Menikah Dengan Gadis Desa.

Di tempat yang berbeda seorang wanita yang tak lain adalah Tari, mengamuk seperti orang kesetanan di saat menyaksikan acara resepsi pernikahan Shaka dan Lilis yang disiarkan secara langsung oleh salah satu stasiun televisi swasta. Di mana resepsi pernikahan dari salah satu pengusaha muda tanah air tersebut masuk dalam acara termegah di tahun ini.

"Argh......" Tari melempar semua benda disekitarnya untuk melampiaskan kekesalannya. cermin meja rias yang tak berdosa pun menjadi sasaran amukan wanita itu.

Mendengar keributan di kamar putrinya, kedua orang tua Tari lantas mendatangi kamar Tari.

"Apa yang kamu lakukan, nak???." ibunya begitu syok menyaksikan tindakan putrinya. Wanita paru baya tersebut mencoba menahan pergerakan tari yang hendak kembali melempar vas bunga ke arah dinding kamarnya.

"Apa kamu sudah tidak waras, hah????." sentak ayahnya yang naik pitam melihat tindakan gila putrinya.

"Tidak waras....???". Tari menyeringai. "Ya...Tari memang sudah tidak waras dan semua itu karena ayah. Ayah yang menyebabkan Tari hampir kehilangan kewarasan." intonasi wanita itu tak kalah tingginya dengan sang ayah. Bahkan deru nafasnya tersengal-sengal menahan amarah.

"Ayah yang sudah memaksa Tari meninggalkan Shaka demi bertunangan dengan pria sakit jiwa itu. Ayah yang sudah membuat Tari kehilangan Shaka." Wanita berusia dua puluh tiga tahun tersebut benar-benar kehilangan kendali hingga intonasi suaranya semakin meninggi bahkan hampir berteriak histeris.

"Ayah...." Suara sang istri terdengar memohon kala suaminya sudah menaikan tangan hendak melayangkan tamparan pada putri mereka.

"Jadi kamu mempersalahkan ayah dalam hal ini????." hardiknya. pria paru baya tersebut tak terima dipersalahkan oleh putrinya. Jujur, ayahnya Tari baru mengetahui jika ternyata pemuda yang menjalin hubungan asmara dengan putrinya merupakan seorang pengusaha muda yang cukup sukses di tanah air, terlebih ayahnya Shaka termasuk dalam sepuluh pengusaha sukses Tanah air. Ada sesal di hati pria itu telah meminta putrinya memutuskan hubungan dengan Shaka, apalagi pria yang bertunangan dengan putrinya ternyata memiliki tabiat yang suka main gila dengan wanita malam.

"Jika kau memang masih mencintainya, maka ambil kembali sesuatu yang seharusnya menjadi milikmu!!!." sepertinya ayah dan anak sama saja, sama-sama memiliki sikap tamak. terbukti dengan saran ayahnya yang meminta Tari merebut Shaka kembali ke pelukannya.

"Ayah....." ibunya Tari tidak setuju dengan saran sang suami, mengingat Shaka baru saja menikah dan berita tentang pernikahan pemuda itu dengan gadis pilihannya kini sedang menjadi topik pembicaraan hangat di berbagai kalangan.

Sedangkan Tari, gadis itu sontak saja terpaku, seakan mencerna setiap kata yang baru saja diucapkan ayahnya.

"Tapi ingat, lakukan dengan cara yang cantik dan jangan sampai ketahuan, karena jika sampai ketahuan maka kamu tahu sendiri apa akibatnya. Tuan Arves pasti tidak akan tinggal diam!!." setelah mengucapkan kalimat tersebut ayahnya Tari berlalu begitu saja meninggalkan kamar putrinya.

**

Pukul setengah dua belas malam, di sinilah Shaka dan Lilis berada di suite room hotel setelah acara resepsi pernikahan mereka selesai digelar.

Shaka yang tengah berdiri di belakang tubuh Lilis yang hanya sebatas bahunya, turut menyaksikan tempat tidur dengan ukuran king size yang kini bertabur kelopak bunga mawar merah serta dua buah handuk yang sengaja ditata berbentuk hati.

Di kamar itu tak ada lagi petugas MUA yang bisa membantu Lilis untuk menanggalkan gaun pengantin yang masih melekat pada tubuh, mereka semua telah diminta oleh mama Vivi untuk meninggalkan hotel. Entah apa maksud mama Vivi melakukan semua itu, hanya wanita itu yang tahu.

