Nadira nyari saja jatuh ke lembah nista, usai diselingkuhi oleh kekasihnya. Beruntung dia dipertemukan dengan seseorang, yang ternyata menyelamatkan hidupnya dari lembah hitam itu.
Lewat perjanjian kontrak yang ditawarkan oleh lelaki itu, mempertemukan dirinya pada sosok yang selama ini dia cari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susi Nya Sigit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dekapan hangat
Gugup, Nadira terlihat gugup. Perasaannya bergejolak tak menentu. Tatapan mata Kevin justru membuatnya merasakan sesuatu di relung hatinya. Yang ia sendiri tidak tahu apa. Namun, akal sehatnya masih berfungsi. Dira mendorong kuat tubuh Kevin.
"Jangan macem-macem ya, kamu?" ancamnya menunjuk wajah Kevin dengan jarinya.
"Gak macem-macem kok! Satu macem aja," balas lelaki itu, menarik tangan Dira, hingga terjatuh ke dekapannya. Senyum merekah di wajahnya, mendengar degup jantung perempuan itu yang tak beraturan. "Jangan tegang, aku gak akan ngapa-ngapain kamu kok," ucapnya terdengar lembut di telinga Nadira.
Untuk sesaat, gadis itu menikmati momen bersama Kevin. Berada dalam pelukan lelaki itu, membuatnya nyaman. Dira merasa enggan terlepas dari dekapan itu. Yang tak pernah ia rasakan, dari siapapun. Termasuk orang tuanya sendiri.
"Kalau nurut kek gini kan enak!" celetuk Kevin, menyadarkan Dira. Kalau apa yang ia lakukan itu salah.
"Lepasin, gak?"
Kevin menertawakan dirinya, yang tidak bisa mengontrol diri saat bersama Dira. Pesona wanita itu memenuhi relung juga akalnya. Menghapus semuanya yang pernah terjadi. Hanya bersama Dira, ia merasakan itu.
"Kamu bersiap-siap, sana!" Kevin melepaskan pelukannya. Memerintah Nadira untuk menyiapkan diri. Karena mereka akan pergi malam itu juga.
"Kemana sih?" Nadira merapikan pakaian dan rambutnya yang sedikit berantakan. Usai terlepas dari dekapan Kevin yang hangat itu.
"Kita akan pindah dari rumah ini!" seru Kevin, membuat kedua mata Dira membulat sempurna. "Gak usah kaget gitu. Udah cepetan siap-siap. Kita gak punya banyak waktu!"
Kevin mendorong kecil tubuh gadis itu agar bergerak, masuk ke dalam. Menyiapkan apa-apa yang akan dibawa. Sedangkan ia, duduk di kursi yang terbuat dari kayu sambil memperhatikan sekeliling ruangan itu. "Masa sih dia gak punya keluarga." Kevin membatin.
Tak butuh lama, Nadira merapikan pakaian yang harus ia bawa ke tempat yang baru. Karena memang, ia tidak punya banyak baju untuk bergaya. Nadira kembali ke depan, menemui Kevin.
"Kok cepat amat!" protes lelaki, memperhatikan rangsel yang dibawa oleh gadis cantik itu.
"Tadi katanya disuruh cepetan, udah cepet diprotes. Maunya apa sih nih orang!" sarkasnya, kesal.
Kevin beranjak, mendekati Nadira yang masih berdiri di ambang pintu penyekat kamar dan ruang tamu. "Kamu gak akan kembali lagi ke tempat ini, loh! Jadi, bawa semua barang-barang berharga yang kamu punya."
"Ya ini, barang berharga yang aku punya! Apalagi! Gak ada!" Dira menunjuk tas yang ia bawa itu di hadapan Kevin. "Lagian, aku masih ragu untuk ikuti rencana kamu itu!"
Kevin menarik sebelah alisnya ke atas.
"Kamu tahu sendiri kan, mami kamu gak suka sama aku. Yang ada, bakal bikin aku sudah, nantinya. Kita itu beda, kamu bisa kok cari wanita yang lebih baik dari aku," keluhnya, tanpa melihat wajah Kevin.
