NovelToon NovelToon
Tawanan Miliarder Posesif

Tawanan Miliarder Posesif

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Menantu Pria/matrilokal / Nikah Kontrak / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: ayu andita

follow aku di IG : ayu_andita28

Hutang 10 Milyar yang dimiliki orang tua Serenity Lily membuat gadis itu menjadi korban dari seorang CEO kejam. Dia menjadi tawanan sang CEO yang tampak marah dan dendam pada orang tua Lily.

Akankah Lily mampu terlepas dalam penjara yang dibuat oleh sang CEO atau justru terjerat dalam pesonanya. Sementara pria itu hanya menjadikan Lily sebagai tawanan!

Akankah Lily akan menemukan bahagianya atau justru sebaliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayu andita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15 Usaha Alina

Keesokan harinya, Alina duduk di sebuah kafe kecil di sudut kota, menunggu teman lamanya, Melanie. Melanie adalah sahabat yang selalu siap mendengar dan memberikan dukungan, meskipun terkadang cara berpikirnya sedikit miring. Mereka sering berbagi rahasia dan cerita masa lalu yang penuh dengan intrik.

Saat Melanie datang, dia langsung mengenali sosok anggun Alina yang sedang menyesap kopi dengan tenang. “Alina! Sudah lama kita tidak bertemu,” seru Melanie sambil memeluk Alina erat.

“Memang, lama sekali,” jawab Alina dengan senyum tipis. “Aku benar-benar butuh bicara denganmu.”

Mereka duduk di meja dekat jendela, memesan minuman, dan mulai mengobrol. Setelah beberapa saat berbasa-basi, Melanie mengarahkan percakapan ke topik yang sebenarnya. “Jadi, apa yang terjadi dengan Xander? Aku dengar kalian sudah putus, tapi kamu masih sering membicarakannya.”

Alina menghela napas panjang dan meletakkan cangkir kopinya. “Iya, Xander sudah menikah dengan Lily. Tapi, aku tidak bisa berhenti memikirkannya. Aku yakin dia masih punya perasaan untukku.”

Melanie mengangkat alisnya, tertarik. “Lalu, apa yang akan kamu lakukan? Apakah kamu akan mencoba merebutnya kembali?”

Alina menatap temannya dengan mata penuh keyakinan. “Aku punya rencana. Kau tahu, Xander selalu memiliki tempat spesial di hatinya untukku. Aku hanya perlu mengingatkannya tentang betapa berartinya aku dalam hidupnya.”

Melanie mencondongkan tubuh ke depan, penasaran. “Bagaimana caramu melakukan itu?”

Alina tersenyum licik. “Aku akan membuatnya meragukan hubungannya dengan Lily. Pertama, aku akan mendekatinya dengan alasan ingin menutup masa lalu kami dengan baik. Lalu, aku akan mulai mengingatkannya tentang kenangan indah kami, menunjukkan bahwa dia tidak bisa mendapatkan kebahagiaan seperti itu dengan Lily.”

Melanie mengangguk, tampak memahami. “Dan kalau itu tidak berhasil?”

Alina mengangkat bahu. “Kalau itu tidak berhasil, aku akan mencari cara lain. Mungkin aku akan membuat Lily terlihat buruk di mata Xander. Aku yakin dengan sedikit manipulasi, aku bisa membuatnya melihat bahwa Lily tidak sepadan dengannya.”

Melanie menatap Alina dengan kagum dan sedikit cemas. “Kamu benar-benar serius, ya? Ini bukan rencana yang mudah, Alina.”

Alina menatap cangkir kopinya, merenung sejenak sebelum menjawab. “Aku tahu. Tapi aku tidak bisa membiarkan dia pergi begitu saja. Aku yakin, dengan cukup waktu dan usaha, aku bisa mendapatkan Xander kembali.”

Melanie tersenyum simpul. “Kalau begitu, aku berharap rencanamu berhasil. Tapi, hati-hati, Alina. Jangan sampai kau kehilangan lebih banyak lagi dalam proses ini.”

Alina menatap Melanie dengan mata penuh tekad. “Aku tahu risikonya, Melanie. Tapi aku sudah memutuskan. Xander adalah milikku, dan aku akan melakukan apa pun untuk mendapatkannya kembali.”

Mereka melanjutkan obrolan mereka, membahas lebih detail tentang langkah-langkah yang akan diambil Alina. Kafe itu dipenuhi dengan suasana ramai, tetapi di meja mereka, ada ketenangan yang penuh dengan rencana licik dan ambisi yang tersembunyi.

Alina tahu bahwa jalannya tidak akan mudah, tetapi dengan setiap tegukan kopi dan setiap kata yang dia bagikan dengan Melanie, tekadnya semakin kuat. Dia siap melakukan apa saja untuk merebut kembali pria yang dia anggap sebagai miliknya.

