NovelToon NovelToon
Arisan Rumpi

Arisan Rumpi

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Kantor / Persahabatan / Fantasi Wanita / Slice of Life
Popularitas:15k
Nilai: 5
Nama Author: Evichii

Ini adalah cerita tentang Lini, seorang gadis yang pergi merantau ke Jakarta dan tinggal di salah satu rumah kost. Hari-harinya dipenuhi warna ketika harus menghadapi trio emak-emak yang punya hobi ngejulidin tetangga. Naasnya salah satu anggota trio itu adalah ibu kost-nya sendiri.

Ga cuma di area kostan, ternyata gosip demi gosip juga harus dihadapi Lini di tempat kerjanya.

Layaknya arisan, ghibah dan julit akan berputar di sekitar hidup Lini. Entah di kostan atau dikerjaan. Entah itu gosip menerpa dirinya sendiri, atau teman dekatnya. Tiap hari ada aja bahan ghibah yang bikin resah. Kalau kamu mau ikut gabung ghibah sama mereka, ayok aja! Tapi tanggung sendiri resikonya, bisa-bisa nanti giliran kamu yang kena giliran di-ghibahin!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evichii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Drama Ugal-ugalan

"Gue nanti balik ke kantor duluan, Mas! Gue udah pesen ojek.. Mas Abdan anterin Mbak Silvi ke kantor dan jangan ngomong yang engga-engga lagi soal gue nanti di jalan!" ujar gue tegas setengah memerintah.

"Lin.. Lo marah sama gue?" Mas Abdan meraih tangan gue dan menggenggamnya. Gue tarik tangan gue dengan kasar, khawatir Mbak Silvi mergokin kita berdua di sini. Gue heran kenapa Mas Abdan nekat banget di sela-sela meeting masih aja usaha buat ngedeketin gue mulu!

"Mas, kita lagi meeting penting. Jadi ga usah nambah-nambah beban pikiran gue sama hal-hal yang ga penting! Mas Abdan buruan balik ke meja sana, nanti Mbak Silvi curiga sama kita!" gue melotot dan buru-buru masuk ke dalam toilet.

Gua pura-pura nge-flush air toilet padahal gue di dalem cuma diem untuk menenangkan pikiran dan menunggu sampai Mas Abdan kembali ke meja meeting.

Di dalem toilet gue duduk diem beberapa saat sambil menjernihkan pikiran. Jujur gue bingung gimana harus berpapasan sama Mbak Silvi setelah kejadian di mobil tadi. Apakah karier gue akan terancam setelah ini? Padahal gue baru aja diangkat jadi karyawan tetap dan gaji gue baru aja naek meskipun ga banyak, tapi lumayanlah bisa untuk upgrade kostan baru ke tempat yang lebih baik.

Lantas kalau kayak gini ceritanya, gue harus gimana? Bahkan gue aja sekarang udah bingung mau balik ke tempat meeting atau ga? Mau balik ke kantor lagi atau ga? Ya ampuuuun, kenapa gue jadi takut ya ketemu Mbak Silvi?

"Lin..? Lo di dalem?" suara Mbak Silvi membuat gue kaget dan buru-buru akting lagi mencet tombol flush toilet.

"Iya, mbak?"

"Lo kenapa? Mules? Bisa buruan ga? Ditungguin sama yang lain soalnya... gue ga paham!"

"Iya, mbak.. sebentar...!" teriak gue dari dalam toilet sebelum beberapa detik kemudian gue membuka pintu toilet dengan wajah yang dibuat se-meringis mungkin.

"Lo ga apa-apa?" tanya Mbak Silvi dengan pandangan yang khawatir ke arah gue. Tapi karena terlanjur udah akting, ya udah gue terusin aja aktingnya walaupun gue ga ngeliat wajah Mbak Silvi ketus atau jutek setelah kejadian di mobil tadi, yang ada Mbak Silvi kayak khawatir banget sama kondisi gue.

"Agak mules sih, mbak.. tapi ga apa-apa, gue bisa bertahan kok!" sahut gue berbohong hehe..

"OK! Ayok mulai presentasinya! Kita ga boleh gagal sama project ini atau Pak Andreas bisa marah nanti! Pokoknya gue percaya dan serahin semua sama lo!" ujar Mbak Silvi seenaknya.

Gue cuma mengangguk gondok, ternyata Mbak Silvi khawatir karena takut project ini gagal soalnya dia ga paham tentang materi presentasi hari ini. Kalo gitu, ngapain tadi maksa ikut?!!

