NovelToon NovelToon
Cinta Seindah Khayalan

Cinta Seindah Khayalan

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Genius / Wanita Karir
Popularitas:19.1k
Nilai: 5
Nama Author: Dewi Payang

"Tidak adakah pekerjaan yang bisa kamu lakukan selain mengganggu kesibukan orang lain?" Clive melirik dingin Berry yang duduk disebelahnya.

"Aku hanya ingin wanita itu menjadi ibuku. Bila menunggu Ayah, sampai sekarang tidak ada tanda-tanda kehidupan," Berry ikut melirik dingin pada ayahnya.

"Siapa yang mau menjadi Ibumu? Wanita itu?" Clive tersenyum sinis mendengar ucapan putranya.

"Aku saja tidak mau jadi Ayahmu. Terpaksa saja, karena kamu adalah anakku," Clive membuka sabuk pengamannya, lalu segera turun dari mobil. Ia membuka pintu, lalu meraih tubuh kecil Berry masuk dalam gendongannya dan menyerahkannya pada pengasuhnya.

"Pastikan pria kecil ini tidak membuntutiku lagi."

"Baik Tuan," David membungkuk hormat, lalu menggandeng tangan Berry yang segera ditepis anak itu lalu berlari memasuki rumah.

Ikuti kisah Berry, yang memilih sendiri siapa wanita yang dijadikan sebagai ibunya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Payang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

15. Saya Bukan Siapa-Siapa

Sisy meraih ponselnya yang bergetar didalam saku jas kerjanya.

"Sekolah Berry?" gumamnya pelan, lalu menggeser log berwarna hijau itu.

📞"Hallo selamat sore," sapa Sizy, begitu ponselnya menempel pada daun telinganya.

📞"Selamat sore juga Nyonya, saya Jenia Robert, kepala sekolah Sekolah Tiga Bahasa. Maaf, mengganggu waktu kerja Nyonya. Berry yang memberikan nomor ponsel Anda pada saya untuk dihubungi, bolehkah Nyonya datang ke sekolah? Karena ada sedikit masalah dengan Berry," ungkap wanita itu hati-hati.

📞"Apa yang terjadi pada putra saya?" seketika Sizy khawatir mendengarnya.

📞"Nanti saya jelaskan setelah Nyonya sampai disini, dan Berry--, putra Nyonya baik-baik saja disini."

📞"Baiklah Ibu kepala sekolah, saya akan segera kesana sekarang."

Begitu sambungan sudah terputus, Sizy menyimpan ponselnya kembali kedalam saku jasnya dan mendekati para mahasiswanya yang sedang sibuk mengerjakan tugas praktek mereka di ruangan workshop itu.

"Mohon perhatiannya sebentar!" seru Sisy merebut perhatian.

Atensi para mahasiswa itu segera beralih padanya.

"Ibu minta maaf, untuk hari ini tidak bisa menemani kalian hingga jam praktek kita usai, Ibu ada urusan di sekolahnya putra Ibu. Tetap lanjutkan praktek pasangan bata ini sesuai gambar kerja yang Ibu berikan, besok Ibu akan melihat hasil kerja kalian," Sizy menatap sekilas satu persatu semua mahasiswa kerja prakteknya.

"Dan kamu Raffy, koordinir semua teman-temanmu, bereskan semua peralatan kerja dan kembalikan pada tempatnya begitu jam praktek usai nanti, lalu berikan kunci workshop pada pak Sopyan," beralih pada seorang mahasiswa yang menjadi ketua tingkat para mahasiswa itu.

"Baik Bu," sahut Raffy menyanggupi.

"Bu Sizy punya putra? Kapan menikahnya?" celetuk salah satu mahasiswa penasaran, memandangi kepergian Sizy.

"Memang kenapa Regi? Kamu kecewa? Wanita secantik bu Sizy mana mungkin mejomblo!" Raffy menyundul dahi temannya yang masih menatap kearah pintu workshop, sedangkan Sizy sudah tidak nampak lagi disana.

