Cassandra Magnolia Payton, seorang putri dari kerajaan Payton. Kerajaan di bagian utara atau di negeri Willems yang dikenal dengan kesuburan tanahnya dan kehebatan penyihirnya.
Cassandra, gadis berumur 16 tahun berparas cantik dengan rambut pirangnya yang diturunkan oleh sang ayahanda dan mata sapphiernya yang sejernih lautan. Gadis polos nan keras kepala dengan sejuta misteri.
Dimana kala itu, Cassandra hendak dijodohkan dengan putra mahkota dari kerajaan bagian Timur dan ditolak mentah-mentah olehnya karena ia ingin menikah dengan orang yang dicintainya dan memilih kabur dari penjagaan ketat kerajaan nya dengan menyamar menggunakan penampilan yang berbeda, lalu pergi ke kekerajaan seberang, untuk mencari pekerjaan dan bertemulah dengan Duke tampan yang dingin dan kejam.
Bagaimana perjalanan yang akan Cassandra lalui? Apakah ia akan terjebak selamanya dengan Duke tampan itu atau akan kembali ke kerajaan nya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon marriove, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB XXVIII. Siapa Yang Tidak Terkejut?!
Setelah insiden kecil di pesta debutante tadi, aula Istana dipersiapkan kembali dengan lebih megah untuk acara ulang tahun Cassa yang ke-17 tahun. Hari yang begitu ditunggu-tunggu oleh semua orang. Seluruh tamu undangan, mulai dari para bangsawan hingga rakyat biasa yang beruntung mendapatkan izin untuk hadir, telah memenuhi aula besar dengan antusias.
Namun, saat semua orang sibuk dengan persiapan pesta, suasana di ruang pertemuan istana terasa jauh berbeda. Di sana, Alaric duduk santai di salah satu sofa empuk, sementara Jezgar bersandar dengan ekspresi dingin di dinding seberang. Tidak ada percakapan, hanya ketegangan yang menggantung di udara.
Alaric memecah keheningan lebih dulu, senyum tipis menghiasi wajah tampannya, “Yang Mulia, kau tidak perlu terlihat begitu galak padaku. Aku hanya menunggu adikmu, bukan berniat menculiknya.”
Jezgar meliriknya dengan tatapan tajam, nada suaranya datar tapi penuh makna, “Kau selalu punya niat tersembunyi, Duke. Jangan pikir aku tidak tahu.”
Sebelum Alaric sempat membalas, suara langkah kaki pelayan terdengar di lorong, menandakan tamu-tamu mulai memasuki aula. Alaric bangkit dari tempat duduknya, merapikan jas birunya dengan aksen emas yang membingkai tubuhnya dengan sempurna. Jezgar hanya mendengus, memilih meninggalkan ruangan tanpa sepatah kata pun.
***
Sementara itu, di ruangan lain, Cassandra duduk di depan cermin besar, dikelilingi oleh pelayan-pelayan yang telah disiapkan. Malam ini, ia mengenakan gaun merah tua menyala yang dirancang khusus oleh Christina, sang Ibunda. Gaun itu memiliki potongan pinggang yang sempurna, dihiasi bordir emas berbentuk bunga mawar yang menjalar dari bahu hingga ujung gaun. Bagian rok yang lebar dan menjuntai membuat setiap gerakannya terlihat menjadi anggun. Warna merah itu sangat kontras dengan kulit seputih susu, membuat Cassa memiliki cahaya tersendiri.
Salah satu pelayan memutar rambut panjang keemasan Cassa menjadi sanggul elegan, menyisakan beberapa helai yang menjuntai lembut di sekitar wajahnya. Rambutnya kemudian dihiasi mahkota kecil berlapis rubi yang memancarkan cahaya seperti api.
“Yang Mulia, Anda benar-benar luar biasa malam ini,” bisik salah satu pelayan sambil menambahkan sentuhan terakhir pada riasan Cassa—lipstik merah dan sentuhan blush yang membuat kulitnya semakin bercahaya.
