Berawal dari permintaan sahabatnya untuk berpura-pura menjadi dirinya dan menemui pria yang akan di jodohkan kepada sahabatnya, Liviana Aurora terpaksa harus menikah dengan pria yang akan di jodohkan dengan sahabatnya itu. bukan karena pria itu tak tahu jika ia ternyata bukan calon istrinya yang asli, justru karena ia mengetahuinya sampai pria itu mengancam akan memenjarakan dirinya dengan tuduhan penipuan.
Jika di pikir-pikir Livia begitu biasa ia di sapa, bisa menepis tudingan tersebut namun rasa traumanya dengan jeruji besi mampu membuat otak cerdas Livia tak berfungsi dengan baik, hingga terpaksa ia menerima pria yang jelas-jelas tidak mencintainya dan begitu pun sebaliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di tinggal orang terkasih.
Hari ini kediaman keluarga Sanjaya dipenuhi dengan karangan bunga turut berdukacita atas meninggalnya ayah. hari ini seperti mimpi buruk bagi seorang Abimana. Dulu ditinggal sang ibu sesaat setelah melahirkan dirinya, kini kembali di tinggal oleh sang ayah untuk selamanya.
Di depan orang banyak yang datang melayat, Abimana menunjukkan ketegarannya, meski sesekali masih terlihat pria itu mengusap sudut matanya. Ya, sekuat dan setegar apapun seseorang pasti akan terlihat sisi rapuhnya di saat kehilangan orang terkasihnya.
Hari semakin sore, langit pun terlihat mendung pertanda akan turun hujan, namun Abimana masih belum beranjak dari makam sang ayah.
Semua pelayat telah berlalu meninggalkan makam, termasuk ibu, Rasya dan juga Nahla, kecuali Livia, yang masih setia menemani Abimana.
Livia memeluk diri dibawah guyuran air hujan yang semakin lama semakin deras. dengan jarak beberapa langkah dari Abimana, ia tetap setia menunggui sampai suaminya itu bersedia meninggalkan area pemakaman. Berbeda dengan Livia, Abimana masih belum menyadari keberadaannya, ia berpikir jika istrinya itu telah berlalu meninggalkan area pemakaman bersama anggota keluarganya yang lain.
Duar.
"Argh....." suara petir yang menggema mengejutkan Livia, hingga tanpa sadar wanita itu berteriak, dan hal itu sekaligus menyadarkan Abimana akan keberadaannya di sana.
Abimana mengalihkan pandangan ke sumber suara.
Livia.
Abimana beranjak seraya membuka jas yang dikenakannya.
"Kenapa kau masih di sini???." menggunakan jas nya untuk melindungi Livia dari guyuran air hujan. meski kenyataannya jas milik pria itu telah dibasahi air hujan, namun Livia cukup tersentuh dengan perhatian Abimana pada dirinya.
"Ayo pulang!!." Abimana menuntun Livia menuju mobil yang terparkir sekitar sepuluh meter dari area pemakaman.
Asisten Purba mengulum senyum melihat sikap serta tindakan abimana pada istrinya. hampir puluhan kali ia berusaha membujuk tuannya itu agar segera berlalu meninggalkan area pemakaman, namun Abimana masih juga tak bergeming, tapi setelah menyadari keberadaan istrinya, abimana sendiri yang mengajak untuk segera pergi meninggalkan tempat itu.
Asisten Purba segera mengayunkan langkah cepat mendahului tuannya.
Dengan sigap, asisten Purba membukakan pintu mobil untuk Abimana dan istrinya.
"Ini kemeja ganti untuk anda, tuan."
Asisten Purba selalu menyediakan pakaian cadangan untuk tuannya itu di mobil demi mengantisipasi sesuatu yang tidak diinginkan, seperti saat ini contohnya. Tapi kali ini asisten Purba sigap menyerahkan dua buah kemeja. sebelum mendapat instruksi dari Abimana, asisten Purba cukup paham dengan tugasnya dalam melayani keperluan tuannya itu.
"Terima kasih."
Asisten Purba meresponnya dengan menunduk hormat, sebelum sesaat kemudian kembali menutup pintu mobil.
"Lepas bajumu, pakai ini!!."
Abimana menutup tirai kaca samping, tak rela jika sampai ada yang melihat tu-buh istrinya. Padahal kenyataannya, dari luar sana orang tak akan bisa melihat kondisi di dalam mobil.
Kini tubuh mungil Livia tenggelam setelah mengenakan kemeja milik Abimana. bagian lengannya pun kepanjangan, bahkan jari lentik Livia sampai tidak kelihatan. Dan itu membuat Livia kelihatan lucu dan menggemaskan.
Seperti bisa memprediksi, asisten Purba masuk ke dalam mobil setelah Livia selesai mengganti pakaiannya.
Tertawa ayo Tertawa lah.....anda pasti ingin menertawakan saya kan!!!."Livia.
Seperti itulah kira-kira arti sorot mata Livia ketika pandangannya tak sengaja bertemu dengan pandangan asisten Purba, melalui pantulan spion dihadapan pria itu.
