Daren begitu tergila-gila dan rela melakukan apa saja demi wanita yang di cintainya, Tapi cintanya tak terbalas, Sarah yang di cintai Daren hanya mempunyai secuil perasaan padanya, Di malam itu semua terjadi sampai Sarah harus menanggung akibat dari cinta satu malam itu, di sisi lain keduanya mau tidak mau harus menikah dan hidup dalam satu atap. Bagaimana kelanjutan kisah Mereka. akankah Daren bisa kembali menumbuhkan rasa cinta di hatinya untuk Sarah? Dan apakah Sarah bisa mengejar cinta Daren?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon II, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berusaha Semaksimal Mungkin
Jesica yang mana baru sampai rumah, segera masuk kedalam kamarnya, duduk Termenung di tepi ranjang dengan gawai di tangan, Begitu galau mengubungi seseorang di layar ponsel.
"Tapi Daren harus tau," Keberanian kembali datang, siap mengubungi Daren. Tapi jempol itu tertahan, ada bisikan batin di sana. "Beri Sarah waktu, Jesica, iya benar, aku ga harus ikut campur. Ini adalah urusan Sarah dan rumah tangganya. Aku akan bertindak kalau semua sudah di luar kendali."
Pada akhirnya Jesica meletakkan gawai mahalnya dan memilih berbaring.
"Sarah, aku akan membantumu agar kisah hidup mu indah." Jesica bergumam dengan raut wajah sendu, membayangkan bagaimana tadi sang sahabat nampak terpuruk dan kacau. Tapi dirinya tidak bisa berbuat banyak. Semua keputusan ada di tangan Sarah.
Di sisi lain, Yasmin terus tersenyum sumringah, langit yang mendukung saja tidak mempengaruhi hatinya, harinya segitu indah bahkan kemacetan yang tak terurai sama sekali tidak menganggu senyuman itu.
"Toxoplasma, satu inspeksi yang bisa merenggut nyawa ibu dan bayinya," Yasmin tertawa kecil, "Kasian sekali kamu Sarah, di saat dirimu ingin memberikan keturunan kepada Daren, Tapi semesta seakan tidak merestui."
Yasmin merubah ekspresi wajah menjadi lebih serius. "Aku harus berhati-hati, hanya satu langkah lagi,"
...
Pukul 3 Sore, Daren memilih meninggalkan Kantor, segera meminta pak supir untuk menyambangi kediaman Pak Anjas, Dalam perjalanan ponselnya terus berdering, ada nomor yang tidak di kenal.
"Nomor siapa ini?" Daren nampak kesal, Kenapa bisa ada orang yang tidak di kenalnya berani menghubunginya, merasa tidak penting, Daren mengabaikan panggilan itu.
...
"Angkat Daren aku ingin memberimu kabar gembira." Berkali-kali Yasmin mencoba tapi hasilnya nihil, Daren tak berniat mengangkat panggilan darinya.
"Kalau dia tetap tidak mau mengangkat panggilan ku, bagaimana aku memberi tau kabar penyakit istri dan anaknya." Yasmin diam sejenak. "Haruskah aku ke rumahnya?"
...
Daren berjalan masuk kedalam rumah sang ayah mertua, terdengar suara bising di ruang utama, Sepertinya tamu yang tadi pagi datang masih belum meninggalkan mansion besar pak Anjas.
Daren memberanikan diri untuk menampakkan diri, berjalan menghampiri Pak Anjas dan beberapa orang berpakaian formal itu.
"Assalamualaikum,"
Semua menoleh. "Waalikumsalam."
Pak Anjas tersenyum melihat Daren datang. "Kemari Nak," Terlihat Pak Anjas nampak bangga bisa memperkenalkan Daren pada para koleganya itu..
Daren lapang dada mendekati sang ayah mertua, menyalami satu persatu dengan senyuman hangat. Tapi pandangan tulus itu sirna ketika berdiri di depan satu laki-laki yang mana seumuran dengannya.
