Di usianya yang sudah sangat matang ini, Khalif Elyas Hermawan belum juga menemukan pasangan yang cocok untuk dijadikan pendamping hidup. Orang tuanya sudah lelah menjodohkan Khalif dengan anak rekan bisnis mereka, tapi tetap saja Khalif menolak dengan alasan tidak ada yang cocok.
Mahreen Shafana Almahyra gadis cantik berumur 25 tahun, tidak dapat menolak permintaan sang bibi untuk menikah dengan seorang laki-laki yang tidak ia kenal sama sekali.
Ya, gadis yang akrab di sapa Alma itu tinggal bersama paman dan bibinya, karena sejak umur 15 tahun, kedua orang tuanya sudah meninggal.
Bagaimana kisah Khalif dan Salma? Ikuti terus kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fana01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
..."Dalam hidup, kita harus belajar untuk menghargai setiap momen kecil yang membawa keajaiban dan kebahagiaan"...
...🌹🌹🌹...
Alex mendekati Chaterine hendak menariknya menjauh dari Khalif, tapi Chaterine menghentak pelan tangannya yang di pegang oleh Alex.
"Jangan membuat masalah disini" ancam Alex, dia tau bagaimana sifat Chaterine. Chaterine menulikan telinga atas ancaman sang kakak. Malahan dia mengambil tempat duduk tepat di samping kiri Khalif. Alma yang melihat itupun merasa tidak suka, sebagai istri dia harus siap melindungi suaminya dari godaan wanita-wanita yang ingin mendekati suaminya. Jangan kira dia wanita yang bisa diam saja melihat suaminya di ganggu wanita lain.
"Saya baru tau kalau mas Khalif punya teman dekat perempuan" Alma menggeser Khalif agar tersisa ruang untuk nya di samping Khalif. Jadi posisi mereka sekarang ini Alma berada di tengah-tengah Khalif dan Chaterine.
Zalfa yang melihat itu tidak bisa menahan ketawanya, dia tidak menyangka kalau Alma yang terlihat lembut ternyata bisa berubah menjadi seekor harimau betina yang siap menerkam musuh yang ingin mendekat.
"Apa kamu tidak pernah menceritakan aku pada istrimu Khalif?" Khalif melotot tajam ke arah Chaterine, dan untuk apa juga dia menceritakan itu pada istrinya.
"Hahaha saya yang tidak ingin tau siapa saja teman wanita mas Khalif, Lagi pula saya tidak mau mas Khalif menyebut nama wanita lain di depanku. Bukankah itu tidak pantas mbak?" Alma yang bertanya masih mengulas senyum manis di wajahnya, tapi tiap perkataan yang dia ucap terasa begitu tajam.
Khalif tidak tertarik sama sekali dengan apa yang dilakukan Chaterine, tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya untuk menjawab pertanyaan Chaterine. Alex yang ingin mendekati Chaterine di tahan oleh Zalfa.
"Biarin aja kak, lagian mbak Alma kayaknya bukan perempuan yang mudah di tindas" seloroh Zalfa.
"Kamu tau sifat Chaterine seperti apa, bisa-bisa dia nanti mengacaukan acara disini" gerutu Alex.
"Percaya deh nggak mungkin mbak Chate mempermalukan dirinya sendiri kan, biar mereka selesaikan masalah Meraka ok?" lugas Zalfa. Walaupun dia masih muda tapi cara berpikirnya lebih dewasa ketimbang Chaterine.
"Mendingan kita cari makan aja deh kak" ajak Zalfa.
"Sebentar aku angkat telfon dulu" Alex mencari tempat yang sepi untuk menjawab panggilan di ponselnya.
"Halo, udah dimana? Mau berangkat sekarang?"
".............."
"ok, aku jemput sekarang" Alex kembali ketempat dimana Zalfa berada.
"Aku mau pergi sekarang, kamu masih mau disini atau ikut pulang?" tanya Alex.
"Mau kemana?" tanya Zalfa penasaran.
"Kencan" jawab Alex jujur. Zalfa kaget mendengar Alex mau pergi kencan, sepengetahuannya Alex sedang tidak menjalin hubungan dengan wanita manapun sekarang. Tapi kenapa tiba-tiba dia mau kencan? Memang teman wanita Alex banyak, tapi tidak ada yang dia anggap serius. Sejuta pertanyaan sekarang ada di kepala Zalfa.
"Kakak punya pacar?"
"Belum sampai ketahap pacaran, kami baru pendekatan" Alex masih sibuk dengan ponsel yang dipegangnya, membalas pesan singkat yang datang.
"Aku pulang duluan, kamu sama Chate aja pulangnya" Alex kemudian pamit pada mama Shanum. Ada rasa tidak rela di hati Zalfa, juga tidak mungkin dia melarang Alex menjalin hubungan dengan wanita lain. Sudah dua tahun dia memendam perasaannya pada Alex, dan tidak ada yang tau tentang itu.
