Perjuangan seorang pemuda yang bernama Barata untuk balas dendam karena di hina oleh tunangannya.Dia dianggap tidak cocok oleh tunangannya yang merupakan murida dari salah satu perguruan terkenal.Karena bercita-cita ingin menjadi kuat dan tidak mau di remehkan ia pun mencoba mendaftarkan diri ke suatu perguruan.Namun di tengah jalan tanpa dia sadari tiba-tiba ada sebuah cahaya yang menabrak dirinya hingga membuatnya pingsan.Hal itulah yang membuat dirinya terlambat untuk mendaftar sebagai murid baru.
Secara pelan tapi pasti Barata terus berlatih dan melangkah dari titik lemah sampai menuju ke titik yang paling kuat.Dia pun akhirnya menemukan sebuah perguruan yang mau menerima dirinya dan menjadi murid utama di sana.
Setelah berlatih beberapa bulan akhirnya ia pun oleh gurunya diikutsertakan dalam sebuah pertandingan yang mana di sana ia bertemu dengan tunangannya yang juga ikut dalam pertandingan itu.Bagaimana cerita selanjutnya ikuti saja dalam sang penerus.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kelana syair( BE), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dewi Pedang Agni
Di dalam lautan kesadarannya Barata melihat seorang gadis dengan memegang pedang warna hitam.Wajah gadis itu memancarkan kesedihan yang begitu mendalam seperti orang yang baru saja kehilangan seseorang yang di cintainya.Barata maju melangkah mencoba mendekati gadis itu namun tiba-tiba sebuah dinding tebal muncul dan menghalanginya.Barata mencoba menghancurkan dinding itu tapi dinding itu terlalu kokoh dan sangat kuat.Barata kemudian membuka matanya dengan tubuh di basahi oleh keringat dengan nafas yang tersengal-sengal.
"Naga Welang siapa gadis dengan pedang yang berwarna hitam itu tadi, kenapa dia terlihat begitu sedih dan dinding apakah yang menghalangi ku tadi."Tanya Barata dengan dada naik turun tidak beraturan.
"Wanita yang kau lihat di lautan kesadaran mu itu adalah Dewi pedang Agni Barata,dia bersedih karena selama dia berkelana di alam semesta ini belum menemukan seseorang orang yang bisa membebaskan dirinya,mengenai mengapa ia terkurung di sana kau bisa bertanya sendiri padanya nanti, sekarang ini adalah tugas mu untuk membebaskannya"Ucap Naga Welang.
"Aku yang harus membebaskannya,tapi caranya bagaimana Naga Welang."Tanya Barata.
"Tentu saja kau harus menghancurkan dinding itu Barata,tapi dengan kekuatan mu saat ini belum cukup kuat untuk melakukan itu"Ucap Naga Welang.
"Kamu benar naga Welang, aku saat ini memang tidak cukup kuat untuk menghancurkan dinding tebal itu."Ucap Barata sambil menggelengkan kepalanya.
"Maka dari itu kau pergunakan tempat ini baik baik,ini adalah tempat isterinya yang tidak semua orang boleh masuk."Ucap Naga Welang.
"Kalau begitu sebaiknya kita lanjutkan perjalanan aku ingin tahu ada apa saja di tempat ini."Ucap Barata kemudian berkelebat ke arah timur.
Barata yang masih penasaran dengan tempat itu mempercepat langkahnya ia ingin lebih jauh mengetahui seluk beluk hutan tempat dia berlatih.Perhatian Barata kemudian tertuju pada sebuah gunung yang menjulang tinggi tidak jauh dari hadapannya.Ia menuju kearah gunung itu karena ingin tahu ada apa di sana.
Tanpa terasa hari mulai gelap, di ufuk barat matahari sudah memerah dan sebentar lagi akan segera lenyap.Barata semakin mempercepat gerakannya supaya cepat sampai di puncak gunung itu karena khawatir kemalaman di jalan.
Beberapa saat lamanya Barata pun tiba di kaki gunung itu,ia mendongakkan kepalanya melihat lereng gunung yang begitu tinggi di hadapannya.
"Sepertinya akan membutuhkan waktu lama untuk sampai kepuncak, sebaiknya aku mencari tempat bermalam karena hari sudah semakin gelap."Ucap Barata seraya mengedarkan pandangannya untuk mencari tempat untuk bermalam.
Pandangan Barata kemudian tertuju pada batu besar yang ada di sebelah kanannya.Batu itu sangat besar sehingga sangat cocok untuk melindungi dirinya dari terpaan angin malam.
Tanpa banyak berpikir Barata segera berjalan menghampiri batu itu sambil memunguti ranting ranting kecil yang berjatuhan untuk membuat api unggun.
