Kavian akan lakukan apapun untuk bisa membuat kekasihnya bangga pada dirinya, termasuk dia mau berkorban besar atas kesalahan yang kekasihnya lakukan.
Namun apa jadinya jika pengorbanan yang dia lakukan adalah sebuah kesalahan besar. Hingga dia harus kehilangan segala hal. Bahkan kekasihnya itu sudah mengkhianatinya.
Qiana adalah seorang yang membantunya menemukan jalan untuk balas dendam, namun apa jadinya jika hati terlibat.
Apakah Kavian akan meneruskan jalannya ? atau memilih berhenti ?
Penasaran yuk ikuti kisah mereka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lita aprillia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 15
Qiana menangis dengan memeluk bonekanya, sampai sekretarisnya datang, dia pun menghapus air mata yang ada di pipinya.
"Dari mana kamu dapatkan boneka ini ?"
Karena seingat Qiana, saat Kavian di bawa ke Rumah sakit boneka ini tidak ada, dan kemungkinan kecilnya itu terjatuh ke jurang. Tapi Qiana terkejut saat melihat boneka ini ada di meja kerjanya.
"Tuan Kavian yang memberikan itu padaku, Nyonya"
"Dia memberikan itu saat saya datang ke rumah sakit, untuk memberikan hadiah yang Anda titipkan untuknya, Nyonya. Tapi dia tidak mau menerimanya"
Qiana melihat paper bag yang berisi hadiah untuk Kavian ada di mejanya, dia pun menghela nafasnya. Dan pada akhirnya dia memilih untuk datang sendiri menengok Kavian di rumah sakit.
Saat sampai di sana, Qiana dikejutkan karena ruangan yang ditempati Kavian sudah kosong, bahkan brangkar bekas Kavian sudah bersih dan rapi.
Kebetulan ada perawat yang masuk, Qiana pun bertanya "Suster, kemana pasien ini pergi ?"
"Ah, dia pergi satu jam yang lalu, sepertinya dia kabur" sahut Perawat itu.
"Apakah anda tau dimana alamat tempat tinggalnya ?"
***
Kavian berjalan tertatih menuju ke rumahnya, dia memilih untuk pergi dari Rumah sakit, tapi sebelum pulang dia menyempatkan untuk menemui adiknya di rumah sakit lain.
Namun ternyata sang adik tidak ada di sana, perawat bilang dia sudah pulang bersama seorang pria. Kavian pikir itu adalah Andrian.
Selang Kavian masuk, Renata datang hendak akan menemui Kavian, tapi sayang Asisten Tian mengikutinya, hingga dia pun merasa terkejut dan tidak jadi menemui Kavian.
Kavian pun menemukan Andrian yang sedang tertidur diluar dan dia membangunkannya.
"Dri" Andrian pun menggeliat dan membuka matanya, dia langsung tersentak saat melihat Kavian.
"Kavian, dari mana saja kamu ? Telepon tidak di angkat, chat tidak di balas, Mutia cari cari kamu terus"
Mereka tidak tau akan kecelakaan yang Kavian alami "Dimana Mutia ?" Kavian tidak menjawab pertanyaannya Andrian yang dia tanyakan adalah Mutia.
"Dia bilang ingin ke rumah temannya, jadi aku tinggalkan disana"
Kavian pun masuk ke dalam kamarnya. Dia juga mengganti bajunya, perban masih menyelimuti dadanya sampai ke punggung.
Karena khawatir pada Mutia, dia pun mencoba menelepon tapi sayang ponsel Mutia tidak aktif.
Dan Kavian pun berniat untuk mencari Mutia "Mau kemana lagi kamu ?" tanya Andrian saat Kavian sudah keluar.
"Cari Mutia" sahut Kavian lurus dengan terus berjalan keluar, Sampai di luar dia terkejut dengan adanya Qiana.
"Aku pikir ini alamat yang tepat" ujar Qiana.
"Kamu datang mencari ku ?" tanya Kavian.
"Aku tidak tau jika di Jakarta ada lingkungan seperti ini" ujar Qiana lagi "Kaki sakit, seharusnya aku memakai sepatu gunung tadi" Qiana duduk di salah satu tangga menuju rumah Kavian.
"Apakah bangunan bangunan di sini punya ijin pemerintah ?" Kavian tidak menjawab hanya terus menatap Qiana dan Qiana merasa canggung
"Aku tidak bisa datang dengan mobil, bagaimana jika hujan turun, jalanan di sini akan sangat licin kan ?"
Kavian masih tidak menjawab dan Qiana sedikit mencebik "Apakah aku membuatmu kesal ?"
"Maaf jika aku banyak bertanya, tapi sungguh ini pertama kalinya aku memasuki daerah seperti ini"
Kavian tersenyum kecil "Apakah kamu menyukai aku ?"
Qiana membulatkan matanya "Apa ?"