***

Selesai meeting dan sepertinya semua klien puas dengan hasil pertemuan hari ini, gue sedikit bisa bernapas lega. Di ruangan meeting sewaan di salah satu resto di kawasan Kelapa Gading ini sekarang tinggal gue, Mbak Silvi dan Mas Abdan aja yang masih tersisa. Klien kita tadi udah bubar jalan semua dan kita sepakat untuk ketemuan di kantor Pulogadung aja untuk final meeting hari Rabu depan, sekalian dengan Pak Andreas juga.

Lagi-lagi gue merasa kikuk dan canggung berada di antara Mbak Silvi dan Mas Abdan. Kita bertiga cuma diem-dieman kayak orang musuhan. Untung aja gue punya kesibukan bebenah dokumen sama laptop jadi masih bisa nyembunyiin sikap kagok gue.

Mas Abdan dan Mbak Silvi masing-masing cuma sibuk mainin hp mereka. Gue tau, mereka juga sama kikuknya sama gue. Dan di sini, gue fix nyalahin Mas Abdan yang udah bikin suasana mencekam kayak gini. Coba aja tadi dia ga usah ngomong yang engga-engga, mungkin suasananya ga akan se-horor ini.

"Gue duluan Mbak, Mas.." angguk gue sopan sambil memboyong semua perbekalan yang gue bawa dari kantor tadi. Setumpuk ordner dan tas laptop.

Mbak Silvi menoleh ke arah gue, dan ternyata mukanya udah balik ke mode jutek. Beda banget sama pas tadi mohon-mohon ke gue buat balik ke meja meeting pas di depan toilet. "Mo kemana?" tanyanya dengan suara yang ga bersahabat sama sekali.

"Gue pulang ke kantor naek ojek aja, mbak.. Mau ke ATM dulu sebentar.." gue mencoba bersikap santai dan biasa aja.

"Gue juga!" Mas Abdan tiba-tiba nyeletuk dan menyodorkan kunci mobil Mbak Silvi ke dekat tangan Mbak Silvi. "Lo bawa mobil sendiri ya, Sil.."

"Eh? Mas Abdan bareng Mbak Silvi dong!" gue protes.

"Gue juga mau ke ATM!" Mas Abdan dengan cueknya meraih tas laptop yang dia bawa dan berdiri dari kursinya, dan tanpa ada aba-aba langsung ikut berjalan menghampiri gue yang udah berdiri di dekat pintu keluar.

Gue melotot dengan geram. Kesal sekali dengan tingkah Mas Abdan yang ga peka sama sekali. Mas Abdan melirik ke arah gue dan malah tersenyum tipis seolah ga ada masalah sama sekali. Gue membuang muka dan dengan segera berpamitan pada Mbak Silvi yang cuma diam tidak memberikan respon apa-apa.

Gue keluar ruangan dengan cepat tanpa menunggu jawaban apa-apa lagi dari mulut Mbak Silvi atau pun Mas Abdan. Setengah berlari gue menuruni eskalator mall menuju ke gerai ATM.

Tiba-tiba sebuah tangan menangkap lengan gue membuat gue kaget. Ngapain Mas Abdan malah ngikutin gue, bukannya nemenin Mbak Silvi sih?!!!

"Gue mau pulang sendiri, mas.. Please!" teriak gue putus asa. Bahkan saking refleknya karena kesal dengan sikap Mas Abdan yang terlalu nekat, gue jadi ga sadar kalo gue udah berteriak dan bikin orang-orang yang ada di sekitaran situ menoleh heran ke arah gue. Bodo amat, ah! Gue kesel!

"Gue anterin aja.."

Suara lembut itu bukan milik Mas Abdan. Gue buru-buru menoleh dan melihat Restu sudah berdiri di hadapan gue dengan gantengnya.

"Restu?!" pekik gue ga kalah kerasnya dengan barusan. Kali ini gue cuma celingak celinguk malu menyadari semakin banyak orang-orang yang ngeliat aneh ke arah gue.

"Ngapain jam kerja lo ada di sini? Selingkuh sama atasan lo ya?" tanya Restu iseng.

"Yeee.. gue abis meeting!" jawab gue sambil mencibirkan bibir gue dan menyodorkan tumpukan order ke dekat mukanya Restu.

"Ohh.. kirain!" Restu tertawa jail.

"Lo sendiri ngapain jam segini kelayapan di mall sendirian? Nyari tante-tante ya?" tanya gue ikutan iseng.

"Yeee.. kan gue kerja di sini!" balas Restu sambil menunjuk salah satu resto di belakangnya.

"Oiya, bapak manager.." gue nyengir, lupa kalo Restu itu manager-nya Siska di resto ini. Malahan menurut berita terpercaya, sebenarnya Restu adalah anak pemilik restoran ini.