Lilis menjatuhkan bobotnya di tepi tempat tidur. irama jantung gadis itu berdegup tak menentu. bisa dipastikan malam ini ia akan menghabiskan malam bersama dengan pria yang kini telah berstatus sebagai suami baginya. Ia menundukkan pandangan sembari menautkan jemari guna menetralkan perasaannya.

"Nggak mau ganti baju???." pertanyaan Shaka berhasil mengangkat pandangan Lilis, menatap pria itu.

"Kayaknya sulit deh mas buat melepas gaunnya." jawab Lilis menciptakan senyum tipis di bibir Shaka.

"Kan ada mas di sini."

Lilis memang masih muda tetapi ia tidak terlalu bodoh untuk memahami maksud dari perkataan Shaka.

"Kenapa, kamu masih malu??."

Perlahan Lilis menganggukkan kepala sebagai jawaban atas pertanyaan Shaka.

"Lis, mas tahu pernikahan kita mungkin terkesan terburu-buru, tapi mas tidak ingin menjalani kehidupan rumah tangga layaknya sinopsis yang ada di novel-novel. seperti pernikahan pada umumnya, mas tidak ingin membatasi kontak fisik di antara kita!"

Semua penuturan Shaka menciptakan kerutan halus di kening Lilis. Jika pernikahan ini terlaksana hanya demi menepis image buruk yang bisa saja terjadi pada keluarga besar Shaka atas statement gila Tari dihadapan awak media, lalu kenapa Shaka menginginkan kontak fisik di antara mereka????

"Jangan naif Lilis.... mas Shaka sudah menggelontorkan dana yang tidak sedikit untuk menikahimu, maka wajar jika mas Shaka tidak mau rugi." batin Lilis. Ya, di usianya yang masih sangat muda membuat Lilis menyimpulkan sesuatu berdasarkan pemikirannya sendiri. Apalagi gadis itu sama sekali belum berpengalaman dengan yang namanya hubungan asmara, maka tak heran ia berpikir demikian.

"Srrrreeeettttttt....." suara resleting gaun yang dikenakannya seakan menarik kesadaran Lilis dari lamunannya. Ya, siapa lagi pelakunya kalau bukan sang suami. "Gleg." jakun Shaka naik-turun menyaksikan punggung sang istri yang nampak putih dan mulus tanpa noda. dengan cepat Shaka bersikap seperti biasa.

"Mas_." Lilis menyilangkan kedua tangannya di depan da_da karena jika tidak, bisa dipastikan gaun itu melorot ke bawah dengan sendirinya. Jangan ditanya Semerah apa wajah Lilis saat ini, wajah cantik gadis itu sudah seperti tomat matang karena merona.

"Pergilah ke kamar mandi, lepaskan gaunnya di sana jika kamu masih merasa malu melepasnya di sini!!!."

Baru saja Lilis hendak mengayunkan langkah, Shaka menahan pergerakannya. pria itu sedikit menunduk dan_ "Cup." ia menyatukan bi_birnya dengan bi_bir mungil milik Lilis. "Anggap saja DP!!!." ucap Shaka, pria itu kembali menarik sudut bibirnya ketika sang istri melangkah cepat ke arah kamar mandi tanpa sepatah katapun. dari wajahnya, nampak jelas Lilis terkejut dengan tindakan tiba-tiba Shaka tersebut.

Setelah tubuh Lilis menghilang di balik pintu kamar mandi, Shaka sontak mengusap rambutnya kebelakang. "Oh astaga....apa yang aku lakukan???? Semoga saja Lilis tidak sampai trauma dengan tindakanku tadi." gumam Shaka. "hanya mengecup bi_birnya saja sudah membuatku hampir kehilangan kendali. Perasaan ketika bersama Tari dulu aku tidak sampai seperti ini." pandangan Shaka bahkan sudah turun ke area pu_sakanya yang berada di balik celananya, yang kini sudah mulai bereaksi.

Tanpa diketahui oleh Shaka, Lilis yang saat ini sudah berada di kamar mandi, tengah berusaha menormalkan degup jantungnya. Ia memegangi dada kirinya. "Tenang Lilis... tenang..... ingat, sekarang mas Shaka sudah menjadi suami kamu dan dia berhak sepenuhnya atas diri kamu!!."

Apapun penyebab sampai mereka menikah, tapi Lilis tidak pernah berniat menolak jika suatu saat nanti Shaka meminta haknya sebagai seorang suami.