✰Rekomendasi Cerita "Introspeksi"✰
Nero, seorang pewaris perusahaan ternama, menikahi Aruna, gadis desa sederhana yang bekerja di perusahaannya. Cinta mereka diuji oleh keluarga Nero, terutama ibu tirinya, Regina, serta adik-adik tirinya, Amara dan Aron, yang memperlakukan Aruna seperti pembantu karena status sosialnya.
Meskipun Nero selalu membela Aruna dan menegaskan bahwa Aruna adalah istrinya, bukan pembantu, keluarganya tetap memandang rendah Aruna, terutama saat Nero tidak ada di rumah. Aruna yang penuh kesabaran dan Nero yang bertekad melindungi istrinya, bersama-sama berjuang menghadapi tekanan keluarga, membuktikan bahwa cinta mereka mampu bertahan di tengah rintangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Detia Fazrin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
She's My Wifeꨄ
...»»————> Perhatian<————««...
...Tokoh, tingkah laku, tempat, organisasi profesi, dan peristiwa dalam cerita ini adalah fiktif dan dibuat hanya untuk tujuan hiburan, tanpa maksud mengundang atau mempromosikan tindakan apa pun yang terjadi dalam cerita. Harap berhati-hati saat membaca....
...**✿❀ Selamat Membaca ❀✿**...
Liburan Rahasia di Pulau Al Verna
Akhir pekan itu datang dengan keindahan dan ketegangan yang bercampur di hati Aruna. Tak terasa hubungan antara dirinya dan Nero semakin berkembang. Kali ini, Nero memiliki kejutan yang tak pernah Aruna bayangkan sebelumnya. Sebuah ajakan untuk berlibur ke Pulau Al Verna, pulau pribadi milik keluarga Adrianus, yang konon tidak tampak di peta. Pulau kecil itu terkenal dengan keindahan alamnya yang menenangkan, dan Nero berencana membawa Aruna serta Biru, kucing kesayangan mereka, untuk menghabiskan akhir pekan di sana.
Aruna masih tidak percaya dengan semua ini. Di satu sisi, dia merasa bahagia, namun di sisi lain, dia juga cemas. "Bagaimana jika keluargamu mengetahui kita ke sini?" tanya Aruna, saat mereka tiba di dermaga menuju pulau.
Nero tersenyum, menatap Aruna dengan tatapan menenangkan. "Jangan khawatir, Aruna. Tidak ada yang akan tahu. Ini hanya kita bertiga di sini, dan keluarga tidak akan curiga. Percayalah padaku, semua akan baik-baik saja."
Aruna mencoba tersenyum, meski hatinya tetap gelisah. Namun, setiap kali Nero berkata dengan keyakinan seperti itu, Aruna selalu merasa lega, seolah semua masalah bisa diselesaikan hanya dengan keberadaannya. Mereka naik ke perahu kecil yang akan membawa mereka ke Pulau Al Verna, sementara Biru terlihat sangat antusias, berlari-lari di sekitar dek.
Setelah sekitar setengah jam perjalanan, Pulau Al Verna akhirnya terlihat di depan mata. Pulau itu benar-benar kecil, tapi keindahannya tak bisa disangkal. Air laut berwarna biru jernih mengelilingi pantai berpasir putih, dan di tengah pulau, sebuah villa megah berdiri kokoh di atas bukit. Aruna terpana melihat pemandangan yang luar biasa itu.
“Selamat datang di Al Verna,” kata Nero saat perahu mereka merapat di dermaga pulau. “Aku sudah tidak sabar untuk menghabiskan waktu bersamamu di sini.”
Aruna turun dari perahu dengan senyum yang semakin lebar. “Tempat ini luar biasa, Nero. Aku tidak pernah membayangkan bisa berada di pulau seindah ini. Dan... hanya kita berdua di sini?”
Nero mengangguk. "Ya, ini pulau keluarga, tapi tidak banyak yang datang ke sini. Mereka biasanya sibuk dengan urusan lain. Jadi, ini seperti surga kecil kita sendiri."
Setelah sampai di villa, mereka disambut dengan angin sepoi-sepoi dari laut. Aruna berdiri di depan villa, menatap ombak yang tenang dari kejauhan. Rasanya seperti mimpi.
Malam pertama mereka di pulau itu, cuaca cerah dan angin pantai sejuk membuat suasana semakin romantis. Mereka makan malam di teras villa, diiringi dengan suara ombak yang menghantam lembut di pantai. Biru duduk tenang di samping mereka, menikmati suasana yang menenangkan.
“Aruna, aku tahu kamu sempat khawatir tentang kita,” Nero mulai bicara dengan suara lembut. “Tapi aku ingin kamu tahu, aku serius dengan hubungan kita. Aku tidak akan membiarkan apa pun atau siapa pun menghancurkan kebahagiaan kita.”
