meringis kesakitan sambil memegangi keningnya.
"Sakit kan' Lo?! Sama! Gue juga yang sering elo gituin! Makanya pintar dikit napa..?!" Ledek Bianca membuat Jojo langsung tertawa.
"Udah nular aja tuh,kelakuan jelek gue! jangan ya cup..jangan..."
Keduanya saling tertawa lebar sambil saling mengejek dan menyentil kening. Perasaan keduanya kembali membaik dan itu membuat mereka saling terikat satu sama lain.
"Cihh..bikin muak aja gue lihat mereka berdua..! Si cupu yang buruk rupa sama si berandalan sekolah." Sungguh pasangan yang sempurna!"
Aluna terus berdecih saat melihat keakraban mereka berdua,kenapa? Karena dirinya pun menginginkan hal yang sama dari Frederick. Benar ya, apa yang di katakan orang. Jika iri itu tanda tak mampu.
"Kita kerjain lagi si cupu! Buat hubungan mereka renggang dan saling bermusuhan!" Aluna menoleh ke arah sumber suara yang sudah sedari tadi berdiri di belakang.
"Elo....?!"
hapoy Reading semuanya 🥰🥰🤗