Suamiku Mantan Mafia

"Jangan ngarang kamu, mana ada di kamarku ada serangganya" ucap Max setelah mampu menetralkan kegugupannya.

"Lihat saja kalau tuan tidak percaya, ini dada saya merah-merah tuan" dengan polosnya Emma memperlihatkan sebagian dadanya kepada Max.

Gluk

Max menelan salivanya kasar melihat dada bulat nan kencang milik Emma.

"Baru saja aku selesai mandi, masak iya harus mandi lagi" batin Max.

"Hai, kau sengaja menggodaku ya" seru Max sambil menahan tawa melihat kepolosan Emma.

Emma kaget langsung saja menutupi dadanya. ia menatap Max yang sudah masuk kedalam ruang ganti.

Di ruang ganti seketika tawa Max pecah, ia sudah tidak tahan menahan tawanya, ia sangat terhibur dengan tingkah polos Emma.

Hahahhaha......

"Tuan Max.... "triak Emma.

Emma mendengar suara tawa Max dari balik pintu ruang ganti, dan seketika dia sadar kalau ternyata dirinya sedang di kerjai oleh Max.

"Menyebalkan, ternyata dia mengerjaiku. Bagaimana ini dia sudah melihat dadaku" batin Emma, ingin rasanya dia menangis karena malu sudah memperlihatkan dadanya kepada Max.

Emma kembali naik keatas ranjang dan menutupi semua tubuhnya menggunakan selimut.

Klek

Max keluar dari ruang ganti dengan pakaian yang sudah rapih, dia melihat ke arah ranjang melihat Emma yang terbalut dengan menggunakan selimut.

Max terkekeh sambil berjalan menghampiri Emma yang di atas ranjang.

"Emma aku berangkat kerja dulu, kau jangan kemana-mana karena nanti malam aku akan mengajakmu ke acara pesta pernikahan temanku" ucap Max.

"Pergilah tuan, aku tidak akan kemana-mana" sahut Emma dari dalam selimut, ia masih malu melihat wajah Max.

Max yang iseng justru menusuk nusuk tubuh Emma menggunakan jarinya.

"Buka selimutnya nanti kau tak bisa nafas. Kau tak perlu malu, karena aku tadi sudah melihatnya" iseng Max menggoda Emma.

"Pergi tuan, jangan menggangguku" teriak Emma yang masih belum mau membuka selimutnya.

"Ok, Ok aku akan keluar kau bisa membuka selimutmu nanti" ucap Max.

Setelah itu Max berjalan menuju ke arah pintu.

Ceklek....

Max sengaja membuka pintu lalu menutupnya kembali, tapi dia masih tetap di dalam kamarnya, ia hanya ingin mengerjai Emma. Supaya Emma membuka selimutnya karena mengira kalau Max sudah keluar dari dalam kamar.

Sepertinya Max mempunyai hoby baru yaitu menggoda Emma wanita yang sudah beberapa bulan ini hidup satu atap bersamanya.

"Sepertinya dia sudah keluar. Kalau begitu aku akan keluar dari dalam selimut ini yang sudah membuatku sesak nafas" ucap Emma.

Dengan perlahan Emma menurunkan selimutnya hingga sebatas leher saja.

"Huh...panas sekali rasanya seperti di oven" ucap Emma sambil mengipas ngipaskan tangannya lalu menurunkan kembali selimutnya hingga ke pinggang.

Hahahahahha.....

Tawa Max pecah membuat Emma menoleh ke arahnya.

"Tuannn..... " teriak Emma sambil melemparkan bantal ke arah Max.

Brakkk....

Namun sebelum mengenai Max dia sudah lebih dulu keluar kamar , dan tertawa terbahak-bahak di depan kamar. Ia merasa puas sudah berhasil mengerjai Emma.

"Astaga, mukanya terlihat semakin imut dan menggemaskan ketika sedang marah" ucap Max sambil memegangi perutnya yang terasa kram akibat terlalu banyak tertawa.

Max Menggelengkan kepalanya, dia tak habis pikir dirinya yang berubah menjadi pria jahil, Max yang dulu terkenal kejam dan arogan seketika lenyap begitu saja jika sedang berhadapan dengan Emma.

