Dalam pengejaran, Elenio terjebak disebuah perkampungan dan bertemu dengan Zanna. Keduanya berakhir tinggal bersama. Elenio yang terlihat cool, ternyata sangat menyebalkan bagi Zanna, membuat cewe itu terus saja naik pitam dibuatnya. Namun ternyata kisah mereka tak sesimple itu. Orang-orang yang berhubungan dengan tempat Elenio berasal mulai berdatangan, mengacaukan ketenangan Elenio membuat cowo itu kembali ke kota asalnya bersama Zanna dan kisah yang sebenarnya pun dimulai.
Kisah Elenio Ivander Haidar dan Zanna Arabelle Jovita. Yang penuh teka-teki dengan dibumbui kisah-kisah manis ala percintaan remaja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febriana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 15
Mendapati Elenio sudah duduk di kursinya, Nora segera saja memutar tubuhnya.
"Halo, Len!" sapanya antusias
Karena Elenio tidak sombong dan cukup friendly, tentunya cowo itu membalas sapaan Nora dengan antusias yang sama. "Halo juga...," sapanya menggantung sembari menatap Nora
"Nora," ucap Nora seakan faham apa yang Elenio maksud.
Elenio mengangguk faham, lalu mengulurkan tangannya. "Salken ya!"
"Salken juga!" balas Nora membalas uluran tangan Elenio dengan senang hati.
"Gercep juga lo, Ra! Tau aja yang ganteng!" celetuk Brian
Nora tersenyum pongah. "Iya lah, yang ganteng gak boleh diangurin!" balasnya sembari mengibaskan rambutnya.
Brian memutar bola matanya, beda dengan Elenio yang malah meladeni Nora.
"Yoi, gue juga gak bisa diem kalau ada cewe cantik!" ujar Elenio sembari mengedipkan sebelah matanya.
Nora seketika histeris sendiri. "Omooo gue terbang Na! Please tolongin gue!" ujar Nora mengguncang-guncang bahu Zanna.
Zanna tentunya merasa risih, dia berdecak tak suka. "Buaya!" gumamnya
Tak disangka Elenio mendengarnya. Dengan jahil Elenio menarik-narik rambut Zanna, berniat menggoda cewe itu yang sedari tadi tidak menghiraukan keberadaannya.
Zanna mengernyit jengkel. Dia membalikan badannya, menatap tajam Elenio. "Apasih!"
sentaknya sampai membuat Nora dan Brian terkaget, bagaimana pun Zanna dikenal pendiam di kelas.
"Ish, Zanna! Gak boleh gitu, Elenio masih baru di sini, entar dia gak betah gara-gara lo gimana?" tegur Nora
Zanna memutar bola matanya. "Apa sih lebay!" balasnya ketus
Elenio terkekeh. "Udah gapapa, udah biasa gue diginiin sama dia," celetuknya tanpa disaring
Brian dan Nora sontak melotot. "Kalian saling kenal?" kompaknya
Elenio terkekeh, lalu merangkul bahu Zanna, meski susah karena terhalang meja. "Yoi, kita 'kan sepupu ya, Na!" balasnya enteng
Zanna menatap tajam Elenio, dia berusaha melepas rangkulan cowo itu. "Lepas!" desisnya
Nora menatap Zara menyelidik. "Ish Zanna! Lo gitu yah diem-diem udah nyuri start!" cemberutnya
Zanna mendengus. "Yang sepupuan sama dia juga siapa?!" balasnya, lalu memajukan kursinya setelah berhasil lepas dari rangkulan Elenio.
"Oh ya, lo 'kan maunya jadi pendamping gue ya, Na!" ujar Elenio menaik turunkan alisnya.
Zanna seketika menatap jijik Elenio. "Dih, halu lo!"
Ini baru hari pertama dan Elenio sudah menyebalkan seperti ini. Selamat tinggal untuk kehidupan sekolah yang damai.
Brian mendadak tertawa melihat tingkah keduanya. "Hahaha, gak nyangka bisa lihat ginian! Gue kira lo gak bisa ngomong, Na!" ujarnya
Zanna mengernyit tak suka, sedangkan Elenio malah tampak tertarik mendengarnya.
"Emang ni anak pendiem banget di kelas?" tanya Elenio menunjuk Zanna
Brian mengangguk. "Iya, sampai gue aja segan kalau mau ngomong sama dia," balasnya
"Iya gue juga heran kenapa punya temen sependiem dia!" Nora ikut menyahut
Elenio menaikan sebelah alisnya, lalu menatap Zanna. "Yakin? Padahal kalau sama gue marah-marah mulu mana nyeremin kaya boneka anabel" ucapnya lalu menatap menggoda ke arah Zanna
"APA LO BILANG?!" teriak Zanna menjambak rambut Elenio. Serius, dia kalau sama Elenio emang gak bisa nahan emosi.
"Sakit, Na! Lepas woy!" ringis Elenio. Emang ganas si Zanna!
Nora ikut meringis melihatnya, dia langsung mencoba menenangkan Zanna. "Udah Na ya ampun, kasian Elenio,"
Brian sendiri malah tertawa ngakak melihatnya. Merasa lucu, emang gak jelas dia.
Tanpa sadar kelakuan mereka menjadi pusat perhatian anak-anak di kelas.