MENIKAHI LELAKI TUA

Hampir tengah malam.

Nisha tampak duduk disamping ranjang di kamar Ridwan dengan tubuh yang sudah mengenakan pakaian. Keadaannya mulai agak tenang dan tak lagi menangis. Ridwan yang berdiri menatap nya dari arah pintu kamar juga terlihat habis mandi dan berpakaian rapi.

"Apa kau akan menginap disini ?"

Pria setengah baya itu tampak berjalan menghampiri Nisha yang segera bangkit berdiri dari duduknya.

Nisha takut pria itu menyentuhnya lagi. Reaksi Nisha yang seakan kembali ketakutan menghentikan langkah Ridwan yang hampir dekat, Ia pun berhenti tepat beberapa langkah di hadapan Nisha dan tampak menghembuskan nafas berat melepaskan rasa kecewa yang tiba-tiba hadir menyergap hatinya.

"Ayo ku antar kau pulang !"

Ajaknya sembari berbalik meninggalkan pintu kamar yang terbuka lebar.

Nisha mengikuti langkah Ridwan dengan cepat. Ia tak ingin berlama-lama dirumah itu. Ingatannya akan perlakuan Ridwan tadi sangat menakutkan. Ia tak ingin kejadian itu terulang lagi. Dengan setengah berlari, Nisha menuju pintu depan dan langsung keluar rumah diiringi tatapan Ridwan yang merasa bersalah.

Tanpa bicara lagi, Ridwan langsung mengunci pintu rumahnya dan mengeluarkan mobilnya dari garasi. Nisha bergegas naik ke atas mobil saat Ridwan turun sebentar untuk mengunci pintu pagar rumah nya. Tak lama kemudian, mobil yang dikendarai Ridwan itupun melesat pergi membawa Nisha untuk kembali pulang ke rumahnya.

###########################

"Lagi-lagi pulang tengah malam !"

Teriak Pamela jengkel saat ia terpaksa membukakan pintu untuk Nisha yang baru sampai dirumahnya.

Nisha terus berlalu masuk ke dalam rumah tanpa menggubris perkataan Pamela yang selalu mengajaknya ribut. Senyuman sinis dengan bibir yang terangkat miring ke atas tampak terukir di bibir Pamela tatkala matanya menangkap sosok Ridwan yang berdiri di atas mobil tanpa sedikitpun berniat turun.

Dengan kasar, Pamela segera menutup pintu rumahnya menunjukan sikap tak suka melihat Ridwan yang di matanya seperti om-om senang.

Ridwan yang belum beranjak pergi agak mendengus kesal dengan sikap Pamela yang tampak tak menyukai nya sedari awal. Adik perempuan Nisha itu sangat sombong dan tak tau diri. Ridwan tau, semua barang yang ia belikan untuk Nisha dipakai oleh Pamela. Termasuk handphone pemberiannya untuk Nisha.

"Lihatlah ! Suatu saat nanti kau akan menjilat dan mengemis padaku. Dasar gadis miskin sombong !"

Bibir Ridwan bergumam sendiri mengumbar kekesalan di hatinya oleh sikap Pamela.

Dengan kesal, ia pun menginjak pedal gas mobilnya dan melesat pergi meninggalkan rumah Nisha.

#############################

Nisha !

Suara Farel terdengar memanggil nama Nisha yang sedang berjalan di dalam pasar untuk membeli bahan minuman yang di suruh Bu Ratna padanya. Gadis itu berjalan cepat mengabaikan panggilan pemuda tampan itu. Ia tampak menyelinap ke dalam keramaian agar Farel sulit untuk menemukan nya.

Nisha tak ingin bertemu apalagi berbicara dengannya. Hatinya begitu kecewa dan terluka pada Farel. Ia tak tahu harus menyalahkan siapa dengan nasib buruk yang menimpanya berulang kali. Selain pemuda itu, siapa lagi yang akan ia salahkan.

"Nisha !"

Dengan sigap Farel mencekal tangan Nisha membuat gadis itu terkesiap tak bisa bersembunyi lagi.

Farel ternyata tak bisa dikelabui. Ia bisa menemukan gadis itu walau harus berdesakan dengan ramainya pengunjung pasar.

"Aku ingin bicara dengan mu Nisha !"

Pinta Farel dengan wajah tampak memelas menahan perasaan yang menghantuinya dari semalaman.

Semenjak kepergian Nisha dengan pria yang bernama Ridwan itu, Farel jadi tak bisa tidur. Perasaan bersalah dan berdosa karna apa yang telah ia perbuat dengan Nisha membuat dirinya berpikir semalaman.

Farel tak mungkin membiarkan gadis yang ia cintai itu menikahi orang lain, setelah dia merenggut keperawanan Nisha di dangau waktu itu. Tak mungkin bagi Nisha menikah dengan orang lain. Ia akan merasa sangat bersalah jika pernikahan Nisha akan hancur dan bertahan semalam saja.

Farel ingin bertanggung jawab atas apa yang ia perbuat pada Nisha. Itu sebabnya, pagi-pagi sekali dia sudah bangun dan duduk di samping kedai minuman menunggu kesempatan untuk bisa bicara dengan Nisha.