Saat pertemuan mereka berakhir, Alina merasa lebih yakin dari sebelumnya. Dia meninggalkan kafe dengan langkah tegap, siap untuk memulai langkah pertamanya dalam rencana yang sudah disusunnya dengan matang. Sementara itu, Melanie hanya bisa menggelengkan kepala dan berharap temannya tidak terlalu jauh terjerumus dalam ambisinya yang membara.

Sore itu, setelah pertemuannya dengan Melanie, Alina merasa semangatnya semakin menggebu. Dia berjalan pulang dengan pikiran yang dipenuhi oleh rencana-rencana untuk merebut kembali Xander. Sesampainya di rumah, Alina langsung duduk di sofa dan membuka laptopnya. Dia mulai menyusun langkah-langkah yang akan dia ambil.

Keesokan paginya, matahari baru saja terbit ketika Alina sudah bersiap-siap. Dia mengenakan gaun yang elegan namun tetap sederhana, riasannya sempurna, dan senyumnya menunjukkan keyakinan yang mendalam. Dia memutuskan untuk mengunjungi kantor Xander dengan alasan ingin berbicara tentang beberapa hal terkait bisnis yang dulu pernah mereka jalankan bersama.

Di sisi lain kota, Xander sedang sibuk dengan pekerjaannya di kantor. Mark dan Tina, yang masih menjalankan hubungan diam-diam mereka, tampak bertingkah konyol seperti biasa. Mark sering kali mencuri-curi pandang ke arah Tina sambil memberikan senyuman nakal, dan Tina membalasnya dengan tawa kecil. Mereka mencoba bersikap profesional, tapi siapa pun yang memperhatikan pasti bisa menangkap percikan antara mereka berdua.

Di meja kerjanya, Xander tenggelam dalam tumpukan dokumen ketika pintu kantornya diketuk. Tanpa mengangkat kepala, dia berkata, “Masuk.”

Alina melangkah masuk dengan anggun, senyuman menawan terpampang di wajahnya. “Xander, maaf mengganggu. Apakah kau punya waktu sebentar?”

Xander terkejut melihat Alina. “Alina? Apa yang membawamu ke sini?” tanyanya sambil berdiri.

Alina melangkah mendekat. “Aku hanya ingin membicarakan beberapa hal.

"Bisa kita bicara sebentar?”

Xander ragu sejenak, tapi akhirnya mengangguk. “Tentu, duduklah!”

Alina duduk di kursi di depan meja Xander, memulai dengan nada santai. “Aku berpikir untuk menutup beberapa urusan bisnis lama kita. Aku ingin semuanya jelas dan selesai dengan baik.”

Xander mendengarkan dengan serius, tetapi ada sesuatu dalam cara Alina berbicara yang membuatnya waspada. Dia tahu Alina tidak pernah datang tanpa alasan tersembunyi. “Apa sebenarnya yang ingin kau katakan, Alina?” tanya Xander, mencoba untuk tetap profesional.

Alina menghela napas dan menatap Xander dengan mata penuh harapan. “Xander, aku tahu ini mungkin tidak tepat, tapi aku merasa kita belum benar-benar menutup babak dalam hubungan kita. Aku ingin memastikan bahwa kita baik-baik saja.”

Xander menatap Alina dengan bingung. “Alina, kita sudah sepakat untuk melanjutkan hidup kita masing-masing. Aku sudah bersama Lily sekarang.”

Alina tersenyum tipis, mencoba menyembunyikan ketidaknyamanannya. “Aku tahu, dan aku senang kau bahagia. Aku hanya ingin memastikan bahwa tidak ada perasaan yang belum terselesaikan di antara kita.”

Xander menarik napas dalam-dalam. “Aku mengerti, Alina. Tapi aku benar-benar bahagia dengan Lily. Apa yang kita miliki dulu sudah selesai.”

Alina mencoba menahan kekecewaannya, tetapi senyum di wajahnya tidak memudar. “Baiklah, Xander. Terima kasih sudah mau mendengarkanku. Aku hanya ingin yang terbaik untukmu.”

Setelah pertemuan itu, Xander merasa sedikit gelisah. Dia tahu Alina memiliki maksud tertentu, dan dia tidak yakin apa yang akan dilakukan oleh mantan kekasihnya itu selanjutnya. Namun, dia memutuskan untuk tidak terlalu memikirkan hal itu dan kembali fokus pada pekerjaannya.

Sementara itu, di mansion, Lily sedang menikmati sore yang tenang. Dia memutuskan untuk duduk di teras belakang dengan secangkir teh dan sebuah buku. Kehidupan di mansion terasa damai saat itu, tanpa adanya gangguan dari Alina.

Namun, ketenangan Lily tidak berlangsung lama. Teleponnya berbunyi, dan nama Alina tertera di layar. Lily menghela napas panjang sebelum menjawab.

