NovelToon NovelToon
Pembalasan Istri Lemahku

Pembalasan Istri Lemahku

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Cinta Paksa / Tukar Pasangan
Popularitas:7.3k
Nilai: 5
Nama Author: Fitri Elmu

Laras terbangun di tubuh wanita bernama Bunga. Bunga adalah seorang istri yang kerap disiksa suami dan keluarganya. Karna itu, Laras berniat membalaskan dendam atas penyiksaan yang selama ini dirasakan Bunga. Disisi lain, Laras berharap dia bisa kembali ke tubuhnya lagi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Elmu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bolehkah?

Aksa terbangun dan merasakan sesuatu di kepalanya. Tangannya bergerak meraihnya. Mengernyit menatap ternyata itu handuk. Dia bergerak pelan, mendapati ada sosok lain yang tidur di bawah. Aksa tersenyum. Beringsut meminggirkan tubuhnya hingga dia bisa melihat puas wajah gadis tersebut. Melihat jam di nakas, menunjukkan pukul satu siang. Aksa beranjak dari baringnya, bergerak membopong Laras, memindahkannya ke ranjang.

Gerah, itu yang dia rasakan kini. Tubuhnya bahkan terasa lengket. Sama sekali gak nyaman. Karna itu Aksa menyambar handuknya. Dia ingin mandi.

Selesai mandi, Aksa keluar. Tubuhnya lebih segar sekarang. Memang, meski sakit, dia gak betah kalau sampai melewatkan mandi. Kecuali saat demamnya lagi parah-parahnya. Barulah dia skip.

"Loh, mas Aksa sudah sembuh?" tanya bi Imah, melihat Aksa berjalan ke kamar Laras, sudah ganti pakaian juga.

Aksa hanya mengangguk, tersenyum tipis. Dia mengambil sesuatu di kamar Laras. Gak lama, dia kembali kamar lagi. Tersenyum melihat Laras masih tidur. Aksa membaringkan badannya di samping Laras. Mengusap surai Laras, mengecup keningnya penuh rasa. Memeluknya hangat, lantas memejamkan mata. Menyusul tidur lagi.

.

.

Pukul setengah tiga, Laras terbangun. Mendapati sesuatu berat menindih perutnya.

"Eh, Aksa?" pekiknya. Bingung kenapa dirinya pindah ke atas.

"Jangan bilang kalau dia yang mindahin gue?"

Laras segera memeriksa kening Aksa. Mendesah lega setelahnya. "Huft .... Lumayan, sudah turun. Mendingan, meski agak hangat," tukasnya lega.

Dengan hati-hati, Laras menyingkirkan tangan Aksa dari perutnya. Meski cuma tangan, tapi berat juga sih. Wajar, isinya otot.

Laras beringsut, hendak turun, namun gerakannya tertahan saat Aksa mengenggam pergelangan tangannya.

"Kemana?" tukas Aksa dengan suara seraknya.

"Ke .... Em, bangun lah," sahut Laras, mengubah jawabannya.

"Gak usah. Disini saja."

"Tapi, Sa ...."

Aksa tidak menerima penolakan. Menarik tangan Laras, hingga tubuh kecil itu kembali jatuh. Kali ini diatasnya. Aksa langsung memeluknya erat. Menahan gadis itu pergi.

"Sa ...."

"Hmm?" Aksa menyahut tanpa membuka matanya.

"Lepasin tanganmu."

"No."

"Aku berat, Aksa."

"Stt ... Tidur lagi aja, Ras."

"Aish! Dari tadi juga aku tidur kali."

"Temani. Katamu aku suruh banyak istirahat. Kamu istirahat juga."

Laras mendesah pelan. Aksa gak menerima penolakan.

"Oke. Kalau gitu, lepasin dulu. Biar aku pindah ke samping."

"Gak usah. Gini aja."

"Tapi aku berat, Aksa," mengulang komplainnya tadi.

"Begini saja, nyaman."

Nyaman? Iya sih. Tapi gak juga ding. Dada Aksa keras. Isinya otot. Cuma, memang hangat sih. Sekaligus memberinya gelenyar aneh.

