NovelToon NovelToon
Perjalanan Cerita Cinta Kita

Perjalanan Cerita Cinta Kita

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Single Mom / Hamil di luar nikah / Mengubah Takdir / Kehidupan di Kantor / Balas dendam pengganti
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Violetta Gloretha

Arabella Brianna Catlin Hamilton saat ini tengah tersenyum sumringah dan perasaanya amat sangat bergembira.

Bagaimana tidak? Hari adalah hari anniversary kedelapan dari hubungannya dengan kekasih sekaligus teman masa kecilnya— Kenan Kelvin Narendra.

Namun, hatinya tiba-tiba hancur berkeping-keping ketika Kenan memutuskan hubungan dengannya tanpa alasan yang jelas. Kemudian, Bella mengetahui bahwa lelaki itu meninggalkannya demi wanita lain— seseorang dari keluarga kaya raya.

Karena tidak tahan dengan pengkhianatan itu, Bella menghilang tanpa jejak.

Dan enam tahun kemudian, Bella kembali sebagai seorang pengacara terkenal dan berusaha balas dendam kepada mereka yang berbuat salah padanya— keluarga si mantan.
**


Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rasa sakit

    Kenan berdecak, langsung kehilangan nafsu makannya.

    "Mom, bisakah kita tidak membicarakan hal itu?." Tanya Kenan, mengernyitkan dahinya.

    "Kenapa kita tidak bisa membicarakan hal itu?." Tanya Elena pada putranya.  "Kamu selalu mengelak dari pertanyaan itu. Sudah enam tahun yang lalu, Mommy bertanya padamu, kenapa kamu memperlakukan Bella seperti itu? Kamu selalu menolak untuk menjawab. Bagaimana Mommy dan Daddy bisa membantu kamu kalau kami saja tidak tahu akar permasalahannya? Kamu jelas-jelas sangat mencintai dia, kalau tidak kamu pasti akan bersama dengan Sofia."

    "Mommy, Kak Ken tidak akan pernah bisa berbagi masalahnya dengan Mommy, karena dia memang selalu seperti itu." Kata Kayla sembari meraih nampan berisi pancake.

    Dia sekarang telah menjadi seorang gadis cantik dengan rambut hitam panjang dan bola mata biru seperti milik ayahnya. Dia usianya yang ke dua puluh ini, dia sudah mulai bekerja untuk memulai perusahaannya sendiri secara independen dari ayahnya dan Kenan— kakak laki-lakinya. Sementara itu, saudari kembarnya— Keyla mendalami ilmu komputer dan merupakan seorang peretas yang masih berketerampilan rendah. Dia bekerja di Narendra Corporation sebagai administrator TI.

    "Ya... kakak lebih suka menyendiri, tapi dia selalu ada untuk kita. Aku kadang merasa tidak enak karena tidak bisa membantunya mengatasi masalah serius ini." Kata Keyla menyela, bibir cemberut. Wajahnya sangat mirip dengan Kayla, tetapi dia memiliki bintik hitam tepat dibawah alis kanannya.

    Keluarga Narendra memiliki empat orang anak, si kembar di kenal sangat aktif, sementara anak terakhir mereka— Evelina justru sebaliknya, dia lebih tertutup meskipun dia adalah seorang aktris terkenal dan itu menjadi alasan mengapa keluarga Narendra bergabung dengan industri film.

    

    Saat sarapan, Evelina duduk disebelah Kenan dan makan dengan tenang. Dia hanya melihat kearah Kenan sekilas dan tersenyum kecil untuk memberikan semangat pada Kakak laki-lakinya itu.

    "Kalian semua berisik sekali, ini sebabnya aku lebih suka makan bersama Evelin dan Daddy." Kata Kenan sembari meraih beberapa telur dadar dan menaruhnya diatas piring Evelina. Kenan tahu adik kecilnya itu malu untuk bertanya. Dia memandangi adiknya yang sangat mirip dengan ibu mereka. Evelina memiliki rambut pirang dan bola mata hijau. Jauh dilubuk hati Kenan, dia berharap tidak ada yang menindas adik perempuannya yang pendiam ini di tempat kerjanya.