“Halo, Alina,” sapa Lily dengan nada sopan namun tegas.

“Lily, aku hanya ingin memberitahumu bahwa aku baru saja bertemu dengan Xander di kantornya. Kami membicarakan beberapa hal penting,” kata Alina dengan nada yang terdengar penuh sindiran.

Lily tetap tenang. “Oh, begitu? Terima kasih sudah memberitahu. Aku harap kalian bisa menyelesaikan apa pun yang perlu diselesaikan.”

Alina tersenyum di telepon, meskipun Lily tidak bisa melihatnya. “Tentu, Lily."

"Aku hanya ingin memastikan bahwa semuanya baik-baik saja.”

Lily menutup telepon dengan perasaan campur aduk. Dia tahu Alina mencoba memancing reaksi darinya, tetapi dia tidak akan membiarkan hal itu mengganggu kedamaiannya. Dia memutuskan untuk menunggu hingga Xander pulang dan berbicara langsung dengannya.

Di kantor, setelah Alina pergi, Xander merasa lega. Dia tahu bahwa kehadiran Alina selalu membawa komplikasi, tetapi dia percaya pada komitmennya terhadap Lily. Ketika dia pulang nanti, dia akan berbicara jujur tentang pertemuannya dengan Alina dan memastikan tidak ada yang disembunyikan.

Malamnya, ketika Xander tiba di rumah, dia disambut oleh Lily dengan senyuman hangat. “Hai, sayang. Bagaimana harimu?”

Xander mendekati Lily dan memeluknya erat. “Cukup baik, meskipun ada pertemuan yang tidak terduga.”

“Alina?” tanya Lily dengan lembut.

Xander mengangguk. “Ya, dia datang ke kantor. Kami berbicara tentang masa lalu, tapi aku sudah jelas mengatakan bahwa aku bahagia bersamamu.”

Lily tersenyum, merasa lega. “Terima kasih telah memberitahuku. Aku tahu ini tidak mudah, tapi kita akan menghadapinya bersama.”

Xander mengecup kening Lily. “Aku tahu. Dan aku akan selalu memilihmu.”

Malam itu, mereka menikmati kebersamaan dengan penuh cinta dan ketenangan. Meski ada bayangan masa lalu yang mencoba merusak kebahagiaan mereka, Lily dan Xander yakin bahwa cinta mereka cukup kuat untuk mengatasi semua itu.

Sementara itu, di apartemennya, Alina duduk di dekat jendela, memandang ke luar dengan tatapan penuh rencana. Dia tidak akan menyerah begitu saja. Meski Xander telah memilih Lily, Alina merasa masih ada kesempatan baginya untuk kembali ke dalam hidupnya. Dia hanya perlu mencari celah dan waktu yang tepat.

1
Miss Apple 🍎
nikah aja Bram dan Alina
Miss Apple 🍎
lanjut
Miss Apple 🍎
jangan tengok masa lalu
Bivendra
aq rada bingung sm xander n lily sllu
jwbn aq sayang cinta xander
kita akan melewati ini smw
tp lht lah
mading² sndri
Miss Apple 🍎: sama masih terbayang masa lalu keknya
total 1 replies
Miss Apple 🍎
seru
Miss Apple 🍎
kasihan Lilu
Miss Apple 🍎
seru
Miss Apple 🍎
lamjut
Miss Apple 🍎
lanjutlah
Miss Apple 🍎
lanjut
Miss Apple 🍎
seru
yesi yuniar
hadir kak 🤗
Miss Apple 🍎
lily hati hati
Miss Apple 🍎
seru
Miss Apple 🍎
lanjur
mbok Darmi
Lily jgn bikin ulah yg akan jd celah alina untuk merebut xander ingat kamu khs jaga diri dr fitnah, xander mungkin baik to kl dikompori alina dan ada bukti kedekatan mu dgn bram akan jd bumerang
Miss Apple 🍎: betul mak
total 1 replies
mbok Darmi
xander juga oon ngga tegas ngga peka sama trik alina hrs nya xander lbh tegas jgn mau lg ketemu sama Alina demi menjaga kewarasan lily jgn sampai kamu menyesal xander itu alina akan menghalalkan segala cara buat merebut kamu kembali dan saat kamu lengah lily sdh pergi dr hidupmu jd jgn kecewakan lily hanya krn kamu menganggap alina hanya temen aja
Miss Apple 🍎
betul
mbok Darmi
semoga rencana mu gagal total Alina jd wanita kok jahat bgt egois apa yg sdh kamu buang jgn sampai kamu ambil dan minta lagi sudah milik orang lain, Xander awas ya kl sampai kamu terjebak rencana alina yg ada kamu akan kehilangan lily selama nya
Margaretha Indrayani
hati2 lily jangan sampai terlena karena persahabatan. waspadalah xander dan lily sama tmnmu
Author_Ay: makasih kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!