Cassa hanya tersenyum tipis, memandang dirinya di cermin. Meski ia jarang memuji dirinya sendiri, malam ini ia harus mengakui—ia terlihat berbeda. Ia seperti memancarkan pesona lebih dari acara debutante tadi, aura seorang Tuan Putri muda yang akan dengan mudah memikat seorang lelaki.
***
Pintu ruangan terbuka, dan Christina, melangkah masuk dengan penuh anggun. Wanita itu mengenakan gaun ungu tua yang elegan, dihiasi berlian kecil yang berkilauan. Rambut pirangnya digulung sempurna, memperlihatkan leher jenjang dan aura keibuannya yang mempesona.
“Oh, Cassa sayangku,” katanya dengan suara lembut, “Kau terlihat luar biasa, anakku. Tidak ada seorang pun malam ini yang bisa menyaingimu, cassaku adalah gadis tercantik di mata Ibu. Selamat ulang tahun, sayang.”
Setelah itu, Jasver, sang Ayah, masuk dengan senyum bangga mengikuti sang istri. Pria itu mengenakan jubah kerajaan berwarna putih gading dengan detail emas di bahu dan lengan. Mata birunya menatap Cassa dengan penuh kasih, “Putriku, malam ini seluruh kekaisaran akan menyaksikan betapa hebatnya dirimu. Kau adalah kebanggaan keluarga kita, dan jangan lupakan Ayah sayang padamu, selamat ulang tahun anak nakal.”
Terakhir, Jezgar melangkah masuk dengan tatapan protektifnya yang khas. Seragam hitamnya yang dihiasi medali perak membuatnya terlihat gagah sekaligus berwibawa, “Adik kecilku,” katanya singkat, tetapi matanya berbicara lebih banyak. Ada kebanggaan dan kekhawatiran bercampur menjadi satu, “Kau terlihat cantik, tetapi jangan biarkan siapa pun membuatmu lengah malam ini.”
Cassa tersenyum kecil, mengangguk pelan. Kehadiran keluarganya membuatnya merasa lebih percaya diri menghadapi malam yang besar ini. Ia begitu menyayangi keluarganya ini! Walaupun sedikit menyebalkan, tapi tidak masalah.
***
Ketika keluarga Kerajaan Payton memasuki aula, semua tamu berdiri memberikan penghormatan. Para pengawal membuka pintu besar dengan gerakan serempak, memperlihatkan keempat anggota keluarga kerajaan yang berjalan beriringan.
Christina memimpin di depan, senyum hangatnya menyapa para tamu dengan anggun. Di belakangnya, Jasver melangkah dengan wibawa seorang kaisar, pandangannya tajam tetapi ramah. Jezgar dan Cassandra berjalan berdampingan di belakang mereka, menciptakan kontras sempurna antara kakak yang tegas dan adik yang anggun.
Bisikan kekaguman langsung terdengar di seluruh aula.
“Keluarga Kerajaan Payton benar-benar memancarkan keanggunan.”
“Putri Cassandra... dia seperti dewi yang turun ke bumi!”
“Putra Mahkota Jezgar juga tidak kalah memikat, begitu gagah dan penuh karisma.”
Cassa, meskipun sedikit gugup, melangkah dengan percaya diri. Ia menyadari bahwa malam ini adalah miliknya, dan ia akan memanfaatkannya sebaik mungkin. Di sudut aula, Alaric memandangnya dengan senyum kecil, matanya berbinar penuh kekaguman.
“Cassie,” gumamnya pelan, “kau benar-benar membuatku jatuh cinta lebih dalam malam ini.”
Namun, jauh di dalam keramaian, ada mata lain yang memandang dengan ketidaksukaan. Tidak semua tamu di pesta itu datang dengan niat baik, dan malam yang dimulai dengan keindahan ini mungkin akan berubah menjadi sesuatu yang jauh lebih rumit.