Aruna tersenyum kecil, meski hatinya berdebar. “Aku percaya padamu, Nero. Aku hanya takut… keluargamu… mereka pasti ingin kamu bersama Luna atau Bianca.”
Nero menatapnya dalam-dalam, menggenggam tangannya erat. “Keluarga tidak bisa memilihkan siapa yang akan membuatku bahagia. Hanya aku yang tahu siapa orang itu. Dan aku sudah memilihmu, Aruna.”
Mata Aruna mulai berkaca-kaca. Kata-kata Nero selalu membuatnya merasa tenang. Di momen itu, dia merasa bahwa mungkin, hanya mungkin, segalanya bisa berjalan baik. Mereka berdua pun menghabiskan malam dengan obrolan ringan, menikmati malam yang tenang.
Keesokan paginya, Aruna bangun lebih awal dan memutuskan untuk menyiapkan sarapan. Dia memasak pancake dengan sirup maple kesukaan Nero. Bau harum pancake mengisi ruangan villa, dan tak lama kemudian Nero turun dari kamar, mengenakan kaus santai dan celana pendek.
"Wow, pancake? Kamu benar-benar tahu caranya membuatku terkesan," canda Nero sambil menarik kursi dan duduk di meja makan.
Aruna tertawa kecil. "Aku pikir, setidaknya aku bisa membuat sarapan yang enak untuk mengimbangi liburan mewah ini."
Mereka makan dengan tenang, menikmati kebersamaan tanpa gangguan. Setelah sarapan, Nero mengajak Aruna untuk berlari pagi di sekitar pulau. Biru tampak sangat bersemangat, berlarian di sekitar mereka saat mereka menyusuri pantai yang tenang. Angin laut yang sejuk dan suara burung camar di kejauhan membuat pagi itu semakin sempurna.
“Ini terasa seperti mimpi,” bisik Aruna sambil berjalan pelan di samping Nero.
Nero tersenyum. “Mimpi yang aku ingin jalani bersamamu selamanya.”
Setelah berlari pagi, mereka kembali ke villa untuk bersiap-siap makan siang. Kali ini, mereka memutuskan untuk makan di teras villa yang langsung menghadap laut. Meja makan yang telah disiapkan oleh staf villa tampak indah dengan pemandangan laut yang tenang sebagai latar belakang.
Saat siang menjelang, Nero mengajak Aruna berkeliling pulau dengan perahu. Ombak laut begitu lembut, dan perahu kecil mereka meluncur dengan tenang di atas air yang biru jernih. Aruna merasa damai, seolah semua kekhawatirannya hilang sejenak di tengah keindahan alam pulau itu.
“Mari kita coba diving,” ajak Nero tiba-tiba.
Aruna terkejut. “Diving? Aku belum pernah mencoba sebelumnya.”
“Jangan khawatir. Aku akan menjagamu,” kata Nero, meyakinkan Aruna.
Dengan perlengkapan diving yang telah disiapkan, mereka turun ke dalam air dan menyelam ke dunia bawah laut yang menakjubkan. Karang-karang yang indah berwarna-warni, ikan-ikan kecil berenang di sekitar mereka, dan sinar matahari menembus lembut ke dasar laut. Aruna terpesona dengan keindahan yang tak pernah dia lihat sebelumnya.
Setelah seharian penuh kegiatan, mereka kembali ke villa. Saat malam tiba, hujan mulai turun dengan derasnya. Rencana mereka untuk menghabiskan malam di luar batal, tapi Nero tidak keberatan. "Sepertinya kita akan menghabiskan malam ini di dalam villa," katanya sambil menatap Aruna.
Mereka duduk di sofa, dengan suara hujan yang menghantam jendela sebagai latar belakang. Biru tidur tenang di dekat kaki mereka. Nero menyalakan perapian, menciptakan suasana hangat dan intim di dalam villa.
“Aku senang kita bisa menghabiskan waktu seperti ini,” kata Nero, menatap Aruna dengan lembut.
“Aku juga,” jawab Aruna, merasa sangat bersyukur atas momen itu.
Mereka berbicara panjang lebar tentang masa depan mereka, tentang impian-impian yang ingin mereka capai bersama. Meski hubungan mereka masih harus dirahasiakan, malam itu, Aruna merasa bahwa dia bisa melewati semua itu selama Nero ada di sisinya.
Ketika malam semakin larut, Nero mendekat dan memeluk Aruna erat. "Aku akan selalu mencintaimu, Aruna," bisiknya lembut.
Aruna tersenyum, merasa hatinya penuh dengan kebahagiaan. "Aku juga mencintaimu, Nero."
Dan di malam itu, meski hujan mengguyur dengan deras di luar, mereka menghabiskan waktu bersama dalam kehangatan cinta yang menyatukan mereka.
kamu harus coba seblak sama cilok
Bibi doakan Dara biar temu jodoh juga