    "Ya... Tapi sayang sekali, di rumah ini kita makan bersama sebagai satu keluarga." Jawab Elena. Dia kemudian menoleh kearah suaminya yang diam-diam menyantap makanannya. "Sayang, apa kamu tidak ingin mengatakan sesuatu untuk Kenan?."

    Malvin melihat kearah Kenan. "Dengarkan Mommy mu dan jawaban pertanyaan nya."

    Kenan menggelengkan kepalanya. Bagaimana dia bisa berharap jika ayahnya akan memihaknya?

    Dengan melihat kearah orang tuanya, Kenan buka suara. "Aku tahu kalian penasaran, tapi tolong jangan tanya aku tentang apa yang terjadi, itu semua sudah berlalu dan kalaupun kita membicarakannya itu tidak akan merubah semuanya."

    "Sayang, apa menurutmu Bella akan memaafkan kamu tanpa alasan yang jelas? Kamu perlu menjelaskan padanya tentang semua yang terjadi." Kata Elena, ada kekhawatiran yang terdengar dari suaranya.

    Lagi dan lagi, Kenan menggelengkan kepalanya. "Aku tidak ingin Bella menerimaku karena cinta dan penerimaan nya harus datang dari hatinya. Bukan karena rasa bersalah atau paksaan." Kata Kenan.

    "Jadi, kamu mengakui kalau apa yang terjadi enam tahun yang lalu karena kamu terpaksa dan tidak punya pilihan?." Tanya Elena dan Kenan pun menganggukkan kepalanya.

    Elena menghela napasnya. Dia meletakkan sendok dan garpunya. "Sebagai seorang wanita, Mommy akan mengatakan hal ini. Menurut Mommy, Bella masih mempunyai titik lemah untuk kamu. Dia mungkin saja tidak menyadari perasaannya sendiri saat ini, tapi cepat atau lambat dia pasti akan sadar dan mau mengakuinya. Mommy melihat dalam dirinya, ketika Mommy bertanya apakah dia masih mencintai kamu."

    Kedua mata Kenan berbinar mendengar perkataan Elena. Jantung berdebar kencang dan dia menatap ibunya. "Apa Mommy yakin? Lalu ketika Mommy bertanya, apa jawaban dia? Apa dia masih mencintai aku?."

    "Mommy tidak sempat mendengar jawabannya karena Barbie versi manusia menyela pembicaraan kami." Elena mengernyitkan dahinya. "Kenapa kamu malah membiarkan Sofia tetap berada didekatmu? Apa kamu tidak tahu kalau Bella tidak akan mau kembali padamu kalau Sofia terus menempel padamu seperti lintah?."

    "Aku selalu jaga jarak—"

    "Menjaga jarak saja tidak cukup! Bagaimana kalau Bella mengira kamu sudah memiliki seorang wanita?." Tanya Elena. "Wanita memang tidak menunjukkan nya seperti seorang pria, tetapi wanita adalah makhluk pencemburu. Singkirkan wanita itu dan tunjukkan pada Bella bahwa dialah satu-satunya wanita untukmu."

    Kenan terdiam, dia membiarkan kata-kata ibunya itu meresap kedalam kepalanya. Dia hanya cukup menatap ibunya dan mendengarkan semua perkataannya.

    "Kenan, wanita itu sebenarnya tidak terlalu rumit. Yang perlu kamu lakukan hanyalah merayu dia, minta maaf dan kalau perlu kamu harus berlutut, lupakan kalau kamu adalah seorang CEO sombong yang punya banyak ego. Mohon padanya, ajak dia berkencan, berikan dia bunga atau hadiah. Lakukan sesuatu untuknya tanpa dia minta, tunjukan pada kalau kamu sangat mencintainya." Kata Elena memberi saran.

    "Tidak semua wanita menyukai bunga, Mommy." Kata Kayla mengernyitkan hidungnya.

    "Omong kosong, setiap gadis menyukai bunga. Kamu mungkin berpikir kalau kamu tidak menyukainya, Kay. Tapi saat kamu menerima buket bunga pertama mu dari seseorang yang spesial, kamu pasti akan berdebar-debar." Balas Elena.