Jasver berdiri di tengah panggung utama aula megah itu, tampak begitu kharismatik dengan jubah kebesaran warna putih yang dihiasi lambang keluarga kerajaan Payton. Matanya menyapu seluruh tamu yang hadir, senyum ramah namun tegas mengukir wajahnya. Para tamu yang terdiri dari bangsawan, pejabat tinggi, hingga rakyat biasa yang beruntung diundang, menanti dengan penuh antusias.
“Para tamu yang terhormat,” suara Jasver menggema di aula yang sunyi, suara tegas nan lantang membuat aula menjadi sunyi dalam sekejap, aura yang dikeluarkan tidak main-main, “Kami berkumpul di sini malam ini untuk merayakan hari istimewa, hari kelahiran seorang bintang yang bersinar terang di keluarga kami. Putriku tercinta, Cassandra Magnolia Payton, genap berusia 17 tahun hari ini.”
Tepuk tangan riuh memenuhi ruangan, namun Jasver mengangkat tangannya perlahan, meminta semua kembali diam.
“Sebagai keluarga kerajaan, kami selalu percaya bahwa setiap momen adalah kesempatan untuk berbagi kebahagiaan. Maka dari itu, nikmatilah malam ini. Rayakan bersama kami, dan biarkan malam ini menjadi kenangan indah bagi kita semua. Sekali lagi, saya ucapkan selamat datang, dan selamat menikmati perayaan ini.”
Tepuk tangan bergemuruh kembali terdengar, lebih keras kali ini. Jasver membungkukkan sedikit badannya sebagai tanda hormat, lalu turun dari panggung. Para tamu mulai mendekati Cassa satu per satu untuk mengucapkan selamat ulang tahun.
Cassa, yang berdiri anggun di tengah aula dengan gaun merah menyala, membalas ucapan-ucapan itu dengan senyuman manis. Keanggunannya membuat siapa saja yang melihatnya merasa terpukau, termasuk Alaric, yang berdiri di sudut aula, memperhatikannya tanpa pernah mengalihkan pandangan.
Di sisi lain, Kael mendekati Alaric, menyadari bahwa sahabatnya tampak begitu terpaku pada sosok bintang utama dalam pesta kali ini. Ia mengangkat alis, merasa aneh dengan sikap Alaric malam itu. “Dimana Laviora?” tanyanya datar, mencoba memulai percakapan. Dia begitu merindukan gadis pujaannya!
Namun, Alaric sama sekali tidak menjawab. Matanya tetap terpaku pada Cassa, membuat Kael semakin curiga. Kael menatap lurus ke arah Cassa, merasa ada sesuatu yang familiar dari sosok gadis itu.
“Kenapa rasanya aku pernah mengenalnya? Putri Cassandra familiar dengan Laviora, apa hanya pikiranku saja?,” gumam Kael pelan, namun cukup keras untuk didengar oleh Alaric.
Alaric langsung mendelik tajam, jelas tidak suka dengan apa yang baru saja didengar, “Hentikan, Kael. Jangan membicarakan tentang Putri Cassandra,” ucapnya dengan nada rendah penuh peringatan.
Kael menoleh dengan tatapan bingung, “Kenapa? Aku hanya bertanya. Kau selalu marah saat aku membicarakan Laviora sebelumnya. Apa yang sebenarnya terjadi, Alaric? Kau membuang Laviora setelah kau memperlakukan manis kepadanya?!”
Alaric tidak menjawab. Dia hanya memalingkan wajahnya, kembali fokus pada Cassa. Kael merasa semakin aneh, tetapi memilih untuk tidak melanjutkan percakapan.