"Ada Siska dong? Gue mau ketemu dong, boleh ga? Kangen nih!"

Restu menggeleng. "Ga ada! Udah ga kerja di sini dia!"

"Lah? Kok dia ga ngabarin gue?"

"Mana gue tau! Emang gue bapaknya?!" timpal Restu sebal. Gue cuma tersenyum, lupa juga kalau Restu dan Siska udah putus.

Tanpa basa basi, Restu menarik tangan gue masuk ke dalam restonya. Gue cuma melongo karena ga biasa masuk ke restoran mahal kayak gini. Restoran itu ga terlalu rame, ya jelas aja.. harga makanan di sini pasti bukan untuk kaum mendang mending kayak gue.

"Mau apa ih?" gue mencoba melepaskan pegangan tangan Restu.

"Duduk dulu di sini.. tungguin bentar ya! Gue ganti baju dulu!" seru Restu sambil mendudukkan gue di salah satu table di dalam restoran itu.

Gue duduk dengan gelisah dan rasanya ingin berdiri lagi, terus buru-buru kabur dari tempat itu. Gimana engga? Pengunjung yang laen tampak glowing dan elegan dengan outfit yang berkelas, sedangkan gue pake seragam pabrik mana lusuh pula! Belom lagi tumpukan order di tangan gue yang bikin penampilan gue nambah amburadul.

Tapi Restu menghalangi gue untuk berdiri dan beranjak dari meja itu. "Jangan kemana-mana! Bentar doang!"

Dan kali ini gue cuma bisa menurut daripada Restu ngomong mulu ga kelar-kelar bikin pengunjung yang lain makin curi-curi pandang ke arah gue. Restu melambaikan tangannya ke salah satu waitress dan dengan suara setengah berbisik dia menyebutkan sesuatu yang gue ga paham.

"701 di table 10..!" waitress itu mengangguk patuh pada Restu dan beberapa saat kemudian setelah Restu menghilang dari pandangan gue, waitress tadi balik lagi ke meja gue sambil membawakan segelas minuman yang keliatannya segar. Gelasnya juga ga main-main, bukan gelas imitasi beling berisi es teh manis kayak di restoran tadi tempat gue meeting.

"Silakan kak Lini.." ujar waitress itu ramah. Wajahnya aja mulus dan berseri, ga kayak gue yang dekil dan kusut karena kebanyakan ngitung material.

"Eh, tapi saya ga pesen.." balas gue takut waitress tadi salah meja, eh tapi dia tadi nyebut 'kak Lini' ga sih?

"Dari Pak Restu.. free!" ujar waitress itu lagi sambil tersenyum ramah.

Gue cuma tersenyum canggung. Ga enak juga minum gratisan di resto mahal kayak gini tanpa pesen apa-apa lagi.

"Pak Restu sendiri yang ngeracik minumannya.. selamat menikmati, kak!" waitress itu mau pergi tapi buru-buru gue panggil lagi.

"Eh.. eh,, mbak.. kenal sama Siska ga?" tanya gue sambil bisik-bisik.

Waitress itu terdiam sebentar, tapi gue bisa liat perubahan ekspresi di wajahnya. Kayak syok gitu waktu gue sebut nama 'Siska'.

"Maaf, kak.. saya ga berhak ngasih info apa-apa soal karyawan di sini.." ujarnya sopan.

"Umm, saya sahabatnya Siska! Kebetulan saya lost contact sama dia, makanya saya cari lewat Restu.." gue ga berputus asa untuk ngorek-ngorek soal Siska. Apa bener dia udah resign dari sini? Apa penyebabnya gara-gara putus sama Restu?

"Oh gitu..!" waitress itu tampak ragu-ragu menatap gue.

"Ini saya mau cari Siska sama Restu... Siapa tau kamu tau info tentang dia.." lanjut gue meyakinkan waitress itu.

"Loh, bukannya Pak Restu yang mecat Kak Siska karena kasus kemaren ya? Kok sekarang Pak Restu malah mau cari Kak Siska lagi? Aneh juga!" waitress itu menatap gue curiga.

"Kasus? Kasus apa?" gue makin kepo.

Tapi sebelum waitress itu membuka mulutnya lagi buat ngejawab pertanyaan gue, Restu keburu muncul. "Gimana minumannya? enak ga?"

Waitress tadi buru-buru mengangguk sopan ke arah gue dan Restu sebelum beneran pergi dari situ. Gue menghela napas menyesali kedatangan Restu yang terlalu cepat, padahal gue butuh informasi soal Siska yang katanya tadi dipecat sama Restu karena suatu kasus. Kasus apa ya kira-kira?

