Malam sial itu membuat Ruby harus kehilangan mahkotanya demi menggantikan seorang wanita yang diincar seorang mafia yang harus menyalurkan syahwatnya karena dijebak oleh saingan bisnisnya.
"Tuan. Tolong...! jangan lakukan itu...!" Ruby mendorong pria tampan yang dikenal sebagai mafia bringas.
"Aku sudah membayarmu maka, layani aku...! " Ujar Sean menyeringai licik.
Sean mengira Ruby adalah wanita penghibur namun ternyata Ruby adalah gadis baik-baik yang masih suci. Ia yang ingin kembali ke negaranya ternyata harus menjadi korban salah tangkap oleh anak buahnya mafia.
"Bagaimana kelanjutan kisah antara Ruby dan Sean sang mafia?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Perdebatan
Rayan begitu marah pada bosnya ini ketika nyonya Ananta tidak membawa pulang serta Rubby dengan mereka. Walaupun Rubby sudah tidak lagi memiliki anak, Rayan masih berharap Rubby bisa menikah dengannya.
Ia harus menahan dirinya karena masih di dalam pesawat. Nyonya Ananta memilih first class tapi tidak dengan asistennya yang ia suruh duduk di kelas ekonomi karena tidak sederajat dengannya.
Penghinaan demi penghinaan yang harus diterima Rayan dari bos nya angkuh serta sok perfect ini. Ia sudah berniat untuk membuka aib Rubby ke media jika nyonya Ananta tidak menikahkan Rubby dengannya.
"Sialan tuh si tua cerewet...! Aku tidak bisa selamanya menjadi budaknya. Aku sudah mengabdi hidupku selama sepuluh tahun ini agar bisa mendapatkan warisan perusahaannya.
Kita lihat saja nanti nyonya Ananta...! Aku akan memaksamu untuk meminta Rubby menikah denganku..!" batin Rayan menatap pemandangan langit dari balik jendela pesawat.
Nicole sudah tiba di rumah sakit. Ia harus menunggu Rubby yang masih berada di ruang endoskopi. Wajahnya kelihatan pucat dengan tubuh lemas bermandikan keringat.
Sesekali ia menangis sedih karena tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi sahabatnya nanti jika tahu bayinya dibawa pulang oleh neneknya tanpa seijin Rubby.
"Apa yang harus aku katakan padanya disaat ia sedang menghadapi penyakitnya. Semoga penyakitnya Rubby tidak parah."
Tidak lama kemudian brangkar Rubby sudah di dorong oleh dua orang suster untuk kembali ke kamarnya. Rubby masih di bawah pengaruh obat penenang jadi belum siuman. Nicole mendampingi Rubby menuju kamar inap gadis itu.
"Suster. Apakah sahabatku baik-baik saja? Apakah perlu tindakan medis lebih lanjut?" tanya Nicole.
"Maaf nona. Kami tidak tahu soal penyakit pasien. Dokter lebih kompeten menjelaskan secara mendetail dengan hasil diagnosa yang akan dikeluarkan oleh bagian patologi dua hari kedepan," sahut salah satu suster senior.
"Ya Tuhan. Mana mungkin Rubby menunggu selama dua hari sementara bayinya sudah jauh darinya. Oh iya. Ini surat untuk Rubby." Nicole menanyakan lagi keadaan Rubby pada suster.
"Apakah sahabatku masih lama siuman nya, suster?" cemas Nicole yang tidak sabar lagi untuk memberitahu Rubby tentang bayinya yang malang.
"Tunggu saja sebentar lagi nona. Kami permisi dulu. Jika ada apa-apa dengan pasien, tolong tekan saja tombol nurse call," pinta suster itu lalu meninggalkan ruang inapnya Rubby.
Sekitar sepuluh menit kemudian, Rubby sudah mengerjapkan matanya. Ia merasakan bagian intimnya sedikit perih. Karena merasa masih dalam masa nifas, ia juga tidak begitu memikirkannya. Rupanya Rubby sedang menjalani operasi bagian jalur lagi agar terlihat perawan lagi.
"Rubby. Syukurlah kamu sudah siuman. Ada yang harus aku sampaikan padamu," ucap Nicole.
Rubby berusaha mengumpulkan kesadarannya secara penuh. Ia baru ingat kejadian sebelumnya yaitu interaksinya dengan sang sahabat.
"Mana ponselku, Nicole? Aku ingin menghubungi mommy ku. Aku kangen dengan baby Jasmine," ucap Rubby menatap wajah Nicole yang kembali sendu.
Nicole menggelengkan kepalanya. Air matanya kembali bercucuran dengan bahu bergetar menahan sesak di dadanya. Melihat Rubby menatapnya rumit.
"Ada apa Nicole? Apakah semuanya baik-baik saja? Apakah bayiku rewel?" cicit Rubby.
"Ponselmu tidak aku temukan di kamarmu dan bayimu sepertinya dibawa pulang oleh ibumu. Tidak ada baju bayimu di lemari dan ini surat yang ditinggalkan ibumu untukmu."
"Apaaa....?! Ibu membawa pulang bayiku? Ya Allah, nanti bagaimana bayiku mendapatkan ASI?" geram Rubby siap mencabut jarum infus yang tersambung dibalik punggung tangannya.