"Enak saja main sundul-sundul," Regi balas menyundul.

"Bilang saja kamu yang kecewa, seisi kelas-pun tahu kalau kamu suka sama bu Sizy! Kalau tampangmu tidak se-ganteng pak Edwin, jangan pernah bermimpi menyukai bu Sizy, dijamin bakal ditolak mentah-mentah!" sengit Regi, seketika seisi workshop riuh oleh gelak para mahasiswa yang menertawai ketua tingkat mereka.

Bam! Bam! Bam!

Seisi kelas yang riuh itu kembali senyap, memandangi wajah sangar kepala workshop yang tidak pernah berwajah ramah pada mereka, apalagi keseluruhan dari mereka tidak ada satupun seorang wanita.

"Kerjakan tugas kalian! Lihat, ini sudah pukul berapa!" Sofyan menunjuk arloji tangannya setelah salah satu tangannya sempat memukul papan tulis untuk menenangkan para mahasiswa itu.

"Sudah wajahnya seram, sering muncul tiba-tiba pula seperti hantu," bisik Regi pada teman disebelahnya.

"Yudha! Jangan dengarkan bisikan roh jahat ditelingamu!" ujar Sofyan sambil berlalu menuju pintu keluar.

Sontak, seluruh mahasiswa itu kembali tergelak riuh, melihat wajah Regi yang memerah menahan segala rasa dalam jiwanya.

Sementara Sofyan, pria sangar itu tidak terganggu sama sekali diluar sana, bahkan terkesan acuh pada keributan yang kembali diciptakan oleh para mahasiswa yang sering membuatnya geli sendiri dibelakang mereka, mengingat masa-masa dirinya yang pernah berstatus mahasiswa juga, lebih tidak tahu diri saat menghadapi para dosennya yang mengajar.

...***...

Ruang kesehatan Sekolah Tiga Bahasa.

"Dia yang sudah memukul dan menendangku Bu, aku bahkan tidak pernah mengganggunya!" tunjuk Leo kearah Berry sambil menangis riuh, merasakan perih dan sakit pada lutut dan sikunya yang sedang dibersihkan Mayora.

"Benar Bu, Berry pelakunya!" Gio dan Diyun ikut menunjuk. Walau tidak separah Leo, lengan dan pipi kedua bocah itu ikut membiru karena menolong Leo menghadapi Berry.

"Benar begitu Berry? Kamu sudah memukul dan menendang teman-temanmu sendiri?" tanya Jenia, sang ibu kepala sekolah.

"Benar Bu, tapi mereka bukan temanku," aku Berry datar.

"Apa maksudmu, kenapa kamu bisa bilang Leo, Gio, Diyun, bukan teman-temanmu? Apa karena itu kamu memukul mereka?" Jenia menatap Berry dengan sorot tegasnya. Tidak seperti pada tubuh Leo, yang terdapat beberapa luka lecet dan gores, sedikitpun anak didiknya itu tidak mengalaminya.

Tidak ada jawaban, Jenia hanya bisa mendesah pelan. Hampir satu tahun menjadi anak didikannya itu, membuat Jenia sedikit banyak faham dan mengenal sosok Berry, pria kecil yang tidak suka membela diri untuk pembenaran diri walau ia tidak melakukan kesalahan.

"Yuna, mungkin kamu bisa menjelaskan?" beralih pada Yuna. Bocah perempuan itu juga nampak menyedihkan, walau tidak separah Leo tapi beberapa lebam nampak di beberapa titik wajah, lengan dan kakinya.

"B-Berry memang memukul mereka bertiga B-Bu kepala sekolah, karena menolongku. Aku tidak tahu mengapa m-mereka bertiga tidak menyukaiku, sampai buku-bukuku dirobek seperti ini," Yuna memperlihatkan buku-bukunya yang sempat dipungutnya dari tong sampah.

