Isa adalah seorang Presdir tampan, ia dipaksa ibunya untuk menikahi Jinan, gadis kampung yang masih imut karena dia baru lulus SMA.
Untuk menguji ketulusan Jinan, Isa berpura-pura menjadi sopir. Ia tak menyangka, Jinan malah bekerja di perusahaannya sebagai OG.
Bagaimana caranya Isa menyembunyikan jati dirinya dari Jinan, dan akan mereka benar-benar jatuh cinta.
Silakan baca kisah kocak and romantis mereka dalam Novel : Dikira Sopir Ternyata Presdir.
Baca juga kisah Novel saya yang lain :
Dia Ameera (Sang Putri Arab)
Terjebak Kawin Kontrak dengan Tuan Muda Arab
Mona Si Gadis Petualang (Novel Misteri Memecahkan Misteri pembunuhan di kampus)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maunah mom's zuzu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hampir Kepergok
Usai menyiapkan sarapan, Jinan langsung bersiap memakai seragam. "Kamu gak mau libur dulu, Nan?"
"Inan gak mau libur, Inan gak mau dipecat. Ya udah, Inan pamit dulu, ya Om!" Jinan bermaksud pamitan, tapi Isa malah menahannya dengan menggenggam tanganya.
"Eh, nanti dulu. Hari ini kamu pergi sama Mas. Tunggu Mas selesai sarapan. Ayo buatan kopi!"
Meski Jinan agak kesal, tapi dia langsung menuruti suaminya, dia membuatkan Isa kopi andalan resep ibunya yang sangat enak dan membuat orang ketagihan. "Hmm, kenapa rasa kopi ini mirip yang waktu aku dibuatin Rafa? Oh, aku tahu, Rafa meminta bantuan Inan untuk membuatkan kopi. Awas kamu Rafa!" gumam Isa sembari menyeruput kopi.
*****
"Om, ini mobilnya kok, mirip mobil Om Rafa?" tanya Jinan tatkala mereka sudah berada di dalam mobil. Isa tak berani menjawab pertanyaan Jinan karena takut Jinan akan memperpanjang pertanyaannya.
"Kamu turun di sini, gih! biar Mas balik lagi, nganterin mobil Rafa," ucap Isa menyuruh Jinan turun di luar gerbang kantor. Jinan pun turun dengan riangnya. Sedangkan Isa sendiri memanggil Rafa agar membawakan mobilnya. Tak lama kemudian, Rafa pun datang dan mereka berdua pun bertukar mobil lagi.
Sementara itu, Jinan yang berjalan menuju gedung, kini disambut oleh teman-temannya para OB dan OG juga security yang menceritakan keadaan Jinan setelah kantor sepi. "Nan, aku minta maaf ya, harusnya aku gak ninggalin kamu kerja sendirian di kantor," ungkap Egi, si kepala OB. Jinan pun menyambut dengan senyuman ramah dan ikhlas.
"Inan gak apa-apa kok, ya udah. Kita mulai kerja sekarang!" seru Jinan pada teman-temannya. Mereka pun bersiap untuk kerja. Sementara itu Isa, dia memanggil Rafa, karena terpikir di kepalanya ide mengerjainya.
"Rafa, buatkan aku kopi yang sama seperti kemaren!" titah Isa pada Rafa.
Rafa pun meringis karena kalau dia harus memanggil Jinan, takutnya dimarahi, tapi kalau tidak dibuatkan, Isa juga bisa marah. Karena tak mau dimarahi Isa, Rafa pun memanggil Jinan sebentar. "Tolong buatkan kopi untuk Bos ya!" pinta Rafa dengan sopan.
Jinan pun mengerjakannya dengan senang hati, tapi di saat Jinan membuat kopi, dia tinggal pergi ke toilet. Di saat itulah? Isa pun pergi ke pantri. "Raf, udah belum kop ..." ucapan Isa terhenti ketika melihat dua cangkir kopi, tapi tak ada seorang pun di pantri.
"Hmm, apa ini kopi buatan Rafa, aku cicipi ah," ucap Isa sembari menyeruput kopi. Di saat itulah Jinan keluar dan meneriakinya.
"Eh, siapa kamu, kenapa minum kopi buatanku? itu kopi buat Bos, kalau kamu mau kopi ya bikin sendiri!" ketus Jinan sembari menepuk pundak Isa.
Isa yang sudah mengenali suara Jinan, kini tak berani membalikkan badan. "Duh, si Rafa benar-benar kurang asem. Jadi kopi itu beneran buatan Jinan. Sekarang bagaimana ini, aku gak mungkin bersuara."
Karena tak direspon, Jinan pun membalikkan badan laki-laki di depannya. "Hehe, Nan." panggil Isa sambil nyengir karena dia tak mungkin menghindar lagi.