"Di kulkas tidak ada asi yang tertinggal di sana. Aku sempat memeriksanya sebelum aku kembali ke rumah sakit ini. Bacalah surat itu dulu agar kamu tahu keberadaan putrimu. Kasihan peri kecilku. Aku sangat merindukannya," ucap Nicole yang sudah menganggap Jasmine adalah bagian dari dirinya.
Rubby buru-buru membuka dan membaca surat itu. Ia menyimak isi surat ibunya sambil mengusap dadanya yang terasa sakit.
..."Untukmu Putriku Rubby. Maaf sayang mommy harus membawa pulang bayimu agar kamu segera kembali ke Indonesia. Mommy jamin bayimu baik-baik saja melakukan penebangan jarak jauh. ...
...Mommy harap kamu bisa menyusul kami kalau kamu sudah pulang dari rumah sakit. Mommy juga punya urusan mendadak di perusahaan kita. Maaf mommy membawa ponselmu. Kami menanti kepulanganmu. Salam dari kami berdua. Mommy mencintaimu......
Tulisan penuh kebohongan dan tipu muslihat itu berhasil membuat darah Rubby mendidih marah. Ia tidak bisa menerima cara licik ibunya dengan mengikatnya seperti itu.
"Mommy. Rubby sudah dewasa. Hidupku hanya milikku. Aku bisa memilih jalan hidupku apa yang menurutku baik." Rubby meminta Nicole memanggil suster untuk melepaskan jarum infus dari tangannya.
Nicole memencet bel dan suster segera datang." Ada yang bisa di bantu nona?"
"Temanku mau pulang dokter karena bayinya sakit."
"Tapi, nona Rubby baru selesai melakukan biopsi. Setidaknya tunggu sampai besok. Dokternya juga tidak ada disini," ucap sang suster membuat Rubby murka.
"Bayiku sedang membutuhkanku. Kalau suster tidak mau aku bisa melakukannya sendiri," ancam Rubby langsung menarik selang infus dari tangannya membuat darah sempat muncrat.
Suster langsung panik dan mengambil kapas dan alkohol untuk menyumbat darah dari pembuluh darah Rubby. Rubby menggantikan pakaiannya di dalam kamar mandi begitu suster meninggalkan kamar itu, ia segera kabur bersama Nicole karena tagihan rumah sakit miliknya sudah lunas.
Rubby meminta Nicole untuk memesan tiket pesawatnya. Nicole tidak bisa ikut karena ia baru menyelesaikan masa cutinya. Jadilah Rubby pulang sendiri malam itu juga.
"Harusnya aku menemanimu Rubby. Oh iya, kamu butuh ponsel kan. Pakai saja punyaku. Aku masih punya ponsel yang lama. Dengan begitu kita bisa saling komunikasi," ucap Nicole.
"Tidak usah Nicole. Bukankah ponselku ada pada mommy ku?"
"Benar juga. Baiklah. Semoga selamat sampai sampai tanah airmu. Kabari aku kalau ada apa-apa denganmu...!" pinta Nicole lalu memeluk erat tubuh sahabatnya itu.
"Tolong jangan ceritakan apapun pada nyonya Broke apalagi pada orang lain. Bilang saja aku lagi ke luar kota dan jangan katakan pada siapapun aku pulang ke Jakarta. Kamu mengerti Nicole?"
"Baiklah." Keduanya berpisah dan Nicole terlihat sedih dengan keadaan Rubby. Ia tidak ingin bertanya lebih jauh tentang permasalahan sebenarnya antara Rubby dan ibunya.
Setibanya di Jakarta, nyonya Ananta dan Rayan sedang bersitegang. Rayan masih memaksa nyonya Ananta untuk menikahkan dia dan Rubby. Padahal saat itu malam sudah larut. Mereka masih berada di perusahaan.
"Kamu tidak pantas dengan putriku. Derajat mu sangat rendah dengan putriku. Aku kemarin memintamu menikahinya karena skandal dan bukan atas kemauanku apalagi putriku. Aku tidak mau kehilangan putriku lagi," ucap nyonya Ananta yang saat ini merasa bersalah karena sudah menyerahkan cucunya pada orang lain ditambah tekanan dari sang asisten yang tidak tahu diri.
"Baiklah. Kalau begitu aku akan mengatakan dimana bayinya Rubby. Bukankah surat-surat perjanjian adopsi bayinya Rubby ada padaku. Kita tunggu saja reaksi putrimu jika tahu bayinya di kasih ke orang lain oleh ibu kandungnya sendiri.
"Kau....!" nyonya Ananta mulai menegang karena amarahnya memuncak hingga tidak sadar mengalami stroke saat ini. Melihat keadaan bos-nya, Rayan malah meninggalkan nyonya Ananta yang sudah jatuh pingsan.
Ia segera pulang. Sementara di luar sana alam sudah tidak bersahabat. Tiupan angin kencang disertai hujan deras melanda ibu kota Jakarta.
Rasanya masih pengin 😭😭😭
Rubby selalu saja hidup mu dalam bahaya semoga kamu baik' saja iya Rubby