"Oke. Tapi longgarkan pelukannya. Sesak tahu," protesnya kemudian.

Aksa menurutinya. Tapi gak terlalu longgar. Tetap saja dirinya gak bisa melepaskan dekapan pria ini.

Laras meletakkan kepalanya di dada Aksa. Tepat di atas jantungnya. Dan yang membuatnya terkesip.

"Kamu dengar kan, gimana detak jantungku, Ras," ujar Aksa, dalam.

Aksa termangu. Dia sempat ragu kalau Aksa sudah mencintainya. Tapi sekarang, dia membuktikannya sendiri. Bagaimana kencangnya detak jantung Aksa saat berada di dekatnya. Berdetak hebat.

"Maafkan aku atas sikapku dulu. Aku tahu, gak mudah buat kamu untuk memaafkan aku, Ras. Tapi, yang harus kamu tahu, aku mencintaimu. Sangat. Aku takut kamu membenciku karna perlakuanku padamu dulu."

Laras mengangkat wajahnya. Mendapati sorot dalam dari Aksa. Sorot penuh penyesalan, juga cinta yang mendalam.

Jemari Aksa mengelus lembut pipinya. Tatapan keduanya masih terpaut satu sama lain.

"Aku mencintaimu, Bunga Ferlisya ..." lirih Aksa. "Aku mencintaimu, sangat," mengelus pipi Bunga penuh rasa.

Dan entah karna dorongan apa, Laras bangkit dari posisinya. Bukan untuk pergi, melainkan mendekatkan wajahnya dan mendaratkan sempurna bibirnya pada benda yang sedari tadi mengucapkan kata cinta itu.

Beberapa saat Aksa terkesip. Tak menyangka akan mendapat serangan dadakan. Saking syoknya, dia mendiamkan gadis itu melakukannya sendiri. Melumat bibir atas dan bawahnya dengan kesusahan.

Merasa tak mendapat reaksi, Laras menjauhkan wajahnya. Menatap tersengal pria di bawahnya itu dengan wajah memerah. Mendadak dia merasa malu, karna tiba-tiba bertindak agresif. Laras hendak beranjak, tapi lebih dulu Aksa membanting tubuhnya berganti posisi ke bawah. Belum hilang keterkejutan Laras, pria itu membungkam bibirnya dan melumatnya lembut. Benar-benar buaian yang indah. Melupakan sejenak kewarasaannya demi menikmati sentuhan memabukkan itu. Bahkan kini tangannya bereaksi mengalung leher Aksa, mengusap tengkuk pria itu dan bergerak meremat rambut Aksa acak. Menekan tengkuk pria itu untuk memperdalam pagutan mereka. Rasanya kali ini lebih nyata dari sebelumnya.

"Eung .... Sa," lenguhnya tanpa sadar. Dia benar-benar terbuai.

Aksa melepas pagutannya, memotong benang saliva yang terlepas. Menatap lamat gadis di bawahnya yang juga menatapnya sayu. Penampilannya yang berkeringat dan berantakan. Tapi justru terlihat seksi, menarik seluruh perhatiannya. Termasuk sesuatu di pusat tubuhnya.

Tidak ada penolakan. Aksa tergoda untuk kembali melanjutkannya. Gerakan yang perlahan semakin turun ke bawah, keduanya benar-benar terbuai. Sama-sama menikmati tanpa penolakan.

Napas keduanya tersengal. Saling pandang dengan mata sayu yang memburu.

"Ras, bolehkah aku ...."

Laras mengangguk. Sebuah izin yang memacu kobar lebar dari lengkungan bibir Aksa. Dia kembali mendaratkan cintanya. Kali ini lebih berani dan panas. Tangan yang semula tertahan mulai beraksi kemana-mana.

Matahari mulai turun ke ufuk barat. Mendinginkan suhu bumi yang sempat dia sinari. Tapi tidak dengan keadaan kamar pasangan ini. Deru napas saling bersahutan dengan desah panas tak ada yang mengganggu.

.

1
kuncayang9
keren ih, idenya
Farldetenc: Ada karya menarik nih, IT’S MY DEVIAN, sudah End 😵 by farldetenc
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!