Anna tanpa sengaja menghabiskan malam panas dengan mantan suaminya, Liam. Akibat pil pe-rang-sang membuatnya menghabiskan malam bersama dengan Liam setelah satu tahun mereka bercerai. Anna menganggap jika semua hanya kecelakaan saja begitu pula Liam mencoba menganggap hal yang sama.
Tapi, semua itu hilang disaat mendapati fakta jika Anna hamil setelah satu bulan berlalu. Liam sangat yakin jika anak yang dikandung oleh Anna adalah darah dagingnya. Hingga memaksa untuk menanggung jawabi benih tersebut meskipun Anna sendiri enggan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 35
•Restoran Mewah
Dinner romantis yang sempat Emma pamerkan pada semua orang akhirnya terjadi juga. Wanita itu terus tersenyum pada pria yang duduk berhadapan dengannya, memakai jas hitam yang lebih terlihat sangat tampan. Ya, pria itu adalah Liam Alexander yang berhasil Emma lumpuhkan siang tadi hanya karena masalah gaun. Ntah apa yang terjadi hanya saja Liam terus menuruti keinginan Emma yang terpenting tidak menyerang desainer ceroboh itu.
Minuman anggur tersaji dimeja makan sebagai pelengkap hidangan mahal ala dinner malam ini. Liam masih berdebat dengan pikirannya sendiri, lama mereka duduk bersama tapi hanya ada keheningan saja tidak ada satupun kata-kata romantis yang bisa menjadikan dinner mereka lebih berwarna. Emma tidak pernah perduli akan itu, yang terpenting baginya adalah bisa duduk berdua saja dengan Liam.
"Makanlah.." Liam memecahkan keheningan yang ada, mulai memegang garpu dan juga pisau kecil untuk memotong steak dari daging termahal itu.
Emma mengangguk, ia juga melakukan hal yang sama seperti yang Liam lakukan. Tapi, pandangan mata Emma tidak tertuju pada daging tersebut melainkan kepada Liam yang sedang makan. Bibir pria itu sangat menggoda, Emma menatapnya penuh nafsu dan hasrat. Sudah lama mereka bersama tapi tidak ada kesempatan sedikitpun bagi Emma untuk merasakan bibir tersebut.
"Rasanya seperti apa, aku yakin pastinya bibirku ini akan habis dimakan olehnya. Ah, kapan aku bisa merasakan kenikmatan bibir Liam?" Emma terus menggurutu di dalam hati, tapi ia tidak berani untuk memulai duluan.
Disaat tengah asyik makan maka Emma menyempatkan menggoda Liam. Dengan caranya sendiri, yaitu sengaja menyentuh kedua paha Liam dengan kakinya, melakukan sedikit sentuhan yang mungkin saja bisa menaikan hasrat terpendam. Dengan tatapan tidak terbaca Liam melihat kearah Emma sekarang, ia tersenyum sinis saja.
"Usaha yang sia-sia, Emma. Cepat habiskan makanmu, aku sudah tidak ada waktu lagi.." Ucap Liam sembari menjauhkan kaki Emma dari kedua pahanya dibawah sana.
Akibatnya Emma jadi malu sendiri, ia sudah sering menggoda Liam tapi hasilnya tetap sama. Untuk menghilangkan rasa gerah dan kesal dihati Emma menenggak habis minuman anggur tersebut, sambil terus menatap Liam yang sibuk melihat sekelilingnya.
"Sial! Kalau sudah begini terpaksa aku harus menggunakan cara Tante Shopia, tidak ada cara lain lagi." Kata Emma di dalam hati.
"Emma, aku ke toilet sebentar.." Liam bangkit lalu pergi begitu saja, ntah benar atau tidak ke toilet Emma juga tidak terlalu perduli. Yang terpenting ada sebuah kesempatan baginya untuk menjalankan aksi, tidak apa meskipun sempat ditinggal seorang diri.
Emma terus menatap Liam yang sudah melangkah jauh, setelah memastikan jika Liam benar-benar tidak terlihat maka Emma langsung mengeluarkan sesuatu dari tas selempang mahalnya. Ada pil pe-rang-sang yang sangat bisa membantunya untuk bisa mendapatkan Liam malam ini. Ah, maksudnya bukan Liam melain tubuh dan keperkasaan pria itu. Emma memasukkan pil tersebut kedalam gelas milik Liam, mengaduknya sembari tersenyum sinis.
