NovelToon NovelToon
Nikah Sama Anak SMA

Nikah Sama Anak SMA

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Nikahmuda / CEO / Cinta setelah menikah / Diam-Diam Cinta / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:34.1k
Nilai: 5
Nama Author: Qumaira Muhamad

bagaimana jadinya jika Haga pria yang luruh selalu direcoki sama Zizi yang suka bawel.

Haga adalah pria yang lurus yang terpaksa menerima perjodohan dengan anak sahabat ayahnya yang namanya Zizi.

Gadis itu tidak sesuai dengan wajahnya yang cantik. sikapnya yang bar bar dan tingkahnya yang membuat orang sakit kepala membuat hidup Haga berubah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qumaira Muhamad, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Aku gak percaya kamu telah menikah

Dian tertawa keras begitu tau runtutan cerita dari Zizi yang sedang ngambek dengan Haga sore hari ini. Kali ini kedua gadis remaja itu berada di sebuah gazebo di tepian kolam rumah Zizi. Mereka sedang menikmati angin sore yang semilir. Pagi tadi Zizi di antar Haga dan ketika pulang Dian-lah yang mengantar sehingga di sanalah mereka berada.

"Ih, lo kok ketawa. Bukannya dihibur kek temennya lagi kesel." Ujar Zizi dengan bibir cemberut.

"Ya kan aneh aja, Zi. Pria setampan dan sedermawan seorang Haga Permana gitu loch. Lo bisa-bisanya ngambek hanya karna dibohongi begitu doang. Harusnya lo seneng dia bisa pulang lebih awal kan."

Zizi tampak termenung. Lantas mengangguk mengiyakan. "Iya sih. Tapi tetep aja gue kesel." Awalnya Zizi berbaring di atas kasur tipis kemudian beralih menjadi tengkurap. Dagunya ia tumpu di atas bantal menatap ikan-ikan kecil berlarian kesana kemari di dalam kolam ikan yang nyempil di bagian kanan gazebo.

Kembali lagi tawa Dian berderai. Zizi semakin kesel aja. "Ah, lo ngetawain gue mulu. Pulang sono." Ujar Zizi.

"Gak mau. Gue bener bener heran sama lo deh." Ujar Dian yang menyisakan tawa kecilnya. "Sekurang perhatian apa sama lo. Dia bahkan mengantar lo ke sekolah."

"Tapi dia bohong." Zizi terdiam sejenak kemudian kembali melanjutkan. "Ach, lo mah gak ngerti."

"Iya deh, gue masih jomblo. Emang gue gak ngerti soal masalah yang sama udah sah. Udah ah, Gue mau pulang." Ujar Dian. Gadis remaja itu melihat jam sudah menunjukkan pukul setengah enam. Tentu saja ia harus segera pulang. Lagian di rumah Zizi sudah begitu lama. Takutnya kakaknya akan mencarinya.

Zizi menoleh dengan wajah pias. "Lah kok cepet amat."

"Ya kan lo sendiri yang nyuruh gue pulang." Dian tertawa geli.

"Ya kan gue bercanda tadi."

Dian memperlihatkan jam di ponselnya. Ada panggilan masuk dari sang kakak.

"Ya udah. Thanks ya udah nganterin." sahut Zizi akhirnya.

"Hm. Lo baek baek ya, sama suami lo." Ujar Dian berbisik di samping telinga Zizi. Gadis remaja itu melirik ke arah Haga masuk ke teras samping. Zizi langsung mengarahkan pandangan di mana Haga melangkah masuk. Matanya yang terang langsung saling pandang dengan tatapan Haga.

Dian berlalu pergi. "Sore kak." Sapa Dian ramah.

"Loh, udah mau balik?" tanya Haga berhenti di depan pintu.

"Hm, kakakku udah calling nih." Ujar Dian tertawa.

"Hm, thanks udah nganterin Zi." balas Haga mengangguk.