*****
Setelah acara ulang tahun mama Shanum selesai, Alma dan Khalif pulang ke rumah mereka, mama Shanum sudah meminta mereka untuk menginap. Tapi Khalif bersikeras untuk pulang. Di dalam mobil suasana terasa hening, Alma tidak mengucapkan sepatah katapun terkait Chaterine yang mengaku sebagai teman dekatnya. Dia tidak bertanya tentang Chate, itu yang membuat Khalif resah, semenjak mereka menikah Alma tidak pernah mendiamkannya seperti ini, jika ada perbuatan atau sikap Khalif yang tidak Alma sukai pasti langsung di tegur oleh istrinya. Tapi tidak kali ini. Ternyata diamnya orang yang kelihatan lembut itu menyeramkan.
"Ehm-ehm" Khalif sudah memikirkan kata-kata yang ingin dia ucapkan.
"Ehm"
"Mahreen kamu marah?" Khalif melirik Alma sesekali.
"Untuk apa Alma marah?" jawab Alma singkat.
"Apa mas berbuat salah pada Alma?" tanya Alma balik.
"Tentu saja tidak!" tegas Khalif. Alma lebih memilih memandangi jalanan yang mereka lalui. Sementara Khalif fokus mengemudi.
Sampai di rumah Alma masih saja diam, dia yang biasanya cerewet mendadak diam begini. Walaupun Alma merasa sedikit kesal pada suaminya tetapi kewajibannya tidak dia tinggalkan seperti menyiapkan pakaian Khalif.
Melihat Alma yang sudah bersiap hendak tidur, Khalif menarik lengan Alma, dia memeluk Alma dari belakang. Mengusap lembut jari jemari Alma, perlakuan Khalif yang lembut seperti ini membuat rasa kesal Alma seketika menguap.
"Maafin mas ya, kalau mas ada salah" ucap Khalif, sembari memutar tubuh Alma menghadap padanya. Kini mereka saling berhadapan. Khalif memeluk pinggang Alma, sehingga jarak antara mereka sudah tidak ada lagi.
"Alma yang harusnya minta maaf mas" rasa bersalah itu menghampiringa. Tidak seharusnya dia kesal pada suaminya, Khalif tidak bersalah, itu hanya murni rasa cemburunya saja.
"Kenapa?, apa karena masalah di acara pesta mama tadi?" tebak Khalif. Alma yang ditanya hanya diam saja.
"Hei, lihat mas Mahreen" Khalif mengangkat dagu Alma sehingga mata mereka saling menatap.
"Kamu cemburu?" tanya Khalif.
"Alma hanya tidak suka melihat perempuan itu mengaku sebagai teman dekat mas. Mana ada laki-laki dan perempuan yang murni berteman. Apa dia salah satu mantan mas?" Alma menatap wajah suaminya.
"Ya, mas akui dia memang mantan mas, tapi kata salah satu itu, kamu seperti menuduh mas orang yang suka bergonta ganti pasangan"
"Ya siapa tau mantan mas itu banyak"
"Sayang dengar" Khalif menagkup kedua pipi Alma, mengusap lembut wajah istrinya itu. Alam terlihat lucu kalau lagi cemburu seperti ini.
"Mas bukan laki-laki yang suka bergonta-ganti pasangan, mantan mas cuma dia saja, dan asal kamu tau mas tipe laki-laki yang setia" ucap Khalif dengan bangga.
"Maaf bukan maksud Alma menuduh mas seperti itu, jujur Alma tidak pernah berfikir kalau mas suka bergonta-ganti pasangan" Alma hawatir kalau Khalif salah paham atas perkataannya tadi.
"Hahaha iya iya mas tau maksud kamu sayang" Khalif tertawa melihat raut cemas di wajah Alma. Semakin lama wajah Khalif semakin dekat pada Alma, Alma bisa merasakan napas Khalif berhembus di wajahnya.
Bibir lembut Khalif mencium bibirnya, melumat pelan bibir Alma. Alma mengalungkan kedua tangannya di leher Khalif, membuat ciuman Khalif semakin dalam. Tangan Khalif tidak mau tinggal diam, dibelakang dia membelai punggung halus Alma, tangannya sudah masuk kedalam blush yang Alma pakai. Walaupun ini bukan yang pertama kali lagi bagi mereka, tetap saja Alma masih merasa aneh, tubuhnya yang tadi terasa dingin kini menjadi panas, AC yang di nyalakan sudah tidak terasa lagi.
Ciuman Khalif turun ke leher, membuat Alam seketika mendongak keatas, Khalif meninggalkan tanda cintanya di leher Alma. Tangan kanannya membelai perut rata Alma, dan perlahan semakin naik ke atas. Malam ini mereka habiskan dengan memadu kasih bersama, dan memperdalam rasa cinta yang sudah ada.
*****