NovelToon NovelToon
Salah Pilih

Salah Pilih

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: yu odah

mengabdi pada imamnya dengan sepenuh hati tetapi Justru derai air mata dan darah yang Inara terima.
Suami yang sangat ia cintai ternyata menghianatinya, hancur hati Inara mengetahuinya dan semakin membuatnya terpuruk saat kehancuran rumah tangganya ternyata ada campur tangan ibu mertuanya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yu odah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bonus

Egi hanya mencibir kesal, Inara begitu kuat mempertahankan kesetiannya meski kenyataan pahit sudah di depan mata, Rusdi memang sudah bermain api.

Tak ingin menambah sakit hati Inara,Egi pun melajukan mobil dan hanya bisa diam hingga mobil sampai di kediaman tantenya.

Terdengar sorak riang Elic kala melihat Inara keluar dari mobil.

Inara hanya tersenyum masam menahan gejolak dalam dadanya.

"Na ..ayo sini kita ukur baju"ucap Endah lembut.

"B baju apa Bu."

"Bulan depan Elic wisuda dan ia ingin kita datang dan memakai baju yang dirancang sahabatnya" terang Endah.

"T tapi Bu..." ucap Inara sungkan.

"Sudah Na...turuti anak itu, kalau tidak nanti dia kecewa, ia ingin orang-orang yang ia sayangi hadir dan ikut berbahagia di hari wisudanya nanti."

Dan Inara pun pasrah saat desainer mengukur tubuhnya, setelah selesai pengukuran Egi kembali mengantarnya pulang ke kantin.

"Kenapa kau murung? Apa kau tak suka hadir di acara Elic" tanya Egi.

"Tidak ..."

"Hah jadi ..kau tidak suka kalau.."

"Bukan itu, maksudku aku suka dan senang kalau Elic memintaku hadir di hari bahagianya, tapi aku merasa malu, aku tak pantas berada di tengah mereka, aku bukan siapa-siapa..."

"Kata siapa kau bukan siapa-siapa? Tante begitu menyayangimu, juga Elis dan om Edi ..bahkan Ibnu mencintaimu ..."

Inara menatap Egi intens, dari mana pria itu tahu cerita kisahnya dengan ibnu.

"Jangan heran begitu, aku tahu dari Elic...ia bercerita tentang bagaimana kecewanya ia saat kau lebih memilih pria lain di banding kakaknya."

"Aku sadar diri, Mas Ibnu tak pantas mendapatkanku...dia putra orang terhormat dan berada, sedang aku hanya anak yatim piatu yang tak punya apa-apa..hanya satu nyawaku dan inipun titipan dari Sang Pencipta"ujar Inara polos.

"Picik sekali kau memandang Ibnu seperti itu."

"Tentu saja..ini memang kenyataan sejujurnya dan kau tak usah mencela keputusanku."

"Jika aku tanyakan apakah kau memang tidak mencintai Ibnu lalu apakah kau juga akan berkata jujur."

Kembali Inara menatap pemuda tampan yang ada di depannya itu.

"Apapun perasaanku padanya tak akan merubah takdir, dia akan mendapatkan wanita yang lebih segalanya dariku."

"Dan setelah kau tahu kenyataan bahwa suamimu menghianatimu apakah kau masih tetap bertahan di sisinya?"sambar Egi ketus.

"Tidak..dia tak seperti itu"bela Inara tegas, meski tanda penghianatan sudah mulai jelas tapi Inara tak akan menghakimi sebelum Rusdi mengatakan sejujurnya padanya, ia percaya Rusdi tak akan sekejam itu.

Tak ada ucapan terima kasih atau pun basa-basi lain, Inara menutup pintu dengan wajah sinis, begitu pula Pria tampan itu yang langsung menancap gas meninggalkan area kantin.

"Dasar bodoh...bodoh..." umpat Egi sambil memukul kemudi dengan kencang.

"Tak ku sangka kau menyukai wanita bodoh seperti dia Nu..."Egi bermonolog sendiri di dalam mobil.

Entah kenapa hatinya merasa amat kesal pada Inara, jika sudah tahu suaminya menghianati tapi masih saja membela.

Egi memarkirkan mobil di halaman belakang karena di garasi ada mobil Ibnu, tentu saja putra sulung Endah itu sudah mau datang karena tahu kalau inara sudah tidak di rumah tersebut.

"Apa kau masih begitu mencintainya Mas?"

Kenapa kau tanyakan itu, susah payah aku mencoba melupakannya, dan mencoba menjalin kisah dengan wanita lain tapi kenapa kau menanyakan kalau aku masih mencintainya?"

"Mas....meski kau minta Inara pergi sejauh mungkin bahkan hingga ke ujung dunia kalau di hatimu masih tersimpan namanya, maka Inara akan tetap bertahta si hatimu Mas."

"Sudahlah..aku sudah mencoba ikhlas dan menerima keputusannya, mungkin memang dengan Rusdi lah ia merasa bahagia."

Ibnu pergi meninggalkan Elic yang masih duduk di ruang keluarga.

"Tidak...Inara tidak bahagia Mas..."cicitnya lirih namun Ibnu sudah lebih dulu masuk ke kamarnya.

Egi yang sempat mendengar ucapan Elic hanya memandang sekilas lalu duduk di dekat sepupunya itu.