Jenia mengambil alih buku Yuna, membolak-balik untuk melihat buku-buku itu yang talah terbelah menjadi dua bagian.

"Apa kamu bisa jelaskan ini Leo?" menunjukan buku-buku Yuna pada Leo yang semakin kencang menangis.

"Yuna saja tidak menangis, kenapa bocah nakal sepertimu secengeng itu?" gumam Berry pelan, merasa muak pada drama Leo yang terlalu berlebihan.

"Beraninya anak sepertimu bicara seperti itu pada anakku!" Bentak seorang ibu muda dari depan pintu ruang kesehatan.

"Mama! Dia telah memukulku!" Leo yang sempat tidak menangis akibat ucapan Berry kembali menangis kencang begitu melihat ibunya datang.

"Kurang ajar! Berani-beraninya kamu bocah!" ibu muda yang dipanggil mama oleh Leo itu segera mengangkat tangannya keudara dan mengayunkannya dengan sekuat tenaga kearah Berry.

Berry bergeming, sama sekali tidak takut dan menatap datar ibu muda yang sangat marah padanya.

TAP!

Satu tangan dengan sigap menangkap tangan ibu dari Leo sebelum mendarat telak diwajah Berry.

"Siapa kamu? Berani-beraninya menangkap tanganku! Lepaskan!" Bentak ibu muda itu disela keterkejutannya.

"Jangan pernah menyentuh putraku, apalagi sampai memukulnya!" Sisy balas membentak, lalu menghempaskan tangan ibu dari Leo dengan kasar, membuat Berry spontan tersenyum senang.

Situasi itu begitu cepat terjadi, membuat Jenia dan Mayora terperangah menyaksikannya tanpa bisa melakukan apapun.

"Aw! Perempuan sialan! Kamu tidak tahu siapa aku? Suamiku akan membuat perhitungan denganmu karena telah menyakiti tanganku yang ia puja bagai tangan bidadari!" wanita itu kembali membentak dengan amarahnya yang berapi-api, sambil meringis kesakitan mengusap tangannya yang memerah karena cekalan kuat Sizy.

"Aku bukan siapa-siapa, tapi dapat kupastikan bagaimana reaksimu kalau tahu siapa suamiku?" balas Sizy bernada sombong, gerah melihat tingkah wanita yang merasa paling penting itu.

"Nyonya-nyonya, mari kita bicarakan semuanya ini dengan kepala dingin," interupsi Jenia cepat, khawatir situasi bertambah buruk.

"Ibu kepala sekolah, katakan pada perempuan ini, dengan siapa dia berhadapan!" Perintahnya penuh penekanan, sambil menatap nyalang kearah Sizy dengan pongahnya.

"Maafkan saya nyonya Joana, beliau adalah nyonya Sizy, isteri dari tuan Clive Mandelson. Tentu nyonya lebih mengenal beliau dari pada saya," sahut Jenia memperkenalkan.

Seketika raut pongah Joana meredup, matanya membulat sempurna dengan mulut sedikit terbuka. Amarahnya yang sempat berapi-api perlahan menguap begitu saja.

"I-ibu kepala sekolah tentu tidak sedang mengada-ada bukan?" Joana terbata-bata, sulit untuk percaya karena melihat penampilan Sizy yang biasa, tidak segelamor dirinya.

"Tidak ada untungnya saya mengada-ada nyonya Joana. Mari Nyonya-Nyonya, ikutlah keruangan saya, kita akan membicarakan semuanya dengan kepala dingin disana," ajak Jenia. Wanita bertubuh tambun itu segera beranjak diikuti oleh Sizy dan Joana, tidak terkecuali dengan Mayora dan kelima anak muridnya.

