NovelToon NovelToon
Midnight Rain

Midnight Rain

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Kaya Raya / Angst / Romansa / Roman-Angst Mafia
Popularitas:7.1k
Nilai: 5
Nama Author: AYZY

Pada mulanya, sebuah payung kecil yang melindunginya dari tetesan hujan, kini berubah menjadi sebuah sangkar. Kapankah ia akan terlepas dari itu semua?



Credits:

Cover from Naver

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AYZY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

I Heard One Thing, Now I'm Hearing Another

Bos memang tidak memberitahu kami tentang kedatangan tamu penting hari ini di restoran. Restoran tempatku bekerja adalah salah satu restoran yang sering kali dipesan oleh seseorang untuk mengadakan acara ulang tahun, pesta perpisahan murid-murid SMA, sampai  acara pertunangan. Namun, ada yang berbeda hari ini. Manajer kami mengatakan bahwa malam ini restoran akan dipakai untuk acara pertemuan para orang-orang penting hanya untuk sekedar bertemu sapa sembari membicarakan bisnis.

Namun aku tak sempat memikirkannya, karena manajer membuat kami harus bergerak cepat. Setelah selesai mengganti pakaianku dengan seragam pelayan monokrom dan menyanggul rambut panjangku, aku pergi tergesa-gesa ke dapur untuk mengambil piring-piring berisi berbagai macam hidangan yang harus kami sajikan. Total ada dua puluh meja dengan masing-masing meja menampung lima sampai tujuh orang. Aku berpikir, pasti klien kami kali ini sangat kaya sehingga mampu menyewa seluruh restoran ini.

Benar-benar tipikal orang kaya yang tidak segan-segan untuk mengeluarkan uangnya.

Aku benar-benar tidak tahu bagaimana pola pikir mereka.

Segera setelah mengeringkan tangan, aku mendorong troli bertingkat berisi hidangan. Sebagai informasi, aku di sini bekerja sebagai pramusaji dengan rekan kerjaku yang lain.

"Semangat!" Mia—teman kerjaku yang sering mendapatkan shift yang sama denganku mengepalkan tangannya tinggi-tinggi seraya tersenyum cerah. Aku terbawa oleh energi positifnya dan ikut tersenyum.

"Semangat!"

Setelah itu, kami berdua berjalan bersama sembari mendorong troli kami masing-masing ke ruangan utama.

Aku menarik napas dalam-dalam. Meskipun sudah sering melakukan pekerjaan ini, akan tetapi aku tidak bisa menghilangkan rasa gugup. Kadangkala ada saja kejadian yang harus membuat pekerja paruh waktu seperti kami mendapatkan masalah dengan pelanggan. Entah itu disengaja maupun tidak. Itu benar-benar merugikan kami. Maka dari itu, aku berdoa kepada Tuhan agar segala urusanku nanti dilancarkan.

Setidaknya, dengan begitu kami tidak akan merugi dan bos tidak akan marah.

Setelah berjalan keluar dari dapur, aku mendapati banyak orang dengan pakaian formal sudah menduduki kursi masing-masing. Mereka tampak seperti seorang pejabat yang sedang melakukan pertemuan penting. Diam-diam aku terpukau. Sungguh, mereka terlihat sangat elegan. Cara berbicara, gestur tubuh, sampai permainan peran mereka terlihat sangat natural. Berbeda dengan orang kebanyakan.

Sembari mengedarkan pandang, aku terus berjalan mencari meja nomor lima dan nomor tujuh. Kedua meja itu adalah bagianku. Kesepuluh pramusaji yang ditugaskan malam ini mendapatkan masing-masing dua meja. Karena mereka adalah tamu penting, maka kami harus melayani mereka sampai mereka pulang. Berbeda dengan pelanggan biasanya.

Sampai di meja nomor lima, aku segera menaruh berbagai macam piring berisi hidangan pembuka. Dengan cekatan aku menaruh piring-piring tersebut sembari menjelaskan sedikit nama hidangan kami. Beberapa dari mereka tampak tidak peduli dan fokus melanjutkan obrolan berbau bisnis yang tidak kumengerti.

Sesampainya di meja nomor tujuh yang terletak di tengah-tengah ruangan, aku segera melakukan hal yang sama. Meletakkan piring-piring di atas meja berbentuk melingkar.

Aku tidak tahu siapa mereka karena tidak sopan mendongakkan kepala pada tamu saat sedang menyajikan. Itu adalah peraturan yang sudah dijaga turun temurun oleh pemilik restoran ini. Kita sebagai pekerja, hanya bisa menurutinya saja.

Sekembalinya ke dapur, aku mengerjakan pekerjaan lain sembari menunggu waktunya tiba. Aku tidak perlu mengantar hidangan utama karena Mia yang akan melakukannya.

Beberapa saat kemudian, aku kembali dengan membawa baki berisi beberapa botol bir yang akan kubawa ke meja nomor lima dan tujuh.

"Hey, tuangkan minumanku!"

Aku berhenti beranjak dan menurut. Aku membuka tutup botol itu dan menuangkannya ke dalam gelas kosong milik wanita yang duduk di meja nomor tujuh.