"Dari mana kau tahu Inara tak bahagia?" tiba-tiba Egi menanyakan hal yang membuat Elic gelagapan.

Elic menatap sepupunya, wajah yang biasanya datar dan cuek, kini menatap menunggu jawaban darinya.

"Lu lihat sesuatu?" pancing Elic dan Egi mengangguk pasti, lalu menceritakan tentang sikap Inara juga luka lebam di dahi dan yang terakhir adalah menangkap basah suami Inara sedang berdua bersama seorang wanita di dalam mobil di mana sikap mereka cukup intim.

Mata Elic berkilat merah, tangannya pun mengepal keras.

"Lu jangan bilang dulu sama Tante ..aku nggak mau di bilang pria suka ghibah."

"Lha ...kalau bukan ghibah lalu apa dong?"

"Ish ...kalau ini lain cerita, gue hanya mendeskripsikan kejadian yang gue lihat dengan tanpa mengurangi atau menambah."

"Tapi ngomongin orang di belakang tanpa ada orang yang bersangkutan sama aja ghibah Nyong."

Egi tak menggubris ucapan Elic dan hanya mengedikan bahunya.

"Eh tapi ingat ..jangan sampai Bang Ibnu tau hal ini"ancam Elic sungguh-sungguh.

"Kenapa?"

"Bakal ada perang dunia ke tiga"Ucap Elic jujur, masih ingat dalam memorinya kala Ibnu menghajar Rusdi membabi buta kala ia tahu Ibnu ingin mengundurkan tanggal pernikahan dengan Inara sedang persiapan sudah Inara rancang dengan baik.

Malam mulai larut namun Egi tak bisa memejamkan matanya, entah kenapa hati dan pikirannya selalu teringat pada wajah cantik Inara yang murung, mungkinkah ia selama ini hidup dengan mertua yang selalu membencinya apalagi kini ternyata suaminya pun berkhianat.

Tapi kenapa Inara masih bersikeras tak perduli bahkan masih membela suaminya itu.

"Dasar wanita bodoh ..bodoh..bodoh."

Egi mengumpat kesal dan membalikan bantal berharap bayangan Inara hilang dari pelupuk matanya.

"Aaisshhhh...pait pait pait "ucapnya lagi karena justru bayangan itu semakin jelas.

Pagi menjelang dan Inara membuka matanya, kepalanya terasa amat pusing karena entah jam berapa ia memejamkan matanya tadi malam karena menunggu kepulangan Rusdi.Bukan permintaan maaf atau salam hangat, suaminya langsung merebahkan tubuhnya di ranjang meski ia melihat Inara masih belum memejamkan matanya.

Sekuat tenaga Inara berusaha menahan berat kepalanya, siapa yang perduli dengan sakit di kepalanya, ia selalu berusaha tegar dengan ke ti

dak pedulian ibu mertua bahkan suaminya sendiri pun acuh.Tugas mencuci, memasak dan membersihkan rumah tetap menjadi tanggung jawabnya.

"Aku berangkat Na..." ucap Rusdi datar sambil melajukan motor tanpa menunggu Inara.

"Na....pulang nanti kau beli lah bumbu rendang instant di mini market, ibu mau masak rendang buat Rusdi" ujar sela sambil mengulurkan uang dua puluh ribu ke Inara.

"Ibu mau masak rendang?" tanya Inara ragu, dari mana mertuanya itu punya uang untuk membeli daging.

"Ya ..kenapa? Kau heran aku punya uang dari mana? Rusdi memberiku uang bonus ngajar les tadi, dan kau tahu..bahkan uang bonusnya dua kali lipat dari gajih di desa nya."

Inara tertegun, belum lama Rusdi mengajaknya jalan-jalan membeli baju dan uang itu dari ibu anak muridnya lalu kenapa sekarang sudah memberi bonus tambahan, batin Inara.

"Jangan lupa Na..."

"Iya Bu..."

Sesampainya di kantin Inara langsung memakai apron dan bersiap untuk memasak karena memang semua bahan sudah di racik oleh Leni dan Mery.

"Na...sejak kamu yang masak, anak-anak banyak yang bilang kalau di kantin makanannya jadi enak."

"Ah ...biasa aja Mer, mungkin karena lapar jadi makanan apapun jadi terasa enak."

"Benar kok Na...bahkan ada guru yang penasaran dan mau coba makan di sini siang ini."

"Sungguh Len? ah syukurlah kalau mereka suka."

Leni, Mery dan Nina saling pandang dan gembira, semakin banyak yang makan di kantin maka mereka pun tak akan lagi cemas karena akan ada yang menggantikan koki baru.

"Sshhh...."

Mery dan Leni saling pandang kala desisan lirih keluar dari mulut Inara.

"K kamu kenapa Na? Kamu sakit?"tanya Leni panik.

"Tidak Len...hanya sedikit pening kepalaku, ayo kita harus cepat masaknya sebentar lagi istirahat."

Leni dan Mery mengangguk dan mereka semakin gesit dan cekatan, namun bersamaan dengan selesainya masakan terakhir tubuh Inara tiba-tiba luruh dan jatuh ke lantai.

Brakk.

"Inaaa.."

***********************

Jangan lupa kasih suportnya ya besti,

Like, koment, dan Vote.

Terima kasih ...😘😘😘😘

1
Holipah
Inara tolol suami penyakit masih mau aja
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!