"Eh, katanya ini minuman hasil racikan lo ya?" gue menyentuh gelas di depan gue dengan hati-hati. Berabe juga kalo sampe kesenggol terus pecah. Malu iya, ganti rugi iya kan?

Restu mengangguk sambil tersenyum. "Cobain dong!"

Gue menatap restu dengan tatapan pura-pura curiga. "Minuman ini aman kan? Ga ada mantra atau jampe-jampenya?" tanya gue pura-pura waspada.

Restu tertawa. "Ada, gue kasih mantra dikit biar besok Sabtu lo bersedia dateng lagi ke rumah gue! Nyokap nanyain lo.."

Gue hampir keselek ngengeder ucapan Restu. Rasa segar dari minuman yang barusan gue teguk langsung ilang, berganti dengan rasa syok.

"Nah kan!!! Mampus gue!" gue buru-buru menjauhkan gelas minuman itu dari tangan gue. Sebenernya minuman itu enak banget! Rasanya asem, manis dan seger.. tapi ga kayak rasa jus di abang-abang. Minuman ini punya rasa segar yang mewah dan susah diungkapkan dengan kata-kata. Pokoknya juara dan jujurly gue nagih banget. Cuma gara-gara omongan Restu barusan, gue jadi urung buat nyeruput abis isi gelas itu. Sayang banget ga sih?

Restu ketawa lagi. "Becanda ih.. abisin lah! Gue udah susah payah bikinnya!" Restu menyodorkan gelas itu sambil menyentuh tangan gue. Tangan Restu dingin tapi halus kayak tangan bayi. Gue buru-buru menarik tangan gue karena entah kenapa gue kok jadi deg-degan pegangan tangan gitu sama Restu.

Gue seruput abis minuman itu dan saking enaknya ga sadar sedotan gue sampe bunyi 'srott sroott".

"Eh.." gue celingak celinguk menyadari sikap norak gue. Restu ketawa ngakak bikin gue makin salah tingkah.

"Nagih ya?" tanyanya seperti merasa bangga dengan minuman hasil racikannya itu. "Kapan-kapan gue bikinin lagi yang lebih enak.."

Gue tersenyum malu. " Makasih yess.."

Restu mengangguk sambil berdiri dan langsung mengambil tumpukan ordner di samping gue. "Ehh, mau diapain?" tanya gue bingung,

"Gue anterin ke kantor lu! Sekalian sejam lagi kan lo absen pulang.. gue tungguin aja!"

Restu berjalan mendahului gue keluar dari resto. Gue yang belum sempat menolak tawarannya, buru-buru mengejar Restu. "Ga usah.. gue bisa naek ojek!"

"Lo kayaknya demen banget PDKT sama abang ojek dah! Emang kenapa sih kalo gue yang anter? Lo malu jalan ama gue? Atau di kantor ada cowok lu?"

"Ih, elu mah! Gue ga enak tau ngerepotin lo terus! Lagian kalo ikut balik sama lo.. yang ada gue dibawa paksa ke rumah lo, bukannya dianterin pulang ke kostan!" gue merengut.

Restu mengusap kepala gue. "Maaf ya kalo lo ga suka! Tapi gue orangnya suka maksa!" ujarnya sambil terkekeh dan menggandeng tangan gue menuju ke arah parkiran, sedangkan tangan yang satunya sibuk menenteng tumpukan ordner gue.

Gue berusaha melepaskan pegangan tangan Restu tapi dia malah makin kenceng ngegandeng tangan gue. "Untung gue sabar.." celetuk Restu bikin gue makin dongkol.

Dan sepanjang perjalanan menuju parkiran akhirnya gue cuma bisa pasrah digandeng sama Restu. Antara malu di depan umum gandengan sama cowok tapi kok lama-lama ga tau kenapa jantung gue malah jadi deg-deg an. Duh, jangan sampe gue terpesona sama si Restu ini! Inget ya, Lin.. dia mantan sahabat lo! batin gue terus mengingatkan, walaupun jantung gue sibuk belingsatan ga karuan.

Sampe di parkiran, ga sengaja mata gue menangkap sosok Mbak Silvi dan Mas Abdan yang juga baru aja jalan menuju parkiran. Gue lihat sekilas mata Mbak Silvi kayak bengkak seperti abis nangis dan Mas Abdan mengikutinya dari belakang, Gue menghentikan langkah membuat Restu menoleh ke belakang.