"Tunggu di sini, tuangkan lagi jika gelasku sudah habis!"

"Baik."

Aku menganggukkan kepala sekali lagi dan berdiri di sampingnya sembari memutar badan.

Saat aku membalikkan badan, aku sangat terkejut saat melihat siapa yang saat ini duduk di depan sana. Itu adalah Andrew. Lagi-lagi, pria itu muncul di saat yang tidak tepat. Dan wanita yang duduk di depannya tidak lain adalah Laura Sinclair. Wanita itu mengangkat dagunya tinggi-tinggi sembari tersenyum lebar.

Tak!

"Isi gelasku lagi!" Perintahnya mutlak.

Bagaimana ini? Aku masih sangat terkejut. Namun ia tampak tidak peduli denganku. Ia sibuk berbicara dengan koleganya dengan wajah serius, sama sekali tidak melihatku walaupun sejenak.

"Hey, isi gelasku juga. Mengapa kau tidak cekatan sekali, ck!" Pria yang duduk di sebelahnya terlihat sangat kesal. Aku segera menuangkan bir ke dalam gelas.

"Maafkan saya, Tuan!"

"Ck ck ck, seharusnya kau yang menawarkan terlebih dahulu... bukannya malah melamun seperti orang bodoh!" ucap pria paruh baya itu seraya menegak minumannya hingga tandas.

"Tuangkan untukku juga."

Ada apa ini? Kenapa mereka jadi seperti ini? Padahal orang-orang yang duduk di meja lain bisa menuangkan minumannya sendiri.

Dan yang pasti, jantungku rasanya hampir akan copot. Itu adalah suara Andrew. Aku menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan degup jantungku seraya berjalan sedikit ke arahnya. Setelah itu, aku meraih botol yang masih utuh di atas meja sembari membukanya. Saat itu, aku menolehkan kepala, mendapatinya yang sedang menatapku tanpa ekspresi.

Hanya dalam hitungan detik aku sudah kembali lagi mengalihkan pandangan. Aku tidak sanggup ditatap seperti itu olehnya. Bagaimanapun juga aku harus bersikap profesional. Status hubungan kami tidak ada hubungannya di sini.

Aku hanya perlu untuk pura-pura tidak mengenalinya, dan juga dengan Laura Sinclair.

Aku bisa merasakan tanganku sedikit gemetar saat menuangkan bir ke dalam gelas bersih. Saat itu sudah terisi penuh, aku meletakkan botol itu kembali ke atas meja kemudian berdiri di antara mereka. Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Tapi yang dapat kutangkap adalah, mereka semua tampak ingin mendekati Andrew. Pria itu menanggapinya dengan baik, meski tak banyak berbasa-basi. Apa yang dikatakannya langsung mengarah ke poinnya. Sembari terus berdiri di sana, aku menuangkan minuman pada mereka. Yang paling banyak minum adalah si pria paruh baya beruban itu. Lihat saja, wajah putihnya sudah memerah akibat mabuk.

Aku melihat gelas milik Andrew sudah kosong. Sebetulnya aku tidak tahan bersikap seperti ini, tapi mau bagaimana lagi, aku harus bekerja dengan baik dan benar.

"Tu—an ingin saya menuangkan minumannya lagi?"

Andrew menjawab tanpa menolehkan kepalanya. "Ya, lakukan saja."

Aku menegak salivaku sendiri. Ia tampak seperti bukanlah orang yang kukenal.

Sembari menuangkan minuman, aku mendengar Laura bersuara.

"Hey Andrew, mengapa kau tampan sekali?!" ucap Laura sembari menopang dagu. Wajahnya terlihat memerah.

"Simpan kata-katamu itu untuk orang lain," jawabnya ketus.

"Huh, lihatlah, betapa kasarnya dirimu!"

"Hey, berbicaralah dengan indah, anak muda! Perempuan ini sedari tadi melihatmu dan mencoba untuk mengajakmu berbicara. Tetapi kau malah mengabaikannya!"

Andrew menghela napas. "Itu sama sekali bukan urusanku, Tuan Garyson."

Pria lain tertawa kencang, mencoba untuk memecahkan suasana. "Yah, kita di sini untuk membicarakan pekerjaan bukan?"

Tuan Garyson tampak tidak suka dengan kata-katanya. "Apa salahnya sedikit bersenda gurau?"

"Lagipula Tuan Davis kan sudah punya pacar. Isabella Adams—yang baru-baru ini dibicarakan oleh media?" ucap seorang pria berambut pirang.

Tuan Garyson tergelak. "Ah itu! Ya, aku baru mengingatnya. Maafkan aku Tuan Davis...."

Sebaliknya, Andrew terlihat tidak berusaha untuk mengelak. Apa-apaan sikapnya itu? Apa dia memang menjalin hubungan semacam pacaran kontrak dengannya? Dan tanpa sepengetahuanku?

