Pengantin Untuk Calon RI 1

Argha menggunakan penerbangan terawal malam itu juga, setelah mendapatkan telepon dari Nathya. Boni sang sekretaris pun turut kalang kabut dibuatnya. Pemuda cerdas itu tadinya tengah menikmati makan malam romantis bersama pujaan hatinya, ketika mendadak menerima telepon perintah dari tuannya untuk bersiap- siap ikut ke Bali dimalam yang sama.

Melani naik pitam tentunya. Boni yang berada dalam posisi terjepit, merasa bingung harus memprioritaskan siapa. Pujaan hati tersayang dan tercinta? Atau, atasan yang tidak lain adalah kakak dari pujaan hatinya?

Namun Boni menyadari bahwa ia masih memiliki kontrak kerja yang mengikat secara hukum pada sosok kakak iparnya. Sehingga Melani terpaksa mengalah.

"Demi Tuhan, apa yang salah dengan pria tua itu kali ini?"

"Sorry babe. Kamu tau sendiri kakakmu seperti apa."

Tampa menunggu persetujuan dari Melani, Boni pun segera berlalu setelah mengecup pucuk kepala sang kekasih. Apa yang bisa Melani melakukan, selain pasrah. Tidak mungkin juga ia mendatangi sang kakak, lalu saling tarik menarik berebut Boni. Paling tidak, sedikit mengumpat dan mengatai kakaknya, boleh lah melalui pesan singkat. Akan ia lakukan setelah mengirim pesan pada kekasihnya."Take Care" selalu berharap kekasihnya berada dalam kondisi baik, pulang pergi.

Berbeda dengan sosok tuan besar yang sampai menyerahkan ponselnya pada Boni, karena tidak sanggup membaca segala umpatan dan makian dari adiknya. Dirinya yang terbiasa bertutur kata dengan sangat sopan, takut tidak bisa menahan diri dan membatalkan perjalanan darurat ini, untuk kembali ke rumah lalu menjewer kuping si adik.

Boni sampai kelabakan menghapus pesan yang masuk. Umpatan dan makian itu tidak dilakukan Melani sekali saja. Melainkan dalam beberapa kali pengiriman. Boni sampai harus memperingati sang pujaan hatinya itu, melalui pesan singkat dari ponselnya. Lalu berjanji akan menghadiahkan sesuatu jika ia pulang nanti, kalau Melani berhenti mengganggu kakaknya.

Hampir 2 jam mengudara, Argha dan Boni sampai di Bandara Ngurah Rai Bali.

"Pak Argha yakin, tidak mau ke Hotel yang lain saja?" tanya Boni pada sosok tuannya, yang mau bertamu kembali ke The Westen. Sebelum pagi- pagi akan bertandang ke kediaman Adiwilaga, membawakan cincin untuk Nathya sebagai simbol lamaran. Untung saja cincin itu sudah dipersiapkan saat Argha bertandang kali pertama ke kediaman Adiwilaga. Jadi, Boni tidak perlu repot mencari cincin pagi- pagi.

Sebenarnya Boni tidak habis pikir dengan Argha. Bos yang biasanya selalu terjadwal kegiatannya, sekarang secara mendadak melakukan aktivitas diluar jadwal.

Apakah pak Argha terlalu senang tidak bisa menahan diri karena lamarannya di terima Nathya, sehingga tidak bisa menunggu hari esok? pikir Boni. Lalu sekarang, terlihat seperti orang tidak waras karena senyum- senyum sendiri melihat cincin yang akan disematkan di jari Nathya esok hari. Benar- benar definisi cinta membuatmu tidak bisa bersabar, lanjut Boni.

"Yakin Bon. Dan kamu, jaga- jaga kesehatan ya. Setelah ini, akan lebih banyak lagi hal- hal tak terduga yang harus kita lakukan," jawab Argha tampa melirik pada sekretarisnya. Karena mata Argha masih terfokus pada cincin yang ada di tangannya.

Melihat Argha yang tidak peduli waktu untuk menemui calon pasangannya, tidak menutup kemungkinan tuan besarnya ini akan meminta pada Boni untuk mempersiapkan pesta pernikahan yang super mewah dalam waktu 3 hari kedepan. Membayangkannya saja sudah membuat Boni frustasi. Apalagi hal itu benar- benar terjadi. Bisa- bisa ia akan begadang mulai hari esok hingga pesta selesai dilaksanakan.

Tapi, bekerja dengan seorang Arghani Baskara tentulah tidak sia- sia. Bermodalkan nama besar Baskara, Maka Wedding Organizer dan segala tetek bengek mengenai persiapan pernikahan, akan selesai dalam kurung waktu 2x 24 jam.

...--------------------------...

