Ranti terpaksa harus mengakhiri pernikahannya dengan lelaki yang ia cintai. Niat baiknya yang ingin menolong keponakannya berbuntut peperangan dalam rumah tangganya.
Lalu bagaimana akhir dari cerita ini?
Yuk kita simak ceritanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaQuin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15. Curi Pandang
Bab 15. Curi Pandang
Pov Author.
Menur tampak segar setelah mandi dan tampak cantik menggunakan pakaian baru yang ia beli secara online.
Menur juga sudah belajar berdandan minimalis. Dengan pembawaan wajah yang memang sudah cantik itu, Menur semakin terlihat mempesona dan menawan. Dirasa cukup percaya diri, ia pun turun untuk menemui Om dan Tantenya yang telah menunggu di ruang tamu.
"Sudah siap Nur?" Sapa dan tanya Ranti begitu Menur muncul di penglihatannya.
"Sudah Tante." Jawab Menur, dan tanpa sengaja ia melirik Pram dan beradu pandang kepada lelaki itu.
"Ehem! Ayo kita berangkat sekarang." Ujar Pram sambil berdiri dan melangkah duluan.
"Iya Mas." Kata Ranti. "Ayo Nur."
"Iya, Tante."
Kedua wanita beda usia itu pun mengikuti langkah kaki Pram. Setelah mengunci pintu rumah, Ranti masuk ke dalam mobil di dan duduk di samping Pram di bagian depan. Sedangkan Menur duduk tepat di belakang Pram.
Pram melihat Menur dari spion atas kepalanya sebelum menjalankan kemudi. Ia hanya memastikan kalau Menur sudah duduk dengan aman baru lah ia akan mulai berkendara. Tetapi tatapan Pram yang melihat Menur itu tertangkap basah oleh sang gadis. Ia pun menatap Pram dengan penuh rasa kagum dan tersenyum tersipu.
Adegan itu begitu cepat dan singkat. Tentu apa yang mereka perbuat tidak di ketahui oleh Ranti yang fokus menatap kedepan.
"Kita makan di mana Mas?" Tanya Ranti.
"Ke tempat biasa mau?" Pram balik bertanya.
"Tanya Menur dulu, dia mau tidak makan makanan jepang."
"Mau kok Tan." Jawab Menur.
Meski ia belum pernah makan makanan itu, ia menyetujui saja karena waktu di kampung pun, ia ingin sekali mencoba makanan itu.
"Ya sudah. Kita kesana saja Mas." Ujar Ranti.
Pram pun mulai melaju menuju restoran makanan jepang yang sering ia datangi bersama Ranti. Sampai disana mereka di sambut oleh pelayan dan di carikan tempat duduk yang nyaman.
Menur takjub melihat restoran itu. Ini kali pertama ia mendatangi tempat seperti itu. Ia pun duduk seorang diri menghadap Pram dan Ranti yang duduk berdampingan.
"Kamu pesan apa Menur?" Tanya Ranti.
"Apa saja Tante." Jawab Menur yang memang ingin mencicipi apa saja makanan ala Jepang itu.
Ranti pun memesan beberapa jenis makanan untuk dirinya, Pram dan juga Menur.
Sambil menunggu pesanan mereka datang, Menur memainkan handphonenya. Sedangkan Ranti dan Pram berbicara membahas pekerjaan Pram selama seminggu yang lalu.
Saat hendak menaikan kakinya di bawah meja, tanpa sengaja kaki Menur menyentuh kaki Pram. Menur refleks melihat ke arah Pram begitu pula sebaliknya. Sedagkan Ranti saat itu pas sekali sedang melihat handphonenya.
Sesaat, baik Menur dan Pram sama-sama mengalihkan pandangan. Bertepatan dengan itu, pesanan mereka pun datang sehingga mereka pun kini fokus pada makanan yang ada di hadapan mereka.
Ranti dan Pram menikmati makanan itu. Sedangkan Menur yang belum terbiasa cukup sulit beradaptasi dengan lidahnya.
Sesekali Menur melirik pada Pram yang mengambilkan makanan untuk Ranti. Ada rasa iri di hati Menur melihat pasangan yang romantis di hadapannya sedangkan ia jomblo yang belum merasakan indahnya cinta.
"Makan mu kok sedikit Nur?" Tanya Ranti yang rupanya memperhatikan Menur yang cukup sulit menghabiskan makanannya.
"Oh, em... perutku tiba-tiba rasanya tidak enak Tante." Kilah Menur.
"Kenapa, kamu mau datang bulanan atau..."
"Tidak Tante, kayanya hanya mules biasa."
"Kalau begitu nanti kita pulang singgah ke apotik beli obat untuk kamu.".