"Kenapa?' tanyanya ngeliat kaki gue tertahan di tempat. Restu mengikuti arah pandangan mata gue dan melihat Mbak Silvi dan Mas Abdan yang berjalan menuju arah parkiran mobil.

"Itu cowok lu?" katanya ngasal.

"Diem lo!" tukas gue cepet.

Sebelum Mbak Silvi dan Mas Abdan berbelok, Mas Abdan dan Mbak Silvi sempat menoleh ke arah gue dan Restu. Mata gue dan Mas Abdan beradu. Mas Abdan juga berhenti sebentar dan melihat tangan gue yang digenggam oleh Restu. Gue tersenyum tipis melihat ekspresi kecewa di wajahnya. Sedikit ada rasa lega di hati gue karena di saat seperti ini Mas Abdan memergoki gue jalan sama Restu, Semoga dengan ini, dia akan jaga jarak sama gue di kantor dan Mbak Silvi akan berpikir kalo gue udah punya cowok jadi ga mungkin kan, kalo gue jadian sama Mas Abdan.

Gue menarik tangan Restu meninggalkan Mas Abdan dan Mbak Silvi. Kali ini gue memimpin dengan jalan di depan Restu. Restu tersenyum seperti mengerti apa yang terjadi. Dia melepaskan genggaman tangan gue dan mengelus kepala gue dari belakang dengan lembut lalu merangkul pinggang gue. Gue sengaja diem aja diperlakukan Restu seperti itu. Untuk saat ini, gue ijinin lo kayak gini.. tapi nanti kalo Mas Abdan ga ada, gue tonjok lo, Restu!

***

1
Santi
otornya seru bgt kalau ngerumpi 😁
Agustina Fauzan
gemes ama geng rumpi
Agustina Fauzan
ceritanya bagus...seru bacanya
Agustina Fauzan
Restu sweet bangeet
Titin Sutianah
heran,gaya cerita udah asik kayak gini kok ga ada yg comen,like nya juga dikit.
semangat thor,suka banget sama gaya bahasa mu,ikut gemes ikut sedih tauu.
sukses menanti mu.
_yuniarti.sherli_
haha calon2 penjilat biar kecipratan dikit hartanya
Evichii: Biasa lah... 🤭🤭🤭
total 1 replies
_yuniarti.sherli_
kasian banget dianaaa....seenggaknya lini ada bukti kekerasan yg dilakukan sama Aldi ke diana
_yuniarti.sherli_
memang berat kalau disuruh milih salah satunya
La Rue
Semangat Lin n Abdan. Lebih baik pertahankan yang sudah ada sekarang Lin daripada mengharapkan yang jauh. 😁
Evichii: Maunya begitu.. Tapi Lini ga kuad sama keluarganya Abdan yang super aneh.. belom ada genk rumpi yang kepo mulu 🤣
total 1 replies
La Rue
makin ruwet ieh, gank rumpi kapan kena karmanya ni
La Rue
keluarga sakit, kasihan Abdan. Lin jangan tinggalkan Abdan sendiri kalau tak ingin menyesal seumur hidupmu nanti.
HeavenlyLaura
ceritanya masih jd misteri bikin penasaran
La Rue
bab ini mengandung bawang 😭😭😭😭😭😭😭
La Rue
Kasihan Diana 😭
La Rue
Semoga terkuak semua kejahatan Aldi. Umi dan komplotan bu Sri jangan pingsan ya kalau sudah lihat bukti kejahatan Aldi 😎
La Rue
good job Lin 👍
La Rue
Lini benar² ujianmu sangat berat. Semoga Abdan selamat agar Lini tak merasa sendiri karena kehilangan Restu.
Ah Restu kenapa selalu mempermainkan ketulusan Lini. 🥺
La Rue: Aku ndak pilih keduanya mending pergi jauh ah daripada ribet buat pusing kepala,hati hancur 😭
Evichii: Restu sebenernya hancur dan mendadak ga pede setelah pernikahan Lini dan Abdan.. Dia bisa ngedapetin hati Lini tp ga bisa mendapatkannya secara status.

Abdan sebenarnya juga sama hancurnya karena hanya bisa mendapatkan status dg Lini tanpa bisa mendapatkan hatinya.

Sekarang kita tunggu aja sampe kapan Lini akhirnya bisa bener-bener tegas dan ke arah mana takdir ngebawanya.. 😁

Btw, kalo Kak La Rue jadi Lini... mending pilih Abdan atau Restu ya? 🤭
total 2 replies
Los Dol TV
semangat
Los Dol TV
keren...
La Rue
pada akhirnya Lini dan Abdan senasib, sama-sama jadi korban
Evichii: Hiks iya... /Grimace/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!