Sedangkan di dalam kamar Emma sibuk memaki dan mengeluarkan sumpah serapah untuk Max.

"Sepertinya aku harus berpikir ulang sebelum memutuskan menikah dengannya, bisa darah tinggi aku kalau terus hidup bersamanya." ucap Emma.

*

Sedangkan di tempat lain Darso mendatangi Eva yang sedang berada di perusahaannya. kemarin Eva menghubunginya dan bilang kalau Emma sudah di temukan.

Ceklek....

Pintu ruangan di buka oleh Darso, tanpa permisi Darso langsung saja masuk kedalam ruangan Eva.

"Dimana Emma" tanya Darso to the poin sambil duduk di kursi yang ada di depan Eva, mereka duduk berhadapan dengan posisi terhalang oleh meja kerja Eva.

"Bisakah anda permisi dulu tuan, anda tidak sopan masuk begitu saja keruangan orang" ucap Eva menyindir Darso.

"Aku tak ada waktu untuk berbasa-basi" sahut Darso.

"Ck, tenang tuan. Saya tidak tahu Emma tinggal dimana akan tetapi anak buah saya kemarin sempat membuntuti mobil mereka. Pria itu membawa Emma menuju ke perusahaan Global Group" terang Eva.

Tanpa di sadari oleh Max kemarin anak buah Eva mengikuti mobilnya setelah dia menjemput Emma di perusahaannya, orang suruhan Eva mengikuti mobilnya hingga ke perusahaan Global Group milik Arsen.

"Apa kau yakin?" tanya Darso ragu.

"Terserah kau saja tuan, yang penting saya sudah memberi tahu anda" sahut Eva.

"Tidak mungkin kalau pria itu pemilik perusahaan Global Group, karena setahu saya pemilik perusahaan itu sudah memiliki istri dan juga anak" ucap Darso yang sedikit tahu informasi tentang Arsen.

"Bisa jadi pria itu karyawan di perusahaan itu" terka Eva.

Setelah berhasil mendapatkan perusahaan milik Emma, Eva semakin berani melawan Darso, dia tidak lagi takut seperti dulu. Eva berpikir kalau segala sesuatunya bisa ia lakukan dengan menggunakan uang, jadi dia tak mau lagi tunduk dengan Darso.

(Emang terkadang uang juga bisa merubah nada bicara seseorang guys)

"Kalau begitu aku akan menyuruh anak buahku untuk memata matai perusahaan itu, jika informasi yang kau berikan ternyata salah maka aku akan meminta kembali uang 50 Milliar ku" ucap Darso sambil memberikan sedikit ancaman kepada Eva.

"Kalau anda mau, saya bisa mengembalikannya sekarang juga tuan, dan saya bisa mencari Emma sediri lalu saya akan kembali menjualnya kepada orang lain dengan harga jauh lebih mahal" ucap Eva dengan gaya angkuhnya sambil tersenyum licik melihat ke arah Darso.

"Kau memang perempuan licik Eva" maki Darso.

Eva hanya mengendikkan bahunya.

Darso yang sudah merasa cocok dengan Emma dia tetap akan mempertahankannya, dia tak akan membiarkan Eva menjualnya kepada orang lain.

Brakk...

Darso keluar dan membanting pintu ruangan Eva. Lalu pergi meninggalkan perusahaan Eva.

"Kau awasi laki-laki yang membawa calon istriku di perusahaan Global Group. Ingat, jangan sampai membuat mereka curiga dengan keberadaan kalian" Darso menghubungi anak buahnya untuk mengawasi Max.

"Baik tuan" sahut anak buahnya.

Setelah selesai memberikan instruksi kepada anka buahnya Darso mematikan panggilannya.

Sebenarnya Darso agak ragu untuk mengawasi perusahaan itu, pasalnya pemilik perusahaan tersebut bukan orang sembarangan.

"Aku tak akan melepaskan mu sayang" ucap Darso yang sepertinya sudah terobsesi dengan Emma.

Bersambung

Jangan lupa like, koment, vote, gift 🙏