Bersambung...✍️

1
Zenun
ya, ya, memang seperti itu adanya.
Dewi Payang: 😁😁😁😁😁😁😁😁
Zenun: hehehehe
total 3 replies
Zenun
Lah, udahan ini? 😁
Dewi Payang: Ada yg chat, katanya jiwa jomblonya meronta-ronta🤭
Zenun: yaaaah😄
total 3 replies
Nay
👍👍👍 jd nambah banyak pengetahuan nih
Dewi Payang: Semoga bermanfaat kak, dan terima kasih untuk apresiasinya kakak pada karya novel ini sampai sekarang🙏🙏👌
total 1 replies
Nay
Ho oh.. emang sangat membagongkan..
Dewi Payang: 🤣🤣🤣🤣🤣🤣👍
total 1 replies
Nay
Tahan…. Tahan…. Tahan….
Otw unboking kah…
🤭🤭
Dewi Payang: 😂😂😂sepertinya begitu...🤭🤭
total 1 replies
Nay
🤭🤭🤭🤭🤭🤭
Dewi Payang: Diledekin terus sama.Clive😄
total 1 replies
@Intan.PS_Army🐨💜
ih Bunda mah
Dewi Payang: Kenapa kak?😄
total 1 replies
neng ade
aku idola Chairil Anwar puisi nya yg berjudul Aku pernah jadi ajang lomba saat aku duduk di bangku SMEA meski dapat juara ke 3 tapi aku bangga 😁😍🙏
Dewi Payang: Wow, mantap kakak👍👍 pasti seru lombanya...🥰🥰 aku malah gak pernah juara lomba baca puissi kak😂😂😂
total 1 replies
Mei Mei
Luar biasa
Dewi Payang: Terima kasih kak Mei untuk apresiasi rate bintang 5 nya🫰🫰
total 1 replies
Rembulan Pagi
is is is
Dewi Payang: 😭😭😭😭😭😭
total 1 replies
F.T Zira
5🌹 buat ka author yg udh membagikan ilmunya...

malu sangat diriku,, gak terlalu banyak tau tentang budaya sendiri🥲🥲🥲
Dewi Payang: Iya kak, apa lagi udah jadi IKN😂
F.T Zira: masama akak🥰🥰🫰🫰

wihhh.. keren nih akak ku,, aku cuma bebebrapa aja, gak sampe sebanyak itu😱😱😱
total 3 replies
F.T Zira
aahh... lanjut kan😏😏
Dewi Payang: 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
F.T Zira
duhh jantungmu aman gak Clive🤭🤭
Dewi Payang: 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
F.T Zira: bahaya🤣🤣🤣🤣
total 3 replies
F.T Zira
ho oh.. curiga.. kan Sizy istrimu🤭🤭🤭
Dewi Payang: 😄😄😄😄😄😄
total 1 replies
F.T Zira
sudah mengakui ya kalo satu keluarga😏😏😏
Dewi Payang: 😂😂😂😂😂😂😂😂
F.T Zira: asyeekkk... siap siap kecebongnya berenang bebas... ehhh🤭🤭🤭🤭
total 3 replies
Teteh Lia
10 iklan meluncur ....

iklan ku masih lengkap padahal udah malem.🤭
Dewi Payang: Ma kasih banyak kak🫰😁 aku tu kadang lupa pake iklan, jadi angus😄
Kakak apa kabar? siapa yg sakit kak? yg bolak balik rumah sakit kapan hari itu?
total 1 replies
Teteh Lia
balai pustaka... ah... jadi ingat masa sekolah... mojok di perpustakaan...
Dewi Payang: Lebih khusuk bacanya klo mojok ya kak😄
total 1 replies
Teteh Lia
justru aq malah suka bau keringat misua..🤭
Dewi Payang: Sama dengan Sizy donk Kak😄😄 bau keringatnya selalu buat rindu yaa kak🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭
total 1 replies
Teteh Lia
curiga mah wajar donk ya ..
Dewi Payang: Yup betul😁😁😁😁😁
total 1 replies
Teteh Lia
berbuntut panjang seperti ini... ya ampun... malah jadi masalah besar pula
Dewi Payang: Nah, itu dia kak.....
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!