"Hm, kalo nggak di anter kasian anaknya ngambekan." ujar Dian melirik Zizi yang kini tengah membeliakkan matanya. Terkejut dengan aduan Dian kepada Haga.

Dian segera berlari keluar menghindari Zi yang akan segera mengamuk karna ejekannya tadi.

"Diannnn! Awas lo." pekik Zizi yang sudah bersiap mengejar Dian.

Haga hanya bisa geleng kepala dengan kelakuan dua gadis remaja labil itu. Sementara Dian tertawa lepas setelah berhasil melepaskan diri dari amukan sahabatnya itu.

"Yuk masuk." Ujar Haga menghampiri Zizi dengan langkah gontai, kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku celana membuatnya semakin tampan. Tatapan Zizi mengarah pada Haga dan menghempaskan nafas kasar. Kemudian membalikkan badan membelakangi Haga.

Haga berdiri di belakang Zizi. Kepalanya condong ke depan membuatnya lebih dekat. Haga tersenyum kecil.

"Jadi ngambek nih ceritanya?" Ujar Haga dengan suara pelan.

"Ngambek? Ngambek kenapa?" tanya Zizi menoleh tanpa ia sadari dan tidak sengaja bibir Haga menempel pada pipinya. Zizi membelalakkan matanya terkejut. Pipinya langsung merona merah.

Haga terpaku dengan hal yang barusan terjadi. Pria itu kemudian berdiri tegak. Wajahnya yang datar terlihat begitu tenang seperti tidak terjadi apa apa. Kemudian pria itu menoleh menatap langit biru dikejauhan. Awan mendung menggantung di atas sana. Mungkin sebentar lagi akan turun hujan.

"Mendung, sepertinya mau hujan." gumam Haga.

Zizi menoleh melihat awan mendung seperti yang dikatakan Haga. Alisnya yang kecil mengerut.

Haga berbalik badan dan masuk ke dalam rumah. Zizi menoleh dan mengikutinya masuk. Lagian badannya terasa lengket belum mandi.

Tok tok tok

Terdengar pintu diketuk dari luar, Zizi membuka pintu kamarnya setelah mengganti pakaian.

"Ada apa?" tanya Zizi dengan wajah jutek.

"Masih ngambek?" tanya Haga datar dengan kedua tangan masuk ke dalam saku.

"Menurut kamu?" Zizi hendak menutup pintu kamarnya tapi tidak bisa tertutup. Sebuah tangan menahannya sehingga tatapan Zizi jatuh pada wajah Haga yang terlihat menyempil dari celah pintu.

"Maaf." ujarnya pelan.

Zizi mendongak menatap wajah Haga. "Emangnya kamu salah apa?" tanya Zizi yang justru membuat Haga bingung sendiri. Pria itu menggaruk belakang kepalanya.

"Ya, kamu ngambek terus kenapa?" tanya Haga kebingungan.

Zizi mendesah berat. Berlalu masuk ke dalam kamar dan duduk di meja belajar.

Haga melihat pintu membuka lebar setelah Zizi meninggalkannya. Seisi kamar dapat terlihat dengan jelas. Haga masuk. Menatap Zizi yang mengeluarkan buku buku dari dalam laci meja.

"Aku mau belajar, kakak mau disitu terus." kata Zizi. Haga terdiam sejenak menatap Zizi dalam diam.

Zizi tampak gak perduli. Gadis itu menunduk membaca beberapa buku pelajarannya. Hingga merasa jengah kala Haga tidak juga pergi dari kamarnya.

Zizi berdiri. Gadis itu menyenggol bahu Haga kemudian melewatinya dan keluar menuju teras balkon. Haga tertawa kecil. Sikap kekanak kanakannya mulai muncul.

Sebuah tangan melingkar dari belakang di perut kecil Zizi. Wanita itu menunduk kemudian berdecak pelan.