Setelah merasa cukup Barata kemudian menumpuk ranting ranting kecil itu dan membakarnya.
Begitu selesai membuat api unggun Barata menyandarkan diri pada batu besar untuk melepaskan lelahnya.
"Bagaimana keadaan Laras saat ini apakah dia baik baik saja."Ucap Barata.Teringat pada gadis anak gurunya itu.
Barata kemudian teringat pada gadis yang bernama Dewi pedang Agni ,karena masih penasaran Barata segera bersemedi untuk melihatnya sekali lagi.
Di dalam lautan kesadarannya Barata memperhatikan gadis itu dari jauh.Gadis itu berambut putih dengan memakai gaun berwarna hitam dengan posisi kepala tertunduk sambil memegang sebuah pedang yang berwarna hitam legam.
"Apakah gadis sedang tertidur naga Welang."Ucap Barata.
"Benar Barata dia tidak akan terbangun sebelum dinding penghalang itu dihancurkan."Ucap naga Welang.
"Barata menghampiri dinding tebal yang mengurung gadis itu dan mengetuk dinding itu dengan kepalan tangannya.
"Sungguh dinding yang sangat tebal, rasanya mustahil aku bisa menghancurkan dinding ini."Ucap Barata dengan penuh keraguan.
"Tidak ada yang tidak mungkin Barata,hasil itu ditentukan seberapa keras orang itu berusaha,jika kau bersungguh sungguh untuk bisa menghancurkan dinding itu saya yakin itu bukan suatu yang sulit ."Ucap naga Welang.
"Mungkin kau benar naga Welang."Ucap Barata seraya melangkah pergi dari situ.
Barata membuka matanya dan menyandarkan kembali tubuhnya pada batu besar di belakangnya dengan pikirannya melayang memikirkan gadis malang itu kemudian tertidur lelap.
Malam itu suasana di hutan itu sangat sunyi senyap tak ada satupun suara hewan yang terdengar di tempat itu, hanya terdengar hanya tarikan nafas Barata yang sudah tertidur pulas.
Keesokan paginya Barata pun bangun pagi pagi sekali dan langsung menaiki lereng gunung itu.
Untuk memperkuat tubuhnya Barata memanjat lereng gunung itu dengan mengandalkan tenaga luar saja dan tidak menggunakan tenaga dalam.Ia ingin tahu seberapa kuat fisiknya saat ini tanpa menggunakan tenaga dalamnya .Barata lalu berlari menaiki lereng gunung itu dengan penuh semangat,udara pagi yang dingin menerpa tubuhnya ,tidak di hiraukannya ia terus berlari menyusuri Jalan setapak.
Waktu terus berjalan pagi menjadi siang dan siang pun menjadi malam ,perjalanan Barata menuju kepuncak gunung itu masih jauh dari kata sampai.
Supaya tidak terlalu lama sampai di puncak ,Barata terus berjalan baik siang maupun malam,dia hanya mengambil waktu sebentar untuk beristirahat makan dan minum setelah itu berjalan kembali.Barata benar benar menempa tubuhnya supaya bertambah kuat.
Gunung yang di daki Barata itu adalah gunung tiang langit, gunung yang paling berbahaya dan paling tinggi di dalam hutan itu.Para guru perguruan pedang terbang belum pernah ada yang bisa mencapainya sampai kepuncaknya karena begitu sangat tingginya.
Selain itu ada juga rintangan yang membuat para orang orang terdahulu gagal mencapai puncaknya .Yaitu hawa dingin di malam hari yang dinginnya sampai menusuk ke tulang belulang dan pada siang harinya hawanya sangat panas yang bisa membakar kulit.
Waktu terus berjalan, tanpa terasa Barata sudah mencapai hari kelima dari pertama kali ia mendaki sampai sekarang.Barata merasakan sakit semua pada badannya terutama pada bagian kakinya yang seperti mau copot.
Barata yang saat itu sudah berada di tengah-tengah perjalanannya menghentikan langkahnya karena merasakan penat yang luar biasa pada kedua kakinya.Sehingga ia memilih untuk beristirahat sejenak dengan merebahkan tubuhnya ke tanah.
Baju dan badannya terlihat begitu kotor penuh debu dan tanah berlumpur karena melewati jalan becek karena hujan.Bahkan muka dan rambutnya pun tampak kusam seperti orang yang tidak pernah mandi berbulan bulan.
"Aku tidak boleh berlama lama di sini perjalanan ku masih jauh."Ucap Barata sambil memandang kepuncak gunung yang tertutup awan.
Barata kemudian melanjutkan perjalanannya ia memaksa tubuhnya sampai di luar batas kemampuannya.
Naga Welang merasa kagum melihat perjuangan Barata yang tidak mengenal lelah itu ,diam diam Naga Welang menyalurkan kekuatannya ke tubuh Barata sebagai tanda rasa kagumnya.
Barata merasakan tubuhnya tiba tiba begitu segar dan tenaganya pulih kembali ia tidak tahu kalau itu adalah perbuatan Naga Welang.
Merasakan tenaganya pulih kembali Barata mempercepat perjalanannya, hingga tepat sore hari menjelang malam Barata sudah tiba di bagian lereng gunung yang cukup berbahaya yaitu tempat yang paling dingin di lereng gunung itu.Jalan di sana di penuhi dengan kabut tebal sehingga menghalangi pandangan matanya.
Barata di serang hawa dingin yang membuat tubuhnya menggigil hebat sampai bibirnya pun ikut gemetaran.Padahal keadaan masih belum gelap, Barata tidak bisa membayangkan bagaimana dinginnya suhu di tempat itu jika malam tiba.
Ia menoleh kearah kanan, kiri, depan dan belakangnya mencoba untuk mencari ranting kering untuk membuat api, tapi sayangnya tempat itu adalah padang rumput dan bebatuan yang ada sehingga mustahil baginya untuk bisa menemukan ranting ranting kayu.
"Sebenarnya hawa dingin dari mana ini kenapa begitu sangat menusuk ke tulang, rasanya tidak mungkin jika aku harus terus berjalan dengan adanya kabut setebal ini."Ucap Barata dengan bibir bergetar menahan rasa dingin.
"Barata sebaiknya kau bergegas meninggalkan tempat ini di depan sana ada sesuatu yang cukup berharga untuk mu."Ucap Naga Welang.
"Sepertinya akan sulit Naga Welang untuk melanjutkan perjalanan ini , seluruh tubuh gemetaran menahan hawa dingin ini."Ucap Barata.
"Kau jangan bodoh Barata sebaiknya kau maju terus sebelum benar benar gelap .Kau akan menyesal jika tidak terus melanjutkan perjalanan mu, bukankah kau ingin menjadi kuat, apa kau akan takluk begitu saja oleh hawa dingin ini."Ucap Naga Welang dengan nada setengah marah.
"Tentu saja aku ingin menjadi kuat untuk mengembalikan harga diri ku Naga Welang,aku juga tidak mau takluk oleh hawa dingin ini."Ucap Barata.
"Kalau begitu tunggu apalagi ayo lanjutkan perjalanan mu."seru Naga Welang.
Semangat Barata kemudian bangkit kembali mendengar kata-kata dari Naga Welang itu dan segera melanjutkan langkahnya,meskipun dengan tubuh gemetaran dan jalan berkabut tebal ia tidak perduli dan membulatkan tekadnya untuk bisa sampai ke puncak.
Udara yang berhembus di sekitar tempat itu membuat rasa dingin semakin menjadi.Langkah Barata tiba-tiba goyang sampai membuat dirinya akan terjatuh akibat kakinya yang tidak bisa diam karena gemetaran menahan dingin.
"Tuan ... tunggu....!!!"Tiba-tiba terdengar suara orang memanggil.
"Siapa itu tadi."Ucap Barata Sambil mencari arah sumber suara itu.
"Tuan tunggu aku."Teriak suara itu lagi.
"Siapa di sana."Teriak Barata.
"Aku di sini tuan."Ucap seorang wanita yang tiba-tiba di depannya.
Barata terkejut sekali melihat ada seorang wanita yang tiba-tiba berada di depannya.
"Si...si..siapa Nona ini kenapa ada di sini."Tanya Barata dengan suara bergetar.
"Aku adalah orang pertama yang naik ke sini sebelum tuan,aku ingin memberi tahu kepada tuan kalau sebaiknya tuan kembali saja karena di sana tidak ada apa apa."Ucap Wanita itu.
"Jadi nona sudah sampai di puncak."Tanya Barata.
"Benar tuan,jika tuan nekad ke sana tuan akan menyesal karena telah melakukan perjalanan yang sia sia."Ucap Wanita itu mencoba mengingatkan Barata.
Barata terdiam mendengar kata-kata dari wanita itu jika di sana tidak ada apa maka perjalanannya akan menjadi sia sia saja.
"Barata kau jangan terpengaruh oleh ucapan wanita siluman ini dia hanya menipu mu supaya kau tidak sampai kepuncak."Ucap naga Welang.
Barata langsung tersentak mendengar ucapan Naga Welang itu.
"Benar juga wanita mana yang berada di tempat ini sore sore begini sendirian".Batin Barata.
"Sebaiknya Nona minggir dari jalan ku ."Ucap Barata.
"Dengarkan aku tuan, selain tidak ada apa apa di sana juga berbahaya tuan, sangat di sayangkan kalau tuan sampai mati muda."Ucap Wanita itu mencoba mempengaruhi pikiran Barata.
"Minggir kata ku..!!!"Teriak Barata.Dengan suara lantang.
Wanita yang ada di hadapannya itu sangat terkejut dibentak oleh Barata kemudian menghilang.
Barata kemudian melanjutkan langkahnya menuju ke atas setelah wanita penggoda itu lenyap,rasa dingin di tubuhnya membuat langkahnya terasa semakin berat.
Samar samar Barata melihat sebuah cahaya yang bersinar tidak jauh didepannya.Untuk mengalihkan rasa dingin di tubuhnya Barata kemudian fokus pada cahaya itu.Tatapan matanya tidak lepas dari sinar itu, dengan tubuh yang terasa menggigil Barata terus berjalan mencapai cahaya itu.
Tapi tiba-tiba saja ada seseorang yang datang dari arah depannya.Barata sangat terkejut setelah mengetahui orang itu adalah Laras.
"Laras.."Ucap Barata.
"Barata ayo kembali jangan kau lanjutkan perjalanan mu percuma kau akan mati kedinginan di tempat ini."Ucap Laras seraya memegang tangan Barata.
"Tunggu Laras sejak kapan kau berada di sini, bukan kah kau ..
"Benar aku mengambil pintu sebelah kanan tadi tapi aku juga tidak menduganya kalau akan bertemu kamu di sini."Ucap Laras.
"Apakah kau sudah sampai di puncak sana Laras."Tanya Barata.
"Tentu saja, rupanya di sana tidak ada apa apa Barata,ayo kembalilah."Ucap Laras.Dengan menarik tangan Barata untuk segera turun bersamanya.
"Tunggu Laras, kenapa kau tidak merasa kedinginan seperti yang aku alami saat ini."Ucap Barata.
Pertanyaan Barata langsung membuat Laras terkejut, wajahnya tampak sedikit pucat dan tampak bingung untuk menjawabnya.
"Tentu saja aku tidak merasakan dingin sebab aku sudah terbiasa di sini Barata."Ucap Laras.
"Kalau begitu kamu bukanlah Laras, sejak kapan Laras terbiasa di sini, pergi dari hadapan ku.!"Bentak Barata.
"Percaya padaku Barata aku Laras mau menolong mu dari hawa dingin ini, sebaiknya ayo kita pergi dari sini."Ucap Laras.
"Tidak Laras, sebaiknya kau cepat pergi dari sini dan jangan goda aku."Ucap Barata dengan terus melangkah meninggalkan Laras.
"Barata jangan kau lanjutkan perjalanan mu nanti kau akan mati kedinginan.!"Teriak Laras.
Barata terus berjalan dan tidak menghiraukan teriakan dari Laras hingga suara teriakan itu kemudian menghilang.
Cahaya yang di lihat Barata tadi semakin lama semakin terlihat terang,rupanya ia sudah sampai di depan cahaya itu.Sebuah batu berbentuk kristal es melayang di hadapannya.
"Barata cepat kau serap batu kristal es di depan mu itu adalah batu mustika es yang akan sangat berguna untuk mu."Ucap Naga Welang.
"Mustika es ...!!"Desis Barata.
"Cepat Barata kau serap kekuatan dari mustika itu."Ucap Naga Welang lagi.
"Baiklah."Ucap Barata.Ia kemudian duduk bersila di hadapan mutiara itu dengan memfokuskan pikirannya kepada mutiara di depannya.Naga Welang mengalirkan tenaga dalamnya ke tubuh Barata untuk membantu menyerap mustika es itu.
Hawa dingin yang di keluarkan mutiara itu perlahan lahan masuk kedalam tubuh Barata, makin lama hawa dingin itu makin besar seperti gulungan asap tebal yang terus masuk kedalam tubuhnya.
Akh......!!!"Terdengar teriakan keras dari mulut Barata ketika proses penyerapan itu berlangsung.Ia merasakan kalau tubuhnya seperti di tusuk oleh ribuan jarum.Tapi lama lama rasa sakit itu hilang dan berganti dengan kesejukan di dalam tubuhnya.Hingga tidak lama kemudian Barata pun selesai menyerap kekuatan dari batu mustika itu.
Barata menghela nafas panjang berkali kali,hawa dingin yang tadi di rasakan sekarang sudah hilang sama sekali.Hal itu membuat Barata menjadi heran.Bahkan kabut tebal yang tadi menghalanginya pun kini sudah lenyap.