Keduanya saling tatap membawa tanya, jabat tangan cukup lama terjadi sampai Daren menyudahinya.
"Namanya Haikal, dia baru saja menjadi CEO di perusahaan ayah." Ucap Pak Anjas mengabarkan.
"Senang bisa berkenalan dengan anda," Papar Haikal sopan membawa serta senyuman hangat kearah Daren.
Daren hanya mengangguk saja. "Daren pamit ke kamar." Lanjut Daren, segera melangkah menuju lift meninggalkan kerumunan dan Haikal yang mana mengangguk membiarkan tanpa ingin mencegah. Setelah Daren menghilang dari pandangan, Haikal membatin.
Karakter yang selalu ayah mertuanya Katakan adalah pria baik dan pintar, hanya sopan santunnya saja yang masih harus di perhatikan.
Jelas batin Haikal mencemooh bagaimana Daren yang di ketahui laki-laki super cuek dan tidak ingin terlalu basa-basi, itu karakter aslinya sedari dulu seperti itu, hanya saja Haikal baru bertatapan langsung, kemarin-kemarin hanya melihat di televisi atau kabar berita tentang Daren.
Pintu lift terbuka, Daren segera berlari menuju kamar Sarah, pertama mengetuk pelan. "Yank." Tak ada jawaban dan tak ada tanda-tanda Sarah membuka pintu, Daren lantas membuka pintu yang tidak di kunci.
Ketika pintu terbuka Daren mengendus kesal, "Selalu pintu tidak di kunci," Sarah melupakan wejangan Daren, kalau pintu kamar harus di kunci ketika kita ada di dalaman atau pun tidak, melihat Sarah yang berbaring di kasur Daren tidak jadi mengomel.
Daren berjalan mendekati ranjang sembari membuka jas dan dasi, tersenyum melihat Sarah yang tidur tertelungkup apalagi rambut menutupi wajahnya yang cantik membuat Daren menyingkapnya. bibirnya baru saja ingin mengecup tapi mata sang istri basah seperti habis menangis, Daren terheran.
"Yank, hei." Daren mengelus pipi Sarah.
Sarah membuka mata. "Kamu udah pulang?" Segera Sarah bangkit, Karena habis menangis kepalanya menoleh ke arah lain. "Kapan sampe?"
Daren menarik kepala Sarah, memintanya untuk bersejajar dengan wajahnya. "Kenapa menangis?"
Sarah menggeleng cepat. "Siapa yang nangis."
Daren menatap Sarah datar. "Kamu pikir aku ga tau, katakan kenapa nangis?" Lagi Daren memaksa.
Sekuat Daren memaksa sekuat itu pula Sarah berbohong memberi alasan tentang merindukan mendiang sang bunda. Karena tidak ada jawaban pasti Daren malah tertawa ketika Sarah terus mengalihkan pembicaraan ke suatu hal yang lucu membicarakan tadi Jesica yang mana kata Sarah terjatuh di butik. Bahkan Sarah juga mengabarkan tadi ketika ke salon, rambut panjang Jesica sedikit di potong.
"Beneran, di sana dia marah-marah, pegawai salon di maki-maki. Hasilnya kami ga bayar deh." Sarah tertawa di akhir cerita karangnya itu.
Daren ikut tertawa karena cerita Sarah begitu lucu dan menyenangkan. Sesuatu hal yang mena orang menderita adalah kesenangan bagi Daren apalagi dirinya tau Jesica mempunyai karakter yang ceroboh, dirinya tau dari Sarah tentunya.
"Tadi masih banyak tamu ga di bawah?" Tanya Sarah, seingatnya ini sudah sore, ketika masuk kamar Sarah sibuk menangis sampai tertidur.
Daren mengangguk. "Aku lapar." Rengek Daren.
Sarah mengajak Daren untuk turun, tadinya Sarah berinisiatif untuk memanggil pelayan membawakan makanan Daren tapi Daren menolak, Di bawah ada sang ayah mertua jadi harus bersikap sopan.