"Sekalian makanan, siapa tahu Menur lapar lagi nanti di rumah karena makannya sedikit disini."
"Ya, Mas." Jawab Ranti.
Pram peka, ia tahu Menur tidak menikmati makanan disana sehingga menyarankan Ranti untuk membelikan lagi Menur makanan untuk di rumah kelak.
Menur melirik Pram yang kembali fokus pada makanannya. Pram menyadari lirikan itu, namun ia mengabaikan dan tetap menyantap makanannya.
Satu jam lebih berlalu, akhirnya mereka pun meninggalkan restoran dan pulang menuju rumah. Namun sebelum sampai, mereka singgah dulu ke rumah makan padang dan apotik.
"Nur, ini. Makanlah lagi dan jangan lupa obat mu di minum." Ujar Ranti memberikan bungkusan makanan dan obat untuk keponakannya itu.
"Iya Tante." Jawab. Menur sambil menerima bungkusan itu.
"Ayo Mas..." Ajak Ranti kepada sang suami.
Ranti berencana menghabiskan waktu malam itu di kamar saja untuk memijit tubuh sang suami yang ia tahu pasti lelah karena belum ada istirahat sejak datang sore tadi.
Sedangkan Menur pun menghabiskan waktu di kamarnya, menyantap nasi padang yang dibelikan Ranti karena makanan jepang tadi tidak cocok di lidah Menur.
Menur baru merasakan nyaman di perutnya. Ia pun menuju ke dapur dan hendak minum karena haus. Gadis itu pun duduk dimeja makan sambil minum air dingin dan memainkan handphonenya. Ia tidak sadar kalau Pram juga ke dapur hendak minum.
Ketika Pram melintasi Menur, tentu perhatian Menur pun akhirnya teralihkan padanya. Tanpa ragu ia menatap Pram, lekat. Ia berani karena Ranti sedang tidak ada di sekitar mereka.
Sorot mata Menur tidak bias bohong kalau dia begitu mengagumi Pram. Padahal usia mereka jauh berbeda. Menur baru menyadari kenapa selama ini ia menolak laki-laki yang menyukai dirinya. Ternyata yang Menur sukai bukanlah remaja atau pria yang seusia dengannya. Melainkan pria matang dan dewasa seperti Pram lah yang mampu mendebarkan jantungnya.
Menur sadar pria itu milik Tante nya. Dan tahu dia suami Tante nya. Namun apa yang Menur rasakan tidak dapat ia bantah dan hindari, kalau dirinya sangat mengagumi Pram dan terpesona pada pria berlesung pipi itu.
Meski Menur tidak berucap kata apa-apa, Pram menyadari ada yang salah pada Menur. Cara Menur menatap dirinya seperti sorot mata wanita yang memandang pria yang di sukainya.
"Belum tidur Nur?" Kata Pram berasa-basi meski ia bertanya seperti itu tanpa melihat ke arah Menur. Pram sedang menuang air minum ke dalam gelas.
"Oh, belum Om. Tadi habis makan terus haus." Jawab Menur tanpa sedetik pun mengalihkan pandangannya kepada Pram.
"Perut mu masih sakit?" Kali ini Pram bertanya sambil melihat ke arah Menur.
"Tidak lagi." Jawab Menur.
Mereka saling menatap sesaat, kemudian Pram mengalihkan pandangannya.
"Tidur lah, sudah malam." Ujar Pram, lalu berlalu meninggalkan Menur.
"Ya, Om..." Jawab Menur dan memandang punggung pria yang mulai ngisi hatinya itu sambil berlalu.
Menur tersenyum sendiri. Kemudian ia menghabiskan minumannya, lalu meninggalkan gelas kotornya begitu saja di atas meja. Ia pun perlahan melangkah ke menuju kamarnya.
Menur berjalan gontai tanpa suara. Saat akan melintasi kamar Om dan Tantenya, Menur menghentikan langkah dan terdiam sesaat di depan pintu yang tertutup rapat.
Menur kembali teringat mana kala ia samar-samar mendengar desahan dari bilik pintu kamar. Desahan yang membuatnya berfantasi dan ingin mencoba merasakan.
Menur tersenyum, alangkah nakal dirinya membayangkan Om yang merupakan suami Tantenya melakukan itu bersama dirinya.
Dan akhirnya Menur pun memutuskan untuk melanjutkan langkahnya kembali ke kamarnya.
Tetapi, niat nya itu terpaksa ia urungkan lagi mana kala desahan-desahan tadi sore itu terdengar kembali di malam sunyi namun mendebarkan itu.
Bersambung...
Jangan lupa like dan komen ya, terima kasih 🙏😊
Note : Yang mengikuti cerita ini dari awal rilis, bab 10 ada yang di ralat ya🙏