Luna Shang Yuan adalah Ratu dari Kerajaan Shang Yuan, sebuah negeri yang makmur dan kaya raya. Di bawah kepemimpinannya, Shang Yuan mencapai puncak kejayaan, dengan rakyat yang sejahtera dan perdamaian yang terjaga. Namun, meski berada di puncak kemakmuran, hati Luna merindukan petualangan dan kebebasan. Dia memutuskan untuk melepaskan diri dari tugas kerajaan dan berkelana mengelilingi dunia.
Dengan mengenakan hanfu yang anggun dan membawa seruling serta belatinya, Luna memulai perjalanannya. Dia melintasi berbagai negeri, dari hutan belantara hingga pegunungan yang tertutup salju, bertemu dengan berbagai suku dan bangsa. Sepanjang perjalanan, Luna menggunakan suara merdunya untuk membawa kedamaian, menyembuhkan hati yang terluka, dan mengusir kegelapan yang mengancam.
Luna segera menyadari bahwa takdirnya lebih besar daripada sekadar berkelana. Luna menginspirasi banyak orang dan menciptakan legenda yang akan dikenang sepanjang masa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Setsuna Ernesta Kagami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengembara Hitam Yingzhu
Di bawah sinar bulan yang pucat, terdengar dentingan seruling yang memecah kesunyian malam.
Melodi indah itu melayang di atas hutan yang diliputi kabut, menggema hingga ke lembah-lembah yang terlupakan. Namun, di balik harmoni yang memikat, tersembunyi bayang-bayang yang membawa ancaman.
Yingzhu, dikenal sebagai Pendekar Gagak, adalah seorang pendekar wanita dengan reputasi mengerikan. Hanfu hitamnya berkelebat di antara pepohonan seperti sosok bayangan yang sulit ditangkap mata. Pedang hitam yang dia bawa, dinamakan Wuying, mampu menelan cahaya dan melukai jiwa musuhnya. Setiap kali dia muncul, kematian dan keputusasaan selalu mengikutinya.
Yingzhu dulunya adalah murid dari sebuah perguruan bela diri yang terkenal. Namun, rasa haus akan kekuatan membuatnya terjerumus dalam kegelapan. Dia menemukan sebuah artefak kuno yaitu Pedang Gagak yang mengandung kekuatan roh gelap. Sejak saat itu, Yingzhu memutuskan untuk meninggalkan jalur kebaikan dan menempuh jalan kekuatan mutlak, tanpa memperdulikan nyawa yang harus dia korbankan.
Dia mendengar kabar tentang Yueliang, seruling legendaris yang bisa mengendalikan badai salju dan membekukan apapun yang menghalangi jalannya. Melihat Yueliang sebagai satu-satunya penghalang untuk mencapai tujuan mutlaknya, Yingzhu berasumsi untuk menghancurkan siapapun yang memegang seruling tersebut.
Di bawah langit malam yang berbintang, sebuah kedai kecil di pinggir jalan ramai oleh para pengelana yang mencari kehangatan dan makanan setelah menempuh perjalanan panjang. Asap tipis dari dapur melayang di udara, menyebarkan aroma sup panas yang menggoda. Di pojok ruangan, dengan wajah tersembunyi di balik kerudung hitamnya, Yingzhu duduk diam, mengamati sekeliling dengan tatapan tajam.
Hanfu hitamnya hampir tidak terlihat di bawah bayangan gelap yang melindunginya, dan hanya kilatan samar dari pedang Wuying yang tersembunyi di bawah meja menjadi tanda keberadaannya. Dia mendengarkan percakapan di sekitarnya, mencari informasi tentang keberadaan Ratu Shang Yuan.
"Apakah kau mendengar kabar terbaru?" tanya seorang pedagang tua dengan suara pelan, memecah keheningan. "Ratu Shang Yuan telah meninggalkan istananya. Kabarnya, dia sedang berkelana mencari sesuatu."
"Oh, memang begitu?" balas seorang petani muda yang duduk di sampingnya, tampak terkejut. "Kenapa Ratu meninggalkan kerajaannya? Bukankah Shang Yuan selalu dalam masa kejayaannya?"
