Selamat datang di novel ku
menerima kritik dan saran
feedback & folback bisa folow instagram juga ;@namjoneya_0594
Pernikahan biasanya didasari oleh cinta namun tidak dengan Hira dan Axell/Gus Mahen. Keduanya menikah karena sebuah insiden naas menimpa calon istri Axell dan Hira berada diTKP.
Hira sebagai pengantin penganti namun setelah menikah kehidupannya penuh dengan teror, hingga membuat nya sempat mengalami gangguan kecemasan. Hingga suatu tragedi membuat nya tak bisa sadar dalam waktu lama , Sedangkan Axell tanpa sadar menyayangi istri dengan berlindung dibalik kata “Aku akan bertanggung jawab menjadi seorang suami”.
Keduanya tetap harus mencari tau siapa pelaku peneror dan pembunuhan misterius.
Dan akankah mereka menemukan pelakunya? Akan kah cinta mereka menjadi kekuatan untuk melawan segala lika-liku kehidupan atau justru malah salah satu dari mereka berhasil dibunuh lagi? .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tini Timmy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 15
“Apa itu? boleh kah kamu buka?” Jawabnya dengan polos.
“Tentu,” Sahutnya.
Hira mengangguk paham lalu menunggu Delin membuka kotak tersebut, “Bagaimana dengan ini, apa kamu ingat?” Tanya nya setelah berhasil membuka kotak tersebut.
Terdapat belati dan bunga mawar putih segar, Hira tersentak akan hal yang ia lihat hingga tubuhnya mundur beberapa senti.
Beberapa ingatan berputar dikepala Hira hingga satu kata yang ia terdengar jelas adalah. .. “Da-darah,” Kepalanya sudah pusing.
Semua terasa berputar dengan suara riuh dalam isi kepala nya .
Sekelibat bayangan senyuman Axell dan pelukan Axell serta ada saat ia melihat truk yang mendekat hingga membuat nya berteriak kencang.
“Ti-tidak jauhkan itu dariku. To-tolong jangan mendekat! Aku mohon!” Tangisnya pecah, ia tak mampu lagi menampung bulir bening yang sedari tadi mengembun di kedua pelupuk matanya.
“Siapa kamu sebenarnya! Siapa! Jawab!”
“Bisa jadi antagonis bisa juga protagonis haha… Nona gak perlu takut kan ini hanya sekedar B-E-L-A-T-I gak akan makan Nona juga kan?” Jawab nya dengan enteng sambil mengelus ujung belatinya.
Sedangkan tubuh Hira sudah bergetar hebat ia takut bukan main, dengan sekumpulan bayangan-bayangan pembunuhan Ning Rea. Seakan-akan semua isi kepalanya sudah dikuasai dengan rekap ulang ingatan nya.
“Cu-cukup, singkirkan belati itu!”
Delin memegangi bahu Hira, “Untuk? Aku tidak akan membuat nona terluka ini hanya sekedar BELATI SAJA!”Tegas nya namun senyuman licik tak luput merekah dari kedua bibir.
Hira terus saja memegangi kepala nya yang terasa berdenyut nyeri, hingga tangisnya menderu dan nafas nya terasa sesegukan.
“Singkirkan!”
“Emm… . Tidak akan, coba pegang dulu barangkali ini akan jinak jika Nona yang gunakan!”
Hira menggeleng kan kepala lalu bergeser menjauhi tempat duduk Delin. Ia merasa takut karena wajah tenang Delin berubah seperti sedang terbakar api dendam.
Rahang nya mengeras, manik mata nyalang dan nafasnya memburu dengan tawa cekikikan nya yang membuat bulu kuduk merinding . Dan senyuman smirk yang tak pernah bosan di kedua bibir Delin.
Dengan langkah pasti Delin mendekatinya bersamaan ia memundurkan langkah. Kaki Hira seakan terasa berat untuk melangkah lagi, badannya semakin bergetar hebat .
“Cu-cukup, jangan mendekat lagi, aku mohon! ,”Titahnya di sela-sela isakan tangis.
Hira takut jika ia semakin mundur maka ia bisa saja jatuh ke danau, karena tanah yang ia pijak adalah perbatasan antara danau dan daratan.
Delin tetap gigih melangkah maju bahkan manik matanya terlihat melotot dengan senyum seringai yang nampak menakutkan.
Hira sudah menutup matanya rapat-rapat ia pasrah jika harus tercebur ke danau karena ia sudah tak bisa melarikan diri lagi, Delin terus berjalan maju kerah nya sambil mengusap belati itu. Jika sampai ia salah bergerak maka akan ada yang terluka.
“Ya Allah, aku pasrah, apapun yang terjadi itu atas kehendak mu ya rabb.”Batinnya sambil meneteskan air mata.
“Hira,” Teriak seseorang dari kejauhan, ia seperti kenal suara tersebut , ia membuka matanya perlahan dan merasa terkejut dengan perilaku Delin.