"Hey, tuangkan lagi untukku!" Laura sedikit berteriak. Tampaknya ia masih sangat kesal dengan apa yang baru saja terjadi. Aku kembali menuangkan bir untuknya. Akan tetapi, saat aku melangkah maju, aku dapat merasakan kakiku tersandung oleh sesuatu. Tanpa peringatan, tubuhku jatuh ke depan dan membuat botol bir yang kubawa tumpah mengenai celana panjang milik Andrew.

Laura berteriak histeris. Sedangkan aku sudah jatuh terduduk di atas lantai dengan membawa botol bir kosong yang berhasil kuselamatkan. Akan tetapi semua isinya telah tumpah dan itu mengenai celana serta sepatu hitamnya.

Semua orang yang ada di sana tampak syok dan berhenti berbicara satu sama lain. Aku mendengar ruangan itu sepi untuk beberapa saat sebelum kudengar suara Mia yang baru saja menghampiriku.

"Stella, kau baik-baik saja?"

Mia membantuku berdiri.

"Aku baik-baik saja."

Aku terus menundukkan kepala, tidak berani menatap mereka. "Maafkan saya, Tuan ... s-saya pasti akan mengganti rugi," kataku pada Andrew. Entah apa yang dia pikirkan, di sini aku hanya mencoba untuk bersikap profesional di depan semua orang.

"Hah! Benar-benar merepotkan. Hey kau! Jika tidak bisa bekerja sebaiknya keluar saja! Aku akan melaporkanmu kepada pemilik restoran ini untuk memecatmu. Bagaimana bisa pelayan sepertimu melayani kami, huh?! Lihat apa yang kau perbuat, kau sudah mengotori baju Tuan Davis!"

"Tuan, tolong jangan laporkan saya! Saya mohon ... saya tidak sengaja tersandung tadi, saya benar-benar ceroboh!"

Aku berjalan mendekati pria paruh baya itu sembari memohon.

"Tidak bisa. Itu adalah kesalahan yang fatal. Bagaimana bisa kau  mengganti rugi?!"

Aku berlutut di depannya sembari membungkukkan badan. "Kumohon Tuan, sekali ini saja!"

Aku mendengar suara kursi berderit, pria itu berdiri dari kursinya dan berjalan ke arahku. Entah apa yang akan dia lakukan. Wajahnya merah padam. Sedangkan Laura hanya diam saja.

Mia berlari ke arahku dan ikut berlutut di sampingku.

"Mia, apa yang kau lakukan?" bisikku.

"Tuan, tolong maafkan teman saya!"

"Sudah cukup!"

Nada tingginya membuat semua orang yang berada di sana terdiam seribu bahasa.

"Tidak perlu membesarkan masalah. Biar aku sendiri yang akan mengurusnya!" lanjutnya dengan gaya bicara khasnya.

Aku mendongakkan kepala, menatap Andrew tak percaya. Apa maksudnya? Apakah dia juga akan melaporkanku atas kejadian ini?

"Kau!" Tiba-tiba ia menunjukku, "tunjukkan padaku di mana ruang gantinya."

...CHAPTER END...

1
🌸Ar_Vi🌸
lanjuut..
N~ma
bagus banget ceritanya
AYZY: /Heart/
total 1 replies
N~ma
updatenya langsung double donk author
leann
bagus banget kak ceritanya 😭😭
leann
/Smile/
leann
kenapa tu bwang
leann
waduh waduh
chaeeryyy
lanjutt
Ayaya38
next
Asma'ul Khusnah
Kpan lagi update kak?
AYZY: sabar sabar, lagi nulis ini
total 1 replies
🌸Ar_Vi🌸
kamu bisa jadi lebih baik stella.. tujuan andrew supaya kamu bisa berdiri sendiri..
AYZY: /Facepalm//Grin//Scream/
total 1 replies
🌸Ar_Vi🌸
ahhh.. lamaaaa...
tapi sukaaa.. gimana dong..
boleh banyak2 dong up nya..
/Kiss//Kiss/
AYZY: sabar sabar sabar
total 1 replies
🌸Ar_Vi🌸
laaahh.. kok gitu.. di eksekusi langsung stella nya.. /Chuckle/
AYZY: gua yang deg degan /Drowsy/
total 1 replies
🌸Ar_Vi🌸
lanjuut..
🌸Ar_Vi🌸
rumit keknya ya thor..
saran aja nih.. kalau buat cerita misteri, updatenya sehari 3 x.. supaya pembacanya ga kentang.. /Chuckle//Kiss/
AYZY: lagi sakit kepala 😣😭
🌸Ar_Vi🌸: semangat kakak.. /Applaud/
total 3 replies
🌸Ar_Vi🌸
selowww banget ya ceritanya.../Bye-Bye/
AYZY: wkwk gimana, lanjut nggak
total 1 replies
AYZY
jika kamu tidak akan melakukan apa pun malam ini, bagaimana kalau kamu melakukan sesuatu untukku?
AYZY
kalau aku tak datang siapa yang bisa menggantikanku ya?
AYZY
sepanjang waktu aku menunggumu untuk memintaku ikut denganmu. karena aku hanya ingin mendengarnya darimu
AYZY
Aku baru saja bangun, ada apa?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!