    Malvin mengernyitkan dahinya dan untuk pertama kalinya sejak mereka berkumpul di meja makan untuk sarapan, Malvin tidak setuju dengan istrinya. Dia menyipitkan matanya dan memandangi ketiga putrinya. "Kalian tidak harus menyukai bunga atau laki-laki sekarang. Kalian masih muda. Kalau ada seseorang yang menyukai kalian, kalian harus bercerita terlebih dahulu pada Mommy atau Daddy."

    Elena tersenyum kecut dan ketiga putrinya itu terkikik geli.

    Kenan tersenyum, melihat interaksi yang terjadi didalam keluarganya. Meskipun orang tuanya mengadopsi nya di usia 8 tahun dan sekarang kita dia sudah besar, mereka tetap menjalin ikatan yang sangat baik dan menghujaninya dengan begitu banyak cinta.

    Kenan tahu jika keluarganya selalu mendukungnya apa pun yang terjadi.

    ***

    Satu jam kemudian, Kenan telah berangkat ke kantor dan meluangkan waktunya untuk pergi menuju departemen hukum untuk menemui Bella.

     Ponsel Kenan berdering tanpa henti, tetapi dia mengaktifkan mode senyap sehingga dia tidak mengetahui keributan yang sedang terjadi saat ini.

    Lelaki itu menghela napas sambil memandangi buket mawar merah ditangannya dan sekotak coklat. 'Aku berharap Bella masih menyukai coklat ini.'

    Sesampainya di depan pintu ruang kerja Bella, Kenan mengetuk pintu sembari mengingat kata-kata yang akan dia katakan pada Bella.

    "Masuk." Suara Bella yang lembut terdengar ditelinga Kenan dan jantungnya berdegup kencang.

    Lelaki itu membuka pintu ruang kerja Bella dan kemudian masuk kedalam. Senyuman di wajah Bella memudar ketika melihat ternyata yang mengetuk pintu ruang kerjanya adalah Kenan.

    Terlepas dari itu, Kenan berjalan mendekati meja Bella, meletakan bunga dan coklat di depan Bella sebelum akhirnya buka suara. "Aku tiba-tiba teringat kalau kamu sangat menyukai coklat itu dan berpikir kalau aku harus memberikannya padamu saat aku datang untuk meminta maaf padamu. Bella, aku tahu, aku sangat kasar padamu saat itu... Aku menghancurkan hatimu dan menghancurkan cinta kita. Tapi, aku tidak pernah berhenti untuk terus mencintai mu.  Aku sangat mencintaimu, Bella. Ada alasan kenapa aku bersikap seperti itu, alasan yang tidak bisa aku katakan padamu. Tapi aku berharap kamu menemukannya didalam hatimu untuk bisa memaafkan aku. Aku mohon, Bella. Kembalilah padaku."

    Kenan merasa sebuah beban telah terangkat dari bahunya ketika dia berhasil mencurahkan isi hatinya pada Bella. Jantung berdebar kencang saat Kenan menunggu jawaban dari Bella. Tetapi jauh dari dugaan nya, buket bunga itu terlempar ke wajah tampannya sebelum akhirnya jatuh kelantai.

    Kenan menatap Bella dengan tatapan tidak percaya. "Kenapa—"

    "Aku tidak punya jawaban untukmu. Tapi berbuatmu membuat ku merasa jijik. Sekarang tinggalkan ruang kerja ku! Bawa pergi juga bunga dan coklat ini." Suara Bella menggema di dalam ruangannya. Wanita itu tidak memahami rasa sakit yang menyengat di hatinya.

    Flashback on.

    Kencan makan malamnya bersama dengan Galvin berjalan dengan baik. Lelucon dan rayuan Galvin membuatnya melupakan masalahnya sejenak. Untuk kali ini, rasanya menyenangkan karena tidak memikirkan tentang balas dendam atau bagaimana dia masih bisa terpengaruh oleh kehadiran Kenan.

    Bella ingin mengenalkan Galvin pada Stevia. Tetapi sayangnya, Stevia sudah tertidur begitu mereka kembali ke apartemen Bella.