Anda memang sangat lucu dan menggemaskan Nona Livia, tidak heran jika anda mampu mendapatkan tempat di hati, tuan Abimana." asisten Purba.
Kini mobil yang dikendarai asisten Purba telah tiba di rumah. Hujan pun sudah mulai reda.
Setibanya di rumah, Abimana meminta Livia untuk segera masuk ke kamar, sementara dirinya dan asisten Purba beranjak menuju ruang kerjanya. Sepertinya pria itu akan mengganti pakaiannya di sana, lagi pula di ruang kerja Abimana difasilitasi kamar mandi yang tak kalah lengkap dari kamar mandi di kamarnya.
Di kamar.
Livia segera membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaiannya dengan piyama, mengingat hari sudah berganti malam.
Livia meraih gelas di atas nakas tapi sayangnya gelas tersebut telah kosong. tidak ingin bersikap seperti tuan putri di rumah itu sementara dirinya pun hanya menumpang sampai dengan waktu yang belum dipastikan, Livia memilih keluar dari kamar untuk mengambil air minum di dapur.
"Jika Nona Livia memerlukan sesuatu, telepon saja, Nona tidak perlu ke dapur!!!." art melirik ke luar, khawatir keberadaan Livia di dapur diketahui oleh tuannya.
"Tidak apa-apa bi, saya cuma mau ambil air minum kok." balas Livia.
"Mari Nona!!." art menuntun Livia menuju meja makan. "Nona Livia tunggu di sini saja, biar air minumnya bibi yang ambilin!!." beranjak ke dapur untuk mengambil segelas air dingin.
"Ini airnya, Nona."
"Terima kasih, bi. Tapi lain kali tidak perlu melayaniku sampai seperti ini, lagian kalau cuma air minum aku bisa kok ambil sendiri." balas Livia, merasa tak enak jika terlalu bergantung pada art hanya untuk sekedar mengambil air minum.
"Tidak apa-apa Nona. melayani, memang sudah menjadi kewajiban para art di rumah ini."
Jika yang berinisiatif melayani diri sendiri, Rasya atau Nahla mungkin para art tidak akan terlalu se-khawatir ini, tapi masalahnya ini istri tuan Abimana. bisa-bisa mereka akan dipecat, seperti itu pikiran para art mengingat bagaimana perhatian Abimana pada istrinya beberapa hari terakhir.
"Apa mas Abi masih ada di ruang kerjanya, bi???."
"Tidak Nona. tuan Abimana sama nyonya lagi di depan, soalnya ada tamu." jawab art apa adanya.
"Tamu, siapa bi??."
"Kalau bibi nggak salah sih, orang tuanya Nona Thalia, Non."
Bibi sontak menutup mulutnya, sadar telah salah bicara dan itu disadari oleh Livia.
"Terima kasih air minumnya, bi. saya balik ke kamar dulu." pamit Livia.
Menyaksikan kepergian Livia, Art semakin merasa bersalah karena sudah menyebut nama mantan kekasih majikannya tersebut didepan Livia, yang notabenenya adalah istri sah dari majikannya.
Di ruang tamu.
"Kami turut berdukacita atas meninggalnya ayah anda, tuan. maaf, siang tadi kami tidak sempat datang melayat. Karena kebetulan siang tadi harus menjemput Thalia di bandara." setelah putrinya pergi begitu saja meninggalkan Abimana tanpa alasan yang jelas, dengan tidak tahu malunya ayah dari wanita itu mendatangi kediaman Sanjaya dengan alasan ingin mengucapkan bela sungkawa.
"Tidak masalah, tuan." Abimana menunjukkan nada dan raut wajah datarnya.
"Oh iya jeng, kenapa tadi Thalia tidak diajak kesini sekalian." ibu ikut bersuara.
"Sebenarnya tadi Thalia ingin ikut ke sini, tapi kami melarangnya. Khawatir Abimana masih marah."
Mendengar itu sontak saja abimana menarik sudut bibirnya ke samping hingga menciptakan senyuman tipis di sana."Kenapa saya harus marah... lagipula semenjak kepergian Thalia, saya anggap di antara kami sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi."
"Baiklah, terima kasih atas ucapan belasungkawa anda sekeluarga. kalau begitu saya tinggal dulu, istri saya pasti sudah lama menunggu." sambung Abimana, sebelum sesaat kemudian beranjak dari tempat duduknya.
Sayang sayangku... jangan lupa like, komen, vote, and subscribenya (favorite) biar aku semangat double up nya....dan jangan lupa untuk memberikan ulasan ya.....😘😘😘🥰🥰🥰🥰🥰
mulut mu itu pernah ngomong apa ke Livia,coba ingat2 dulu...
😒😒😒😒
blom lagi liat mertua Livia...
istri ngambek itu bahaya lho...
ntar kamu gak dapat jatah ronda lagi 😂😂😂😂
kamu harus tegas,jangan mau di stir Abi...👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