"Aku gak tau alasan kamu marah seperti ini." Ujar Haga pelan. Dapat di lihat awan mendung yang bergantung di atas sana bergantikan hujan rintik rintik. Udara malam yang awalnya panas berubah menjadi dingin.

"Kamu pembohong." ujarnya kesal.

Haga melepaskan rengkuhan pada pinggangnya. Lalu membalikkan badan Zizi ke arahnya. Tampak senyum tipis menghiasi bibir pria itu. "Jadi karna itu?" tanya Haga.

Zizi memukul dada Haga kencang membuat Haga merasakan sakit di ulu hatinya. "Kau menjengkelkan." ketusnya.

Haga beralih berjalan ke depan, berdiri di pinggiran balkon dan tertawa lepas membuat Zizi malah kebingungan sendiri. "Kenapa kamu ketawa?" tanya Zizi.

"Kamu sangat lucu kalau lagi marah begitu." tukasnya masih bercampur tawa. Zizi mengeluarkan jurus pungkasnya membuat Haga mengaduh kesakitan. Zizi mencubit pinggang Haga dan pria itu melarikan diri masuk ke dalam kamar. Zizi mengejarnya dan terus mencubitnya agar si Haga itu kapok. Tapi bukannya kapok justru pria itu tertawa geli.

"Ih, jengkelin si ach." kesal Zizi yang menghentikan gerakan tangan yang mencubit pinggang Haga.

Zizi duduk di tepian ranjang dengan bibir cemberut. Haga menghentikan tawanya lantas ikut duduk di samping Zizi. Pria itu menyenggol bahu Zizi pelan. "Kangen kan, tapi balik awal malah di ambekin. Harus di apain coba." Haga menjawil hidung mancung Zizi.

Zizi malah terdiam mengacuhkan Haga berharap pria itu merayunya dan kembali berbaikan. Tapi tak di sangka, pria itu malah keluar meninggalkan Zizi karna ada sebuah panggilan telepon.

"Ada telepon. Bentar." ujar Haga. Pria itu mengambil ponselnya yang ia simpan di dalam kamar pribadinya. Kemudian berlari terburu buru menuruni tangga. Zizi mendecakkan lidahnya. Dan ia mengikuti Haga keluar kamar. Gadis itu melihat dari lantai dua ketika Haga pergi menggunakan motor kesayangannya. Karna terdengar suara kendaraan yang sangat berisik.

"Mau kemana dia?" tanya Zizi dalam hati. Pria itu, sudah tau kalau istrinya ngambek. Malah ditinggalin. Bukannya dibujuk rayu.

Bibir Zizi mengerucut panjang.

"Dasar lelaki." dumelnya kesal seraya masuk ke dalam kamar.

Hujan bercampur petir membuat Zizi tidak bisa tertidur semalaman. Membuat bawah matanya menghitam seperti panda. Wajahnya yang putih jadi terlihat kuyu untung hari libur. Jadi ia tidak pergi ke sekolah hari ini.

"Hoammmm." Zizi menguap bersamaan keluar dari dalam kamar.

Terlihat Haga barusan melewatinya dengan pipi membiru. Zizi menatap Haga heran.

"Kak Haga!" lirih Zizi. Pria itu tak menggubris. Justru pria itu terus berjalan hingga memasuki kamarnya dan menutup pintu dengan membantingnya keras. Zizi bahkan sampai berjengkit.

"Eh, kerasukan jin itu anak? Kenapa pulang-pulang malah begitu." gumam Zizi menatap pintu kamar Haga yang tertutup rapat dengan nanar lalu menggeleng kepala pelan. 'kasihan pintunya' decaknya pelan. Zizi-pun melanjutkan langkahnya yang tertunda menuju dapur.