    

    Dan begitu pagi hari tiba, Katherine tiba-tiba membangunkan Bella dengan sangat heboh, seolah gempa akan terjadi. "Bella, Bella, bangun. Kamu harus melihat ini!."

   

    "Ada apa, Mama?." Kata Bella, matanya terasa berat saat dia mencoba untuk membuka mata.

    "Lelaki bajiangan yang berpura-pura tidak bisa melupakan kamu ternyata hanya mempermainkan kamu. Lihat! Dia sedang bersama dengan kekasihnya semalam." Kata Katherine.

    Mendengar hal itu, Bella langsung mengubah posisinya menjadi duduk dan meraih ponsel ibunya, detak jantungnya yang kencang memekakkan telinganya. Rasa sakit yang tajam menusuk jantung Bella dan pandangan kabur karena air matanya saat melihat foto tersebut. Kenan sedang duduk di sofa dengan mata yang tertutup dan kemejanya terbuka, memperlihatkan dada bidangnya. Sementara Sofia ada sebelahnya dan mengecup pipi Kenan.

    Sebuah keterangan ada di postingan tersebut. [Kekasih ku terlihat sangat tampan ketika dia tertidur].

    Melihat keduanya duduk begitu dekat, terasa seperti belati yang menusuk hati Bella.

    "Mama sudah bilang, jangan dekati Kenan. Bukankah Mommy pernah bilang kalau dia hanya akan menyakitimu saja?". Tanya Katherine.

    Kilatan api amarah terlihat ditatapan mata Bella. "Aku tidak merasa tersakiti."

    Katherine mengamati raut wajah putrinya dan ketika dia tidak melihat emosi apa pun. Katherine menganggukkan kepalanya. Dan mengambil kembali ponselnya. "Itu bagus. Mama senang kamu tidak lagi memiliki perasaan padanya. Akan sulit menghancurkan keluarganya kalau kamu ternyata masih menyukai dia."

    Bella memaksakan bibirnya untuk tersenyum. "Tidak akan ada yang bisa menghalangi aku."

    Ketika Katherine telah pergi meninggalkan kamarnya, Bella meraih ponselnya dari meja nakas dan mencari tahu berita yang sedang trending secara online. Rasa sakit yang menusuk menyebar keseluruh dadanya. Bella menggulir postingan itu kebawah untuk membaca komentar atau apa pun itu, melihat apa yang dikatakan oleh orang-orang tentang Kenan dan Sofia membuat rasa sakit seakan menggerogoti dirinya.

    [Mereka adalah pasangan yang serasi. Mereka berdua berasal dari keluarga kaya dan mereka cocok]

    [Apakah ini konfirmasi dari Sofia sendiri? Mereka terlihat saling jatuh cinta]

    [Pasangan favoritku... mereka ditakdirkan untuk bersama]

    [Mereka sangat serasi. Aku harap Bella tidak menganggu hubungan mereka setelah dia kembali lagi di sini]

    Bella tidak tahu mengapa, tetapi hatinya sangat sakit melihat komentar yang dia baca. Dia sudah melupakan Kenan, kan? Namun, kenapa perasannya merasa risih saat melihat foto mesra Kenan dan Sofia. Kenapa rasanya begitu menyakitkan?.

    "Kamu sudah tahu mereka bersama." Kata Bella pada dirinya sendiri.

    Bella berharap dia bisa menghilang dan bersembunyi dari lautan kesedihan yang menenggelamkan nya.

    Bersiap untuk berangkat bekerja terasa sulit karena Bella tidak ingin berangkat bekerja dan bertemu dengan Kenan. Bella telah berusaha menjauh dari Kenan kemarin dan lelaki itu ternyata pergi ke pelukan wanita lain.

    Bella mengernyitkan dahinya saat menyadari apa yang dia pikirkan. Matanya terbelalak menyadari jika dirinya bertingkah seperti seorang istri yang cemburu. "Kenapa aku harus cemburu? Kenan dan aku sudah lama berpisah, dia tidak berarti apa pun bagiku." Kata Bella

   **

    Sesampainya ditempat kerja, Bella berpapasan dengan seorang wanita didalam lift. Wanita itu berambut pirang cantik dan memiliki bola mata gelap.