"Sebentar lagi milikku akan merasakan keperkasaan Liam yang sangat luar biasa, aku akan mendesah sepanjang malam ini." Emma sangat bahagia membayangkan semuanya.
Sementara itu Liam tidak buang air kecil di toilet melainkan menghubungi wanita. Sedari sore Liam terus berusaha menghubungi Anna tapi tidak juga mendapatkan jawaban. Bi Sarti sudah memberitahukan jika Anna tidak juga kembali ke Apartemen. Ezra juga sudah mencari keberadaan Amna tapi tidak kunjung menemukannya.
"Apa dia mau menggugurkan anakku?" Liam pastinya akan berpikir kearah sana mengingat betapa bencinya Anna pada benihnya itu.
Tidak mau hal buruk terjadi maka kembali Liam tetap menghubungi Anna, berharap segera ada jawaban meskipun hanya ada makian.
"Ayolah, Anna.. kau dimana?" Liam sebal sendiri apapun cara yang ia lakukan tetap saja tidak mendapatkan hasil jawaban dari Anna.
"Tuan.." Suara itu sangat Liam kenal, ya Ezra datang atas perintahnya tadi. Langsung Liam keluar dari toilet, ia yakin pastinya Ezra mendapatkan kabar baik sehingga berani menunjukkan wajahnya pada Liam.
"Bagaimana? Kau bisa menemukan Anna?" Tanya Liam dengan penuh kekhawatiran, ia ingin segera bertemu dengan Anna hanya saja posisi saat ini sangat tidak pas.
Ezra memberikan sebuah foto ditangan Liam. "Nona Anna tadi kami temukan di Rumah sakit, dia sedang melakukan USG lagi, Tuan." Jelas Ezra.
"Melakukan USG?"
"Benar, Tuan. Hanya seorang diri disana, Nona Anna juga terus melamun disana ntah apa yang ia pikirkan."
Liam terdiam seribu bahasa melihat foto Anna yang termenung menunggu gilirannya untuk melakukan USG. Tidak ada yang Liam katakan selain menyerahkan foto itu kembali ditangan Ezra, ia hanya berekspresi datar saja.
"Pastikan Anna kembali ke Apartemen dalam keadaan anakku masih ada didalam perutnya." Perintah Liam, pria itu berlalu pergi begitu saja meninggalkan Ezra.
"Siap, Tuan!" Ezra menunduk hormat, ia tidak tahu apa yang terjadi pada Tuannya kenapa bisa mengatakan hal seperti itu. "Astaga, apa maksudnya Nona Anna mau menggugurkan kehamilannya?" Ezra baru mengerti sekarang, itu sebabnya Liam selalu saja menyuruh Ezra untuk tetap memastikan Anna tetap mempertahankan kehamilannya.
~
Liam terus melangkah kembali menuju Emma, ia duduk disana sambil terus menghela napas panjang. "Aku rasa dinner kita sudah berakhir, Emma. Aku harus kembali, kau tahu bukan banyak hal yang harus aku lakukan besok." Ucap Liam sembari memegang gelas minuman anggurnya.
Anehnya Emma tidak marah melainkan mengangguk saja, apa lagi disaat Liam menenggak habis minuman anggur tersebut sampai tidak tersisa. Timbul senyuman sinis diwajah Emma, ia tertawa kencang didalam hati karena semua rencana yang telah ia susun bersama Shopia berjalan dengan sangat lancar.
"Ayo, aku pulang sendiri saja.." Ucapnya, Emma bangkit dari duduknya sembari mengambil tas mahalnya. Sesekali Emma terus memperhatikan perubahan dari Liam, yaitu terlihat jelas pria itu mulai gelisah. Emma menggunakan pil pe-rang-sang berdosis tinggi dipastikan Liam akan menjadi miliknya sampai pagi.
Liam terus merasakan gerah yang sangat luar biasa, dadanya berdebar kencang seperti merasakan suatu hasrat yang luar biasa. Pandangan mata Liam mulai terbawa napsu, ia sadar sekali jika ada yang tidak beres pada tubuhnya.
"Apa yang telah kau masukan kedalam minumanku, Emma?!" Tanya Liam penuh berbisik tapi ada banyak tekanan disana, ia menatap tajam Emma yang tersenyum sinis saja padanya.
aaiiss..dn sampai d bab 30 ..gini2 aja jln cerita nya...