"Dengarkan aku Nisha !"

Genggaman tangan Farel yang mencekal pergelangan tangannya terasa kuat dan sulit untuk di lepaskan Nisha.

Gadis cantik itu memandang Farel dengan tajam dan berwajah garang menatapnya marah.

"Aku tak mau bicara dengan mu lagi !"

Tegas Nisha dengan suara terdengar sedikit serak dan bergetar.

Perasaan kecewa nya atas diri pemuda itu tampak jelas dari sikapnya yang berulang kali meronta menyentakkan pegangan tangan Farel.

Pemuda tampan itu seakan tak mempedulikan sikap Nisha yang berusaha keras melepaskan diri. Ia menarik tubuh Nisha dari keramaian. Tangan kekarnya terus menarik Nisha hingga ke sebuah gang yang sedikit sepi.

Nisha tampak terhuyung-huyung mengikuti langkah Farel yang berjalan cepat menyusuri gang. Disana Farel menghentikan langkahnya dan berbicara pada Nisha tanpa melepaskan pegangan tangannya.

"Aku tak mengerti apa yang ada dalam pikiranmu Nisha ?"

Bentak Farel dengan nada sarkas.

Hati nya teramat marah karna sikap Nisha yang seakan ingin menghindarinya. Apalagi gadis itu cuma diam tak mau memperlihatkan wajahnya pada Farel saat ia berbicara. Nisha tampak memalingkan wajahnya kesamping dengan pandangan mata menunduk menatap tanah.

"Apa yang terjadi jika kamu benar-benar menikah dengan pria itu ? Dia akan menghina mu karna kamu sudah tak gadis lagi !"

Nada bicaranya yang terdengar kesal dan khawatir membuat Nisha terdiam.

"Mengapa kamu tak menolak perjodohan itu ?"

Ujar Farel tampak marah.

Batas kesabarannya mulai hilang melihat reaksi Nisha yang cuma diam tak menjawab.

"Aku berjanji akan menikahi mu, tapi bukan sekarang Nisha. Ayo kita temui ibumu, Aku akan memintanya untuk membatalkan perjodohanmu dengan lelaki itu !"

Ia tampak makin tak sabar menghadapi sikap Nisha yang tampak semakin tertunduk bisu.

Farel kembali menarik tangan Nisha yang sedari tadi masih dalam genggamannya. Namun kedua tangan Nisha malah menahan tangan Farel. Wajah Nisha yang tertunduk perlahan terangkat menunjukan ekspresi wajah yang terlihat sedih dengan bulir-bulir air mata yang mulai jatuh membasahi kedua pipinya.

Gadis cantik itu memandangi kekasihnya dengan mata yang tampak redup dan memelas. Kepalanya menggeleng lemah dengan bibir bergetar.

"Percuma saja !"

Ujar Nisha menggigit bibirnya pelan.

"Aku tak ingin menikah denganmu !"

Lanjut Nisha lagi dengan deraian airmata yang makin deras berjatuhan di pipinya.

Kalimat penolakan gadis itu yang disertai deraian airmata membuat Farel tampak tertegun dengan tubuh diam terpaku menatap Nisha dengan tatapan nanar tak percaya.

Tangannya yang sedari tadi kuat memegang tangan Nisha terasa mengendur dan perlahan lepas seiring raut wajahnya yang berganti muram dan gundah.

Farel tak mengetahui apa yang telah terjadi semalam pada diri kekasih yang ia cintai itu. Andai saja ia tau, entah apa yang akan ia lakukan. Nisha tak bisa menceritakan peristiwa semalam antara dirinya dan Ridwan kepada Farel. Semua sudah terlambat. Nisha telah ternoda.

Nisha ingin menutupi kejadian semalam pada Farel. Ia tak ingin, justru pemuda itu lah yang akan memandangnya hina.

"Aku tak punya waktu untuk menunggu mu !"

Sanggah Nisha cepat sebelum pemuda itu menanyakan alasannya menolak Farel untuk menikahinya.

Pemuda tampan itu tampak shock mendengar kalimat terakhir yang di ucapkan Nisha padanya. Ia pun terdiam bungkam tanpa kata. Tubuhnya melorot duduk dengan kedua lutut tegak menopang kedua lengannya. Ia pun bersandar ke dinding tembok yang ada di gang itu dengan wajah tertunduk lemas.

Nisha menatap keadaan Farel yang terlihat shock berat dengan hati gundah. Rasa cintanya pada Farel membuat Nisha tak ingin pemuda itu ikut merasakan penderitaan yang kini ia alami. Ia tak ingin Farel ikut menanggung segala beban deritanya. Apalagi, ia memiliki masa depan yang bagus. Nisha tak ingin hidup Farel ikut hancur seperti dirinya.

Dengan perasaan sedih, Nisha melangkah perlahan meninggalkan Farel yang dilanda kelukaan sendirian. Ia terus berjalan tanpa menoleh sedikitpun kebelakang diiringi tatapan Farel yang penuh kekecewaan mengantar kepergiannya dengan hati terluka dalam.