    

    "Hei, namaku Amel, asisten akuntan perusahaan." Kata wanita itu memperkenalkan diri. Ketika Bella hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Amel kembali buka suara. "Aku sudah mendengar banyak tentangmu. Apa kamu mantan Tuan CEO?."

    Bella mengernyitkan dahinya, dia tidak suka orang-orang mengasosiasikannya dengan Kenan sepanjang waktu. Dia adalah dirinya sendiri.

    Bella yang tidak pun menoleh kearah Amel. "Aku bukan mantan CEO, namaku Arabella Brianna Caitlin Hamilton. Lain kali kalau ingin menyapa gunakan saja namaku."

    Amel tertawa canggung. "Maafkan aku, aku sangat tidak sopan. Aku merasa tidak enak dengan berita yang sedang tren. Bagaimana kabarmu? Apakah sakit melihat mantan mu melupakan kamu dan sekarang memilih wanita lain?." Tanya Amel.

    Jantung Bella berdegup kencang, tetapi dia menyingkirkan pikirannya. Bella pun tersenyum, kembali menoleh kearah Amel. "Sama sekali tidak sakit. Aku bahkan sekarang juga sudah memiliki kekasih baru."

    Keheningan menyelimuti mereka dan ketika lift mencapai lantai departemen hukum, Amel kembali bertanya. "Bisakah kita berteman? Aku sedikit kesepian di departemen keuangan."

    "Maaf, aku datang ke sini untuk bekerja dan bukan untuk mencari teman." Hanya itu yang Bella katakan sebelum akhirnya keluar dari lift.

    Sementara itu, Amel menunjuk tatapan meremehkan ketika melihat punggung Bella menjauh. "Dia pikir, dialah yang terbaik, padahal dia hanyalah barang yang di buang Tuan CEO."

    Bella pergi ke ruang kerjanya dan beberapa menit kemudian, Kenan datang dengan membawa bunga dan coklat, lalu mengatakan kata-kata yang tidak Bella mengerti.

    Bella mendongak menatap Kenan. 'Untuk apa dia menganggapku? Apa dia pikir aku bodoh? Bukankah menghabiskan malam bersama Sofia sudah cukup untuknya?.'

    Kebencian Bella muncul kembali. Dia meraih buket bunga mawar dan melemparkannya ke wajah Kenan sebelum akhirnya mengusir lelaki itu pergi dari ruang kerjanya.

    Flashback off.

    Kenan terlihat terkejut mendapati reaksi Bella padanya. Sepertinya kebencian Bella terhadapnya berlipat sepuluh kali lipat setelah dia mencurahkan isi hatinya pada Bella.

    "Bella.... apa kamu tidak suka bunganya? Aku akan membelikan mu bunga yang lebih bagus—"

    "Bukan itu. Lebih baik kamu pergi dari sini! Aku sama sekali tidak menginginkan hadiah atau bungamu. Aku tidak akan pernah memaafkan mu. Jadi, berhenti membuang-buang waktumu dan tinggalkan aku sendiri." Kata Bella.

    Keheningan menyelimuti mereka. Bella memancarkan aura dingin dan Kenan tahu Bella benar-benar sangat kesal padanya. Namun, dia juga tidak tahu mengapa Bella begitu marah padanya. 'Apakah aku melakukan sesuatu yang salah?.'

    Kenan menghela nafas dan berbalik badan sebelum akhirnya pergi meninggalkan ruang kerja Bella.

    Ketika Kenan pergi ke ruang kerjanya sendiri. Dia mendapati Farel dengan raut wajah khawatirnya dan perasaan tidak nyaman tiba-tiba muncul dalam perasaan Kenan.

1
PetrolBomb – Họ sẽ tiễn bạn dưới ngọn lửa.
Asyik banget, thor! Makin sering update dong.
Jayrbr
Gak sabar menunggu kisah selanjutnya. Aku ingin tahu apa yang terjadi berikutnya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!