Waktu menunjukkan pukul enam lebih empat puluh menit. Suhu udara masih terasa rendah hingga hawa dingin menusuk ke sela- sela tubuh. Namun hal itu, tidak menyurutkan semangat Bunda Seruni yang sudah berada di depan gerbang rumahnya, sembari membuka pintu tua yang sempat rusak beberapa hari yang lalu, karena di tendang oleh Nathya.

Ratu Orion tersebut, tampak kerepotan membawa kantong belanjaan yang berisikan bahan mentah untuk 3 hari ke depan. Benar terlihat seperti tipikal ibu- ibu rumah tangga yang baru pulang dari pasar.

Didalam rumah, Narayu tampak tidur kembali di atas sofa setelah beberapa menit yang lalu di bangunkan oleh Bunda Seruni. Remaja itu seperti tidak memperhatikan jadwal sekolahnya yang akan dimulai pukul setengah delapan nanti. Malah dengkuran halus masih terdengar dari mulut remaja manis yang tidak kalah dari sang kakak. Membuat ayahnya yang sudah terlihat rapi paripurna dengan menggenakan seragam kantornya, mengambil pecut untuk membangunkan putrj keduanya yang tingkah lakunya terlihat seperti anak laki- laki.

Narayu pun menggerutu saat pecut itu mendarat di betisnya. Menurut Narayu, jam enam empat puluh itu, masih terlalu pagi untuk dirinya yang tinggal tidak jauh dari sekolah. Narayu yang merupakan anak kesayangan ayah, tidak berani melawan titah sang ayah. Dengan tidak ikhlas nya Narayu mandi dan bersiap- siap.

Sementara Bunda Seruni, tengah repot mempersiapkan sarapan pagi untuk anak dan suaminya. Namun, fokusnya terganggu kala sebuah mobil rasanya memasuki pekarangan rumahnya. Bapak Adiwilaga yang mendengar suara mobil masuk pun, berjalan ke arah pintu.

Sangat kaget kepala keluarga itu, melihat siapa yang datang pagi- pagi begini. Lalu berteriak pada istrinya, untuk segera bersiap- siap. Karena sang Istri terlihat berantakan dengan daster lusuh yang ada sedikit bolongnya di ketiak. Malu atuh, di lihat sama calon menantu tak jadi, pikirnya.

"Siap- siap buat apa sih pak?" tanya Bunda Seruni Ratu Orion penguasa bumi dan galaksi.

"Ada Milan di depan."

Informasi itu cukup membuat bunda kelimpungan dan segera mematikan api kompor. Setelah itu berlalu ke dalam kamar, guna mengganti pakaiannya dengan pakaian yang lebih enak dipandang dan sedikit bersolek, agar tidak terlihat pucat.

"Milan, kok gak kasih tau mau datang kemari?" sapa Adiwiliga membuka percakapan, setelah istrinya keluar dari kamar.

Hanya ada Adiwilaga dan istri yang menyambut kedatangan Argha. Sedangkan Nathya, ia masih tidur molor kidul di kamarnya. Anak itu tiba- tiba saja pulang kerumah tadi malam sekitar jam 10. Katanya, ia mengambil cuti 1 minggu, dan ingin tidur di rumah sembari beristirahat. Sementara Narayu, anak itu sedang membereskan buku- buku pelajaran yang akan dibawa ke sekolah.

"Saya ingin bicara kembali dengan Nathya, om."

Adiwilaga hanya bisa tersenyum kikuk.

Anak cantikku masih dalam mode rebahan, wahai Argha. Setidaknya, dikau berikan informasi jika ingin datang bertemu. Agar kami bisa menyiapkan Nathya lebih pagi. pasangan suami istri itu, tampak menyembunyikan kebiasaan sang anak yang malas bangun pagi.

Baru saja dibicarakan, pemeran utamanya turun dari lantai atas seraya menguap lebar. Pak Adiwilaga dan bunda Seruni, tampak syok melihat putri cantiknya turun dengan keadaan kacau seperti itu. Dengan santainya Nathya berjalan kearah meja makan untuk mengambil segelas air.

"Selamat pagi, calon penghuni liang lahat," sapa Nathya sebelum kembali kekamarnya.

Nathya yang sebelumnya berjalan santai tiba- tiba berpegangan pada pembatas tangga, kala bola matanya bertemu pandang dengan seseorang yang kemarin ia hubungi untuk menyatakan persetujuan menikah kontrak.

Mata Nathya membulat besar, dengan mulut yang sedikit terbuka, membentuk huruf O. Argha sampai tertawa kecil melihat penampilan alami dari calon pasangannya itu. Sementara Bunda dan sang ayah, hanya bisa menunduk malu.

Apa yang dilakukan Argha di rumahnya, pagi- pagi begini? Batin Nathya.