Tak lupa gadis itu membawa ponselnya yang ia stel lagu pop lalu Ia letakkan di atas meja. Kemudian menuju laci meja kitchen set dan membukanya. Mengambil gelas dari sana dan membawanya menuju dispenser. Segelas air hangat dipagi hari membuat tenggorokannya lebih baik.

"Ah seger." tukasnya selesai menenggak minumannya. Kemudian meletakkan di atas wastafel gadis itu pun kembali ke kamarnya. Saat hendak memasuki kamar miliknya. Terdengar sayup sayup suara Haga dari kamarnya yang ternyata pintunya tidak tertutup rapat.

"Hm, gue udah bawa dia ke rumah sakit. Tapi gue malah kena bogem mentah sama tunangannya. Sialan!" tukas pria itu yang entah sedang mengobrol sama siapa. Zizi mengerutkan keningnya. Siapa yang semalam meneleponnya dan justru membogem pipi Haga yang mulus.

"Ya udah, gue tunggu kabar dari lo aja. Gue capek mau tidur." tukasnya di akhiri dengan menutup telepon.

Kriet

Pintu yang tertutup bergerak terbuka dari dalam. Seketika Zizi gelagapan dan berlari menuju depan pintu kamar, menenangkan jantungnya yang hampir saja melompat karna takut ketahuan kalau dirinya menguping. Mencekal gagang pintu bersiap mendorongnya masuk. Saat haga melewatinya, gadis itu menoleh seolah tidak terjadi apa apa.

"Kak Haga mau kemana lagi?" tanya Zizi.

"Keluar, mungkin nanti malam baru balik." ujarnya datar.

"Baru juga balik. Udah mau pergi aja." gumam Zizi seraya melirik punggung Haga yang menuruni tangga.

Gadis itupun tidak jadi masuk. Ia berlari ke arah pagar pembatas lantai dua. Yang mana ia bisa melihat Haga mengeluarkan mobilnya dari dalam garasi karna ada jendela kaca yang besar berada disebelah ruang tengah.

*

Sementara itu, Haga mengendarai mobilnya dijalanan yang masih lengang. Entah kenapa dia mendadak menerima telepon dari mantan kekasihnya itu. Dari mana, mantan kekasihnya itu mendapatkan nomer teleponnya yang telah berganti.

"Sial!" umpatnya kesal.

Ternyata selama ini kekasih Dewi selalu bermain tangan terhadap Dewi. Terlihat Ada jejak di pipi Dewi bekas tamparan lima jari. Dan Haga merasa kesal karna wanita yang seharusnya dilindungi malah mendapat kekerasan.

Malam itu Dewi menangis histeris di pinggir jalanan. Kala mendapat telepon dari nomer yang Haga hapal. Ternyata Dewi tidak pernah mengganti nomernya. Haga langsung meminta alamat Dewi. Pria itu langsung menjalankan motornya ke tempat Dewi.

Saat Haga sampai, Dewi menghapus jejak air matanya dan tersenyum.

"Haga!" lirih wanita itu.

Haga bahkan tidak bisa membayangkan seorang wanita sendirian di pinggir jalan saat malam sedang turun hujan.

"Dimana kekasihmu?" tanya Haga datar. Tubuhnya yang basah kuyup terlihat kedinginan.

Dewi menggeleng pelan. "Aku gak tau." dicekalnya tangan kiri Haga. "Tolong bawa aku pergi menjauh." tukasnya penuh permohonan. Wanita itu terlihat sangat kasihan.

"Maaf, aku sudah menikah." Haga mengeluarkan cincin yang ia jadikan bandul pada kalungnya.

Dewi tercengang beberapa saat hingga ia menyadari ada sebuah langkah kaki yang tengah mendekat dari jarak 5 meter. Seketika pandangan keduanya mengarah pada sosok hitam itu. Dewi terlihat gemetaran. Wanita itu segera menarik tangan Haga dan memintanya membawanya pergi.

Pria itu menarik tuas gas. Menjauhi tempat gelap yang digunakan tempat persembunyian Dewi.