"Om, kok, di sini? malah minum kopi si Bos, nanti dimarahi, gimana?" protes Jinan. Isa bernapas lega karena ternyata Jinan masih belum ngeh kalau dia itu Direktur di kantor itu.
"Gak apa-apa, kan, gak ada yang tahu. Tadi Mas dipanggil si Bos, katanya mau rapat, jadi harus Mas antar gitu," sahut Isa kembali berbohong sedikit.
"Oh, gitu. Ya udah, gini aja. Kopi ini buat Om, yang satunya tolong antar buat si Bos, nanti Om Rafa biar Inan buatin lagi." Jinan menyampaikan usulnya dengan riang. Isa pun mengangguk.
"Ya udah, Mas pergi dulu, bawain kopi. Kamu turun ke lantai 5 gih!" Isa bermaksud pergi membawa dua cangkir kopi, tapi Jinan kembali mencegahnya.
"Om, nanti dulu. Ih, di bibir Om ada bekas Kopi, pasti tadi gara-gara Om buru-buru," seru Jinan sembari mengambil tisu dan mengelap bibir suaminya.
Adegan mesra itu ternyata terlihat oleh Rafa yang baru kembali ke pantri. "Ehem, maaf, saya terlambat ya!" ujar Rafa.
"Eh, Om Rafa, tadi Inan udah buatin kopi buat Pak Bos, tapi om ini malah meminum kopinya." sahut Jinan sembari menunjuk ke arah Isa yang kini membawa kopi.
Rafa melirik ke arah Isa dengan tatapan heran. "Jinan, ini kan Pak!" sahut Rafa bermaksud memberi tahu, tapi keburu Isa memelototinya.
"Pak Rafa, ini kopi buat Pak Direktur. Tolong anterin dulu, nanti saya buatin kopi buat Pak Rafa," ujar Isa yang segera dilaksanakan oleh Rafa.
"Aneh, kenapa Bos gak mau Inan tahu dia bos di sini?" gumam Rafa sembari berjalan menuju ruangan Isa.
"Ayo buatin, biar Mas lihat kamu bikin kopi!" ujar Isa lembut.
"Dih, nanti Inan dimarahi lagi, kalau lama-lama di sini. Ya udah ni, Inan buatin sebentar!" Dengan terpaksa Jinan membuatkan kopi lagi.
"Biar Mas cicipi," Tanpa diminta, Isa menyeruput kopi buatan Jinan, "Hmm, kurang manis, coba kamu cicipi!"
"Masa sih, gak manis. Orang takarannya sama kok," gerutu Jinan sembari mencicipi kopi, kemudian memberikan lagi pada Isa.
"Manis, kok, coba Mas minum lagi,"
Isa menyambut kopi itu dan menyeruputnya. "Hmm, sekarang udah nikmat!" ucapnya sembari mengedipkan matanya dengan genit, hingga membuat Jinan terkekeh sambil memukuli lengan Isa yang satunya.
"Jinan, kok, dia berani memukuli Pak Bos?" gumam Rima dan satu temannya.
"Temanmu yang satu itu memang kegatelan, dia merayu setiap laki-laki di sini, Pak Bos pun dia rayu juga. Iidih amit-amit." bisik teman Rima sesama OG.
"Huss, kamu jangan sembarangan, mungkin mereka cuma teman!" sahut Rima.
"Mana mungkin ada Bos berteman baik dengan OG, kamu jangan ngawur! lagian, si Bos kan katanya punya pacar, gak mungkin tertarik sama si udik itu!" sahut yang lainnya.
"Bagaimana kalau kita laporin sama Bu Vina, biar dikasih pelajaran tuh si Jinan!" seru teman lainnya. Mereka pun saling sahut menyahuti.
Setelah selesai membuat kopi, Isa dan Jinan pun keluar dari pantri. "Pak Isa? ini kopinya bagaimana?" tanya Rafa kebingungan ketika Isa masuk ke ruangannya.
"Kamu minum saja. Aku dibuatkan lagi. Oh ya, jangan sampai Jinan tahu, kalau aku direktur di sini. Apa kamu paham?" ujar Isa sembari meletakkan cangkir kopi ke mejanya.
"Bik Pak!" meski dia tak paham, dia tetap menyetujuinya.
"Satu lagi, jangan sampai Vina dan karyawan lainnya melihat aku bersama Jinan. Jangan sampai mereka menyebarkan rumor bahwa aku ada hubungan dengan Jinan!" tegas Isa pada Rafa. Rafa pun mengangguk paham atas semua yang diperintahkan Isa.
Me
"setelah sampai kantor Jinan pun menuju tempat keja OG dan bertanya sama Rima" terus.....baru reader paham,,nih terus pada nanya Rima,,diingat Rima sama numpang dimobil,ataupun pertanyaan tadi dituju sama Isa.