Pedagang itu menggeleng, "Entahlah, anak muda. Yang kutahu, sang ratu adalah orang yang bijak dan kuat. Mungkin dia mencari sesuatu yang lebih besar dari kerajaan itu sendiri."
Yingzhu, yang sebelumnya duduk diam, mendengar setiap kata dengan penuh perhatian. Matanya menyipit di balik kerudungnya. Ini adalah kesempatan yang sudah lama dia tunggu-tunggu. Jika Ratu Shang Yuan sedang berada di luar kerajaan, itu berarti dia lebih rentan terhadap serangan. Senyum tipis muncul di wajahnya yang dingin. Dengan cepat, dia meninggalkan beberapa koin di meja dan bangkit dari tempat duduknya.
"Ke mana kau akan pergi, nona?" tanya pelayan kedai ketika melihatnya berdiri.
Tanpa menoleh, Yingzhu menjawab dengan suara rendah dan berwibawa, "Simpan saja koinnya."
Pelayan itu hanya bisa menunduk, tak berani menahan langkahnya. Yingzhu meninggalkan kedai itu dengan langkah tenang namun pasti. Angin malam menerpa wajahnya ketika dia kembali ke jalan, dan dengan satu gerakan cepat, dia memanggil kuda hitamnya yang tersembunyi di balik pepohonan.
"Saatnya berburu," bisiknya pada dirinya sendiri sambil menatap ke kejauhan. "Yueliang akan menjadi milikku."
Di sepanjang perjalanannya, Yingzhu melewati berbagai desa dan kota. Setiap kali dia singgah, kekacauan selalu mengikuti. Hutan-hutan yang sepi berubah menjadi medan pertempuran di mana Yingzhu melatih kekuatan Wuying, pedangnya yang penuh dengan energi kegelapan. Pohon-pohon tumbang, dan tanah retak di bawah kekuatannya. Ketika para prajurit lokal mencoba menghentikannya, mereka hanya berakhir sebagai korban, jiwa mereka diserap oleh Wuying, meninggalkan tubuh mereka tak bernyawa di tanah.
Di satu desa yang dia lalui, Yingzhu bertemu dengan seorang biksu tua yang terkenal akan kebijaksanaannya. Biksu itu berdiri di tengah jalan, menatap Yingzhu dengan mata yang penuh dengan ketenangan.
"Pendekar muda," biksu itu berbicara dengan suara lembut namun penuh otoritas, "jalan yang kau tempuh adalah jalan kehancuran. Pedang yang kau bawa membawa malapetaka, bukan hanya bagi musuhmu, tapi juga bagi dirimu sendiri."
Yingzhu menatap biksu itu dengan tatapan dingin. "Aku tidak butuh nasihat dari seorang tua yang sudah mencium bau tanah. Minggir, atau kau akan merasakan pedangku."
Biksu itu tidak bergerak, tetap berdiri di tempatnya. "Kekuatan tanpa pengendalian hanya akan membawa kehancuran. Kegelapan yang kau pelihara akan memakan dirimu hidup-hidup, Pendekar muda."
Amarah berkobar dalam hati Yingzhu. Dengan cepat, dia menghunus pedang Wuying dan mengarahkannya ke biksu itu. "Aku tidak butuh khotbah! Pergi sebelum aku berubah pikiran!"
Namun, alih-alih melawan, biksu itu hanya mengangkat tangannya, mengucapkan doa untuk Yingzhu sebelum dengan tenang melangkah ke samping. "Aku sudah memperingatkanmu. Semoga kau menemukan pencerahan sebelum terlambat."
Yingzhu menggeram dan melangkah maju, mengabaikan peringatan itu. Di benaknya, hanya ada satu tujuan, mendapatkan Yueliang dan menghancurkan Luna. Tidak ada yang bisa menghalangi jalannya.
Hari demi hari berlalu, dan Yingzhu semakin mendekati tujuannya. Sepanjang perjalanan, dia mendengar berbagai rumor tentang kekuatan Yueliang yang mampu menciptakan badai salju dan membekukan musuh-musuhnya dalam sekejap. Namun, tidak ada ketakutan dalam hatinya, hanya ambisi yang membara untuk menaklukkan dan menguasai kekuatan itu untuk dirinya sendiri.
'dengan kekuatan bulan, akan menghukummu'
semangat terus