"Kita ke rumah sakit, kamu nanti sakit jika begini." tukas Haga di sela menaiki motornya dengan kecepatan cepat.

Dewi terus memeluk pinggangnya dengan erat. Selain dingin, wanita itu juga merasa sangat takut.

"Aku gak percaya kamu telah menikah. Kamu masih kuliah dan seumuran denganku." gumam Dewi pelan. Haga bisa mendengar meski agak samar karna air hujan yang juga tidak mereda.

Motor Haga memasuki pelataran rumah sakit. Lalu membopong tubuh Dewi yang sudah lemah ke dalam ruangan Ugd.

Di sana para dokter dan perawat langsung memeriksanya. Setelah beberapa lama menunggu, akhirnya dokter datang. Ia memberitaukan bahwa wanita itu baik baik saja. Mungkin saja mentalnya yang mendapatkan tekanan sehingga lebih baik di bawa ke psikolog saja.

Haga tercenung sesaat ketika sedang duduk disebuah bangku tunggu di depan ruang ugd, tidak ia sadari jika ada seorang pria berpakaian hitam tengah mendekatinya, sehingga sebuah bogeman mentah meninju bagian wajahnya. Haga yang tidak mempunyai persiapan apapun langsung terjungkal di lantai. Haga menatap lemah pada pria yang memiliki tekstur tubuh gempal dan berotot itu, bahkan Pria itu tidak memberi ruang kepada Haga untuk menjelaskan apa yang terjadi. Haga ingin protes, tapi pria itu terlalu kuat sehingga tenaga Haga kalah dan terus terjatuh. Apalagi tatapan pria itu terlihat tajam dan sinis.

Haga segera kabur kala seorang perawat berteriak kencang memanggil Satpam. Pria itu pun yang hendak memukul tubuh Haga menjadi lengah kala ada orang yang berteriak.

"Sial." umpat pria hitam itu. Ia mengedarkan pandangan mencari pria muda yang ia hajar tadi berlari menjauh. Saat satpam datang berlari tiga orang, pria itu pun melarikan diri dan bersembunyi dari kejaran satpam.

Sementara Haga langsung kembali ke cafe terdekat di mana ia bisa mengobati dirinya sebelum pulang ke rumah.

"Sial!" umpatnya kesal.

1
Siti Khoyimah
si haga orang pengalamn tpi kok gx bisa bedain
Rini
yg bego tu elo ga, bego dipiara😡😡
Rini
Haga terlalu cuek, gimana zi nga emosi aja bocah SMA dituntut hrs bisa selalu ngerti
Salwa Salwa
menarik lucu menggemaskan
Reyhan Gaming
kok dak apdek lagi
Anonymous
Tq ceritanya
Rini
baik2 ya
Anonymous
Zizi cantik
Rini
lanjutkan , alon2 Bae
Rini
lbh percaya Nisa ternyata, duitmu buat apa Haga buat nyilidi istri aja nga bisa, mlh percaya Ama iblis
Rini
Haga pinter bisnis tp
Mudrikah Ikah
lanjut tan 27
Nana Rosdiana
lagi seru malah bersabung
mama De
aneh nemenin mantan peluk pelukan boleh eh istrindi anterin temen pulang sekolah Kalo GA mati jadibes Baru sebab keinginan.ih aneh. I I lah komunikasi ITU penting
Rini
kasar juga ya, punya duit kok nga bisa cari tau dulu haga
Try Dewi
bgus alur cerita ny.
Try Dewi
kpn lgi up ny thor... seruuu cerita ny
Rini
trus salah paham maneh 🤦
Tuti Hayuningtyas: lanjuuuuuut teruuuuus thooooooooor keren
total 1 replies
Rini
lanjutkan ☺️ yang manis gitu Lo
Rini
terimakasih Haga, tunggu Zizi pergi dulu baru sadar ya😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!