***
Gong kecil dibunyikan, menandakan dimulainya sesi pemberian hadiah untuk Putri Cassandra. Satu per satu bangsawan maju dengan hadiah-hadiah menakjubkan. Ada kalung berlian dari Kerajaan Orion, lukisan indah yang dilukis langsung oleh seniman legendaris, bahkan sebuah mahkota kecil yang dihiasi rubi merah dari Kekaisaran Solstice.
Namun, di tengah keramaian itu, langkah Alaric yang maju ke depan membuat aula mendadak hening. Sosoknya yang tinggi dan karismatik dengan jas yang dihiasi simbol keluarga Hexton membuat semua mata tertuju padanya. Bahkan Cassa, yang biasanya acuh, sempat terpesona. Tapi ia segera mengenyahkan pikiran itu dan mencoba bersikap tenang.
Alaric berhenti di depan Cassa, senyumnya lembut namun penuh arti, “Kau selalu tampak menawan, Cassie,” katanya dengan nada rendah namun cukup untuk terdengar jelas oleh semua orang.
Nathanio, pengawal pribadi Alaric, maju tanpa diminta, sambil membawa sebuah kotak persegi panjang yang dihiasi lambang. Alaric membuka kotak itu perlahan, dan petir tiba-tiba menyambar di luar jendela, membuat para tamu terkejut. Di dalam kotak itu, terdapat pedang legendaris yang bersinar dengan cahaya biru lembut.
“Ini adalah pedang salah satu terkuat,” bisik seseorang di antara tamu, disusul bisikan lainnya. “Tapi bukankah hanya Duke Hexton yang baru itu bisa memegangnya? Kenapa diberikan kepada Putri Cassandra?”
Cassa sendiri tertegun, tak menyangka bahwa hadiah Alaric akan sebesar itu. Matanya menatap pedang itu dengan ragu, tetapi Alaric, dengan tatapan penuh cinta, menyodorkannya ke arah Cassa, “Genggam pedang ini, Cassie. Ini akan sangat cocok padamu,” katanya lembut, tapi nadanya memerintah.
“Aku… aku tidak bisa,” gumam Cassa, merasa tidak yakin akan legenda pedang itu. Yang ia tahu, yang hanya bisa memegang itu adalah orang tertentu yang memiliki hubungan tidak biasa. Cassa tidak terlalu memahaminya. Walaupun ada yang tidak percaya, namun pedang itu sudah terkenal sejak lama. Apa Alaric sedang bercanda dengannya?
“Takut?” ejek Alaric sambil menyunggingkan senyum kecil. “Kupikir seorang putri seperti kamu tidak akan pernah takut pada benda mati.”
Ejekan itu memancing kemarahan kecil di hati Cassa. Dengan tatapan penuh tekad, ia mengulurkan tangan dan memegang pedang itu. Begitu tangannya menyentuh gagang pedang, petir yang lebih dahsyat menyambar, menerangi seluruh aula. Semua tamu menahan napas, sementara Alaric hanya tersenyum puas.
Ketika petir mulai mereda, Cassa berdiri tegak dengan pedang di tangannya. Semua orang terdiam, tak percaya bahwa ia mampu memegang pedang itu. Alaric mendekat, lalu mengecup punggung tangan Cassa dengan lembut, “Selamat ulang tahun, Cassie kucing nakalku,” bisiknya, tatapannya penuh makna. “Setelah ini.. Ayo berdansa denganku sekali lagi, aku tidak menerima penolakan!”
"Sial, gadis itu hidup bahagia diatas penderitaan Putriku! Dia cukup cantik, hmm tubuhnya sangat cantik haha. Tunggu, diriku.., " seorang pria seumuran Jasver mengamati Cassa dari jauh, menjilat bibirnya saat melihat belahan di gaun milik Cassa.
Tak jauh berbeda, ada juga seorang lelaki muda yang menatap tidak suka dengan Cassa apalagi dengan Duke Hexton yang sudah ia klaim sebagai musuh bebuyutannya.
"Kalian tunggu pembalasanku, berani-beraninya menolakku!, "
...— Bersambung —...