Entah dia membuang belati dan kotak nya kemana karna saat Hira membuka mata, Delin tengah tersenyum sambil menuntun nya ke daratan dan mendekati kursi.
Hira mengernyitkan dahi akan semua hal yang terjadi namun sesegukan itu belum juga hilang dan hidung yang memerah seperti tomat ceri masih bisa dilihat dengan jelas.
Axell yang melihat Hira berjalan di tuntun oleh Delin segera ia menghampiri mereka.
Dan bertanya apa yang sebenarnya terjadi mengapa keduanya bermain di tepi danau dalam jarak yang beberapa inci saja.
Delin berdalih ingin memancing sedangkan Hira masih diam dengan air mata yang masih membanjiri wajah nya. Isakan nya masih terasa hingga membuat dadanya terasa nyeri.
“Kamu kenapa? Ada sesuatu yang salah?”
Hira menggeleng namun tatapan matanya seperti ingin menyampaikan sesuatu namun saat ia menoleh ke arah Delin, ia terintimidasi oleh tatapan tajam Delin yang diselimuti dengan senyuman manis namun terlihat menyeramkan.
Dan akhirnya Hira hanya dapat menangis tanpa mengeluarkan sepatah kata dengan tatapan yang polos. Axell merasa memang ada yang tidak baik-baik saja, ia merengkuh tubuh istrinya mencoba menenangkan sambil dikecup pucuk kepala Hira yang ditutupi dengan jilbab.
“Ayo, kita pulang. Terima kasih Delin sudah mau membantu istri ku. Kamu sekarang boleh pulang!”
“Baik, Sama-sama Tuan lagi pula kan Nona juga istri Tuan jadi sudah selayaknya saya menjaga dan menemani disaat anda sedang sibuk. Lain kali kalau boleh saya ingin menemani Nona lagi ya.” Katanya dengan senyuman yang menampilkan barisan giginya yang rapi.
Hira mendengar ucapan Delin langsung menggelengkan kepala sambil menepuk-nepuk dada bidang Axell.
“Ada apa dengan Hira, kenapa dia merasa ketakutan seperti ini. Apa ada sesuatu yang mereka sembunyikan?”Batinnya .
Delin pamit dan Axell hanya menjawab dengan anggukan kepala lalu kembali fokus dengan istrinya yang masih menangis dibalik dada bidang miliknya.
Melepaskan pelukan dan memegang kedua bahu Hira mengusap nya pelan namun sang empu malah bertambah menangis. Axell menangkup wajah Hira dengan kedua tangannya sambil mengusap air mata yang terus membasahi pipi.
“Hey, Hira ada apa katakan lah. Jangan takut ada aku disini, sebisa ku akan melindungimu walaupun harus bertukar nyawa pun aku siap”
Hira menggeleng kan kepala, namun tubuhnya terasa semakin bergetar hingga denyutan di kepala Hira terasa begitu intens dan membuat penglihatannya kabur .
Ia seperti melihat kunang-kunang digelarnya malam dan terasa ia berputar hingga tubuhnya lunglai dalam pelukan Axell.
“Hira bangun, jangan pingsan. Hira! Hira!”sambil menepuk-nepuk pipi Hira namun tak ada respon.
Rasa cemas menyeruak ke dalam benak Axell , segera ia membohongi sang istri dan membawanya ke rumah ndalem. Dengan langkah lebar ia sedikit berlari sampai di rumah.
“Umma, tolong Axell.” Teriaknya dari luar rumah.
“Hira bertahan lah, bangun jangan tidur lagi , aku mohon jangan begini,”Gumamnya dengan suara bergetar.
Umma membuka pintu dan terkejut melihat Axell membopong menantu nya dan wajah Hira terlihat sangat pucat pasi.
“Aduhh, Hira kenapa Axell?”
“Nanti aku jawab, sekarang bantuin Axell bawa Hira ke kamar dulu Umma.”
Keduanya membawa Hira masuk, Umma sebagai pembuka pintu dan saat mereka ingin naik ke lantai 2 , Axell dan Umma berpapasan dengan Vincent yang ingin keluar rumah.
Ia juga ikut panik kala melihat Hira tak adat kan diri, “Vin, ikut aku periksa Hira sekarang, aku takut terjadi apa-apa.”
Vincent menganggukan kepala dan mengikuti dari belakang, setelah tiba dikamar perlahan Axell merebahkan tubuh Hira ke kasur dengan berhati-hati. Vincent langsung memeriksanya dengan jeli.
Dia menghela nafas gusar, rasanya begitu rumit untuk dijelaskan. “Kak apa dia mencoba mengingat kenangan dimasa lalu?” Tanya nya dengan ragu.
“Mengingat masa lalu? Kurasa tidak ...” Berfikir sejenak.
.