Kevin maraup ke-dua pundak Dira, menatap wajah gadis itu lekat. "Aku nggak suka ada bantahan dari siapapun! Kamu sudah masuk dalam rencanaku. Mau gak mau, suka gak suka, kamu harus menyelesaikannya. Karena ini bukan tawaran, tapi perintah!" tegasnya, tak ingin terlihat lemah di hadapan Nadira.
Dira tidak menanggapinya, menolak pun percuma. Karena saat ini ia sedang menghadapi lelaki keras kepala yang berbuat semena-mena, demi kepentingannya.
Perdebatan itu berakhir, meski terpaksa Dira tetap ikut ke rumah yang akan ditunjukkan oleh Kevin. Rumah itu akan menjadi tempat tinggalnya, sementara. Sebelum pernikahannya dengan Kevin dilaksanakan.
Rumah dua lantai, dengan cat dominan warna putih itu menjadi tujuan mereka. Di dalam sudah ada Della yang menunggu. Kevin mengenalkan wanita itu pada Dira, sebagai Tante pura-puranya.
"Kalian tunggu di sini. Saya akan pulang, dan datang lagi bersama keluarga saya!" tegas lelaki tampan berwajah bule itu pergi.
Tinggallah mereka berdua yang saling kikuk. "Kita harus jadi partner yang baik, agar si bos gak kecewa," ujar Della, berusaha mengakrabkan diri dengan Dira.
"Dasar menyebalkan tuh orang! Bikin kesel aja!" Dira menggerutu kesal, dengan sikap Kevin yang arogan.
"Hahaha, kenapa menyebalkan. Harusnya kamu senang dong, bisa menikah sama laki-laki seperti Mr Kevin. Kok malah kesel?" celetuk Della, bingung. "Emangnya kamu gak tertarik sama calon suamimu itu?"
Tertarik?
Bahkan memikirkan itu saja, Dira takut. Meski hatinya tidak bisa dibohongi. Kalau ada rasa yang lain di dalamnya. Dira takut kecewa, jika terlalu berharap pada lelaki itu. Dan menganggap apa yang akan terjadi padanya nanti hanyalah lakon. Jika sandiwara yang akan ia mainkan selesai, maka selesai juga lakon yang akan ia mainkan.
"Kenapa kamu diam? Atau jangan-jangan kamu itu emang tertarik sama dia?" imbuh Della, menyeringai.
"Siapa yang gak tertarik sama Kevin. Dia tampan, tajir, berkarismatik," sahut Dira menyebutkan kelebihan calon suaminya. "Tapi aku sadar diri, yang gak mau terlalu berharap. Karena aku cuma wanita bayarannya dia, yang kapan aja akan dia buang, kalau dia bosan." Dira menghembuskan napasnya ke udara. Membayangkan kejadian itu, membuat dadanya sesak.
"Bener juga, kamu. Mereka orang-orang berkuasa, tidak sulit untuk mereka melakukan apa yang kamu sebutkan tadi. Kecuali kalau Mr Kevin itu jatuh cinta beneran sama kamu."
"Jatuh cinta?" ulang Dira, tertawa. "Aku gak yakin, orang seperti dia mengenal apa yang namanya cinta." Dira, menggeleng. Meski hatinya tak singkron dengan apa yang baru saja ia ucapkan.
"Hey, semua orang bisa berubah! Termasuk Mr Kevin!" sanggah Della tidak setuju dengan statement yang keluar dari mulut Dira.
"Tapi aku gak yakin, kalau dia bisa jatuh cinta sama seseorang. Dia itu sama aja, suka mempermainkan perasaan wanita!" kata Dira dengan percaya dirinya, sampai tak menyadari ada seseorang yang berdiri di belakangnya.
"Apa yang membuat kamu gak yakin, Dira! Kalau aku bisa jatuh cinta sama kamu!"
lanjut thor
lanjut thor
lanjut thor