Keduanya turun dan nampaknya para tamu Pak Anjas sudah meninggalkan kediaman hanya tersisa Pak Anjas di sana bersama sekretarisnya, Pak Dodi.
"Makan siang bareng Yah?" Ajak Sarah pada Pak Anjas.
"Kalian duluan saja, Ayah masih ada urusan sedikit." Sahut Pak Anjas, memilih untuk ke ruang kerjanya bersama serta pak Dodi.
Di ruang makan, Sarah dan Daren makan berdua saja. Di tengah makan, Sarah membulatkan matanya ketika rasa mual datang.
Kenapa jadi mual? Kemarin-kemarin engga mual.
Karena tidak ingin Daren curiga Sarah berusaha menahan dengan terus meneguk air, yang terjadi adalah air yang tadi di minum keluar beserta makan yang lain.
Uuueeee. Sarah memuntahkan Isi perutnya.
Daren tersentak kaget. "Yank? Kamu kenapa?"
...
Bu Nadin terheran menatap layar kecil di samping pintu, ada satu sosok perempuan cantik tengah berdiri dengan wajah berseri.
"Den Daren dan Nona Sarah tidak memberi tau saya akan ada tamu." Ucap Bu Nadin, seingatnya kedua majikannya itu tidak memberi pesan apapun. Tapi karena si gadis terus berdiri dan membunyikan bel terpaksa dirinya bersuara alih-alih membuka pintu dan mempersilahkannya untuk masuk.
"Siapa di sana?"
Yasmin segera membalas. "Saya teman Daren,"
"Siapa?"
Yasmin menghela napas berat, mencemooh Bu Nadin dari tatapan mata. "Yasmin."
"Mohon maaf, Den Daren dan istrinya tidak ada di rumah, anda boleh mengubungi mereka lagi."
"Ok." Yasmin segera berbalik membawa wajah kesal. Jauh-jauh datang dan begitu keras meminta alamat apartemen Daren dari Pak Darwin sia-sia saja. Karena tidak ada hasil, Yasmin akhirnya memilih pergi, di tengah perjalanan Yasmin tersandung membuatnya hampir terjatuh beruntung satu tangan menariknya.
Kedua mata beradu, Yasmin terdiam menatap si pria yang menangkapnya.
Pria tampan berparas bule itu tersenyum. "Dalam satu hari aku menyelamatkan dua wanita cantik."
...
Sarah berbaring di ranjang, Daren dan Pak Anjas begitu panik wajah keduanya masih terlihat sama. Panik lagi tegang, bagaimana tidak, Sarah muntah begitu hebatnya. Sampai tubuhnya lemah. Dan milih berbaring di ranjang.
"Kita ke rumah sakit ok?" Ajak Daren yang kesekian kalinya, mengelus kepala Sarah yang kini mulai kering, tadi keringat bercucuran di sana.
Sarah kembali menggeleng. "Aku mau tiduran aja. Tadi aku ga makan di sana, jadi aku mual."
Jangan sampai Daren tau aku hamil, aku tidak bisa membayangkan bagaimana reaksinya nanti. Kehamilan ku bermasalah, aku tidak ingin dia tau, tidak sekarang.
"Sayang, kamu beneran ga papa?" Tanya Pak Anjas lagi. Kepanikan yang di bawa pelayan membuatnya hampir pingsan, apalagi Melihat Sarah sang putri terkulai ketika Daren membopongnya ke kamar.
"Ga papa, Sarah cuma capek aja?"
"Ok, mendingan malam ini kalian menginap di sini,"
Daren mengangguk, sedangkan Sarah memilih menutup mata dan berpura-pura tidur.
Pak Anjas meninggalkan Kamar di antar Daren, sampai di ambang pintu, satu pelayan wanita berkata. "Den Daren, sepertinya Nona Sarah hamil Den."