Annisa,seorang perempuan yang bekerja sebagai pelayan restoran dan tinggal di lingkungan pesantren dan diam2 mengagumi gusnya.Dia tinggal bersama ibu dan adik perempuannya yang bernama syifa.Hingga suatu ketika ibunya meninggal dan keadaan menjadikan Annisa di suruh tinggal di kediaman gus tersebut, karna sangat adik juga sedang mengenyam pendidikan di pondok pesantren itu.Hari-hari Annisa pun berubah, dia di hadapkan dengan persoalan dan orang-orang yg belum pernah di temui sebelumnya. Kira-kira akan seperti apa Annisa akan melewati perjalanan hidupnya kali ini? Apakah kekaguman nya terhadap gus nya akan bersambut...?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak imey mey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AMRAN YANG MENGGANGGU
BAB 23
Kejadian di taman merupakan kejadian yang mungkin sulit di lupakan oleh Namira, dia seorang Ning, anak dari seorang Kyai, yang mungkin bagi setiap orang mengira hidupnya begitu indah dan sempurna. Cantik, pintar dan hidup di tengah keluarga yang terhormat, hingga bisa berkuliah di luar negeri. Orang -orang mengira dia bahagia, ya dia bahagia tapi setelah abinya menikah lagi dengan umi Laila, kehidupan nya berubah. Umi Laila memang baik, tapi tanpa sadar karena kebaikannya menjadikan umma Aisyah cemburu.Bahkan pernikahan abinya itu di langsungkan secara diam-diam. Namira dan umma nya baru diberi tahu setelah 2 bulan pernikahannya. Dan sekarang umi Laila sedang mengandung, usianya 7 bulan. Sebentar lagi Namira akan mempunyai adik, dia tidak tahu harus bahagia atau sedih.Ummanya tidak pernah menunjukan bahwa ia sedang cemburu, tapi Namira tahu seperti apa umma nya. Dan setelah pernikahan abinya, Namira dan umma nya memilih tinggal terpisah.
"Assalamu'alaikum umma"
"Wa'alaikumussalam, Namira, kamu pulang"
Namira langsung memeluk umma Aisyah dan menangis.
"Ada apa Namira, kenapa kamu menangis, ada yang menyakitimu?"
"I.. iya umma, abi menyakitiku "
"Abi?... apa yang sudah abi mu lakukan, ada apa sebenarnya, bukankah abi mengajakmu bertemu Gus Rasya?"
"Iya umma, tapi abi mengatakan hal yang menyakiti perasaan ku"
"Memangnya apa yang abi mu katakan"
"Abi mengatakan bahwa Namira akan di jadikan istri kedua Gus Rasya,dan Namira menolak, umma tahu kan Gus Rasya sudah punya calon istri, aku hanya berharap bahwa usahaku tidak sia-sia, tapi abi malah berkata demikian, aku malu umma"
"Astagfirullahalazim.... sudah.. sudah hentikan tangisanmu nak,kamu ingat kan umma pernah bilang, kadang Allah itu menunjukan sesuatu kepada kita walau kenyataan itu menyakitkan,tapi itulah yang terbaik. Sama seperti sekarang, kamu di tunjukan bahwa Gus Rasya memang bukan buat kamu, dan satu lagi, kamu bisa melihat watak asli dari abimu."
"Abi sudah keterlaluan umma, abi bilang bahwa abi sudah tidak nyaman dengan umma, itulah kenapa abi menikahi umi Laila"
"Hahahahaha...... kamu mau tahu kenapa umma bisa kuat seperti ini?"
Namira menggeleng.
"" Umma punya Allah nak,umma tenang karena ada Allah yang akan selalu jadi penolong umma,kalau kamu tanya apa umma menangis saat itu, maka jawabannya adalah ya, umma menangis, umma sedih, tapi mau sampai kapan umma akan terus bersedih.Yang umma bisa lakukan hanya pasrah dengan takdir yang diberikan sama Allah SWT.Kamu juga harus seperti itu nak, bagaimanapun dia tetap abimu,tanpa adanya abi kamu tidak akan lahir di dunia ini. Dan untuk Gus Rasya, belajarlah untuk melupakannya, dia bukan untukmu"
"Aku akan mencoba untuk ikhlas umma, tapi untuk saat ini Namira tidak ingin bertemu dengan abi, Namira masih kecewa, bantuin aku umma"
"Insya Allah jika abimu datang kesini, umma akan bicara pelan-pelan dengannya"
"Terima kasih umma"
Namira memeluk tubuh ummanya lagi, kehangatan pelukan umma membuat Namira tenang dan tak khawatir lagi.
Gus Rasya menghempaskan tubuhnya ke kasur empuknya di asrama, dia sangat lelah dan ingin melupakan kejadian yang baru dialaminya barusan.Ia memejamkan mata berharap akan segera tidur. Tapi ia kembali membuka matanya karena mendengar suara pintu dibuka, dan ternyata Amran yang datang.
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumussalam"
Gus Rasya kembali memejamkan matanya, dia sedang tidak mau berbicara dengan siapapun. Tapi sepertinya itu tidak bisa karena Amran sudah bersuara.
"Gus...,Gus mau tidur ya?"
"Hem"
"Capek banget ya Gus?"
"Hem"
"Iya sih pasti capek banget meladeni mereka, tapi mereka sudah pulang kan Gus?"
"Hem"
"Bagus deh kalau mereka sudah pulang,tapi tadi sepertinya Kyai Nasrullah kayak gak suka deh Gus sama saya, kenapa ya?"
"Gak tahu"
Gus Rasya membalikan badanya ke sebelah kanan, hingga posisinya memunggungi Amran.
"Kok bisa sih Gus Gak tahu, tepat depan mata banget loh"
Suara berisik Amran sungguh mengganggu, Gus Rasya bangkit dari tidur nya dan memandang tajam Amran yang sedang berbicara.
"Apa seperti ini?"
Tatapan Gus Rasya yang tajam, membuat Amran ketakutan dan akhirnya membuatnya diam.
"Aku capek Mran aku pengen tidur, jangan berisik"
Gus Rasya kembali berbaring membelakangi Amran.
"Gus.. "
"Apalagi Mran?, aku ngantuk"
Gus Rasya bangun lagi dari berbaring nya.
"Itu.. emm"
"Itu Apa?"
"Itu tadi mbak Annisa WA"
"HAH... "
"Iya.. itu tadi ada WA dari mbak Annisa, Gus denger kan suara saya?"
"HP saya mana?"
"Itu ada di meja, mendingan nanti aja Gus bukanya,kan gus ngantuk mau tidur"
"Siapa yang bilang begitu?"
"Lah... barusan"
"Saya gak jadi ngantuk"
Amran menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dia membatin, sebenernya Gua Rasya ini beneran Gus apa bukan? Kenapa moodnya cepat sekali berubah, tadi nyeremin sekarang kok jadi senyum-senyum gak jelas gitu.Ya saat ini Gus Rasya sedang membaca pesan WA dari Annisa. Kelihatan sekali auranya memancarkan kebahagiaan.Amran pun bisa merasakan kebahagiaannya,entah seperti apa sosok mbak Annisa itu, sehingga bisa membuat Gus rasa yang super cuek dan dingin bisa luluh, satu kata yang Amran bisa ucapkan untuk Annisa yaitu HEBAT.
"Gus... katanya ngantuk"
Gus Rasya melirik sekilas pada Amran,ya Amran sengaja menggodanya.
"" Kamu gak jadi olahraga raga Mran?"
"Males gak ada temannya"
"Biasanya kamu pergi sendiri"
"Kayaknya saya sudah terbiasa sama Gus deh"
Gus Rasya menoleh kaget mendengar jawaban dari Amran, dan memundurkan posisinya ke belakang dengan ekspresi tatapan ngeri.
"Kenapa Gus?kok ngeliatin saya kaya gitu?"
"Mran... kamu normal kan?"
Amran sontak berdiri dan kaget mendengar pertanyaan dari Gus Rasya.
"Waaahhh Gus... kenapa anda tega mengatakan demikian, apa saya keliatan tidak normal, memangnya apa yang hilang dari saya, tangan ada, kuping lengkap, hidung juga masih bernafas, mulut masih doyan makan, badan masih sehat, kakinya juga lengkap, apanya Gus yang gak normal?"
"Haisshhh... ucapan kamu barusan yang buat saya geli tahu gak"
"Ucapan barusan? ohhh yang saya bilang saya sudah terbiasa sama Gus, ya kan emng bener kan, kita teman satu kamar, kita juga biasa berbagi dan...... "
"Cukuuuupp... Mran,cukup, jangan di teruskan, please"
"Loh.. tapi kan emang bener kalau kita.... "
"AMRAN FATONI...!!!!!!
Seketika Amran diam sambil menelan ludahnya kasar.
" Sudah ya jangan buat saya geli, saya takut mendengar hal seperti itu dari kamu, mungkin bagimu ini biasa, tapi tidak dengan saya, maaf saya sudah berteriak, maaf... "
Gus Rasya menepuk bahu Amran dan berlalu meninggalkan kamarnya setelah mengatakan demikian.Sedangkan Amran kembali dengan kebingungan nya.
"Kok Gus Rasya aneh sih?dia kenapa ya?"