"Sikap kamu sangat terlihat kentara saat ini, apakah pria tampan ini adalah tipe mu ?" Ujar Kavian
Qiana mencebik mendengar itu, "Kamu sangat keliru, aku datang hanya untuk melihat keadaan kamu"
"Bukankah aku sudah bilang pada kamu, kalau sudah tidak ada alasan lagi kita bertemu" wajah Kavian kembali serius.
Kavian mendekat pada Qiana "Kita hanya orang asing" ujarnya dan dia langsung pergi begitu saja meninggalkan Qiana.
Kavian masuk ke dalam mobil Andrian, dia mengambil kunci yang Andrian simpan di rumahnya. Dia pun mendapat panggilan telepon dari Mutia.
"Muti..." belum dia melanjutkan bicaranya, Mutia sudah memotongnya.
"Kakak, kenapa hidupku begini, kenapa hidupku sangat sulit" Mutia berkata sambil menangis,
"Ibu seperti apa dia, Kakak. Aku mencari selama 10 tahun, kenapa ibuku seperti ini" belum sempat menjawab, Kavian mendengar teriakan seseorang.
"Berikan padaku, dimana kamu menyimpannya ?"
Prang
Kavian terkejut dan dia juga panik mendengar itu.
"Aku tidak tau, aku akan telepon polisi, aku akan meminta mereka menangkap kamu karena judi dan penganiayaan." Mutia berteriak juga pada pria yang Kavian tidak ketahui itu siapa.
Prang.. Prang...
"Argh...." teriak Mutia
"Mutia, Mutia..." tiba tiba telepon mati.
Kavian kembali panik, dia pun bisa tau dimana Mutia berada kini. Dan dia akan melajukan mobilnya, tapi tiba tiba Qiana masuk di pintu sebelah.
"Apakah orang tuamu mengajarimu menjadi sadis begini ? Apakah mereka mengajarimu untuk tidak mendengarkan orang lain ?" cerocos Qiana
Kavian mendadak kesal "Keluar !!" pinta Kavian
"Aku tidak bisa pergi setelah diperlakukan seperti ini, aku tidak bisa" Qiana malah memakai sabuk pengaman dan tidak mendengarkan apa yang Kavian pinta.
"Aku harus pergi ke suatu tempat, keluarlah !!" pinta Kavian sekali lagi.
"Pergi, pergi saja. Ayo kita bicara sambil berjalan" ujar Qiana.
Kavian semakin kesal dia pun melajukan juga mobilnya dengan kecepatan tinggi, benar benar dengan kecepatan tinggi.
"Aku tidak mudah takut" ujar Qiana, pura pura. Padahal dalam hatinya dia merasa takut juga.
"Aku akan menurunkan kamu di persimpangan selanjutnya"
"Aku bilang tidak mau" jawab Qiana kekeuh.
"Aku tidak akan kembali ke jakarta malam ini, perjalanan hari ini akan memakan waktu yang lama" jelas Kavian
"Kamu mau mengancam ku, itu tidak akan mempan" ujar Qiana tidak percaya pada apa yang Kavian katakan.
Kavian pun tidak mengatakan apa apa lagi, dia kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, sampai masuk di jalan Tol, Qiana baru percaya kalau Kavian sudah memasuki jalur Tol ke luar kota.
"Aku juga tidak akan berhenti hanya untuk sekedar istirahat, jika kamu mau turun silahkan, tapi jika mau ikut silahkan juga, tapi jangan menyesal nanti"
"Bisakah kita bicara setelah tiba nanti ?" ujar Qiana, sambil menatap Kavian yang sedang fokus mengendarai mobilnya.
Lalu dia mengeluarkan paper bag berisi hadiah untuk Kavian. Kavian melihat itu sekilas.
"Bukankah aku sudah bilang, kalau aku tidak mau menerima itu !!" Kavian melempar itu ke pangkuannya Qiana.
"Kenapa ? Kenapa kamu tidak mau menerima itu ?"
"Kamu hampir mati karena aku, kamu bilang aku harus punya hati, dan aku ingin berterima kasih pada kamu"
"Ah, apakah kamu ingin uang tunai ?"
Kavian melirik Qiana dengan ekor matanya, tapi tidak menoleh.
"Hei !!" tegur Qiana, karena Kavian tidak menjawab lagi.
"Bagaimana kalau aku buat satu penawaran" Qiana tidak akan menyerah
"Kalau aku ingin sesuatu bagaimana ?" kali ini Kavian menjawab.
"Apa yang kamu inginkan ?"
"Kamu"
Qiana menatap Kavian dengan tidak percaya, dan apa maksudnya.
"Aku ingin sebuah tangga untuk memanjat gunung,
aku pikir kamu bisa jadi tangga. Apa yang akan kamu lakukan jika aku menggoda kamu ?" ujar Kavian serius.
Qiana hanya tersenyum "Sepertinya kamu harus ke rumah sakit lagi, aku pikir tulang rusuknya yang patah, ternyata otak kamu, dan harusnya kamu memeriksakan otak kamu itu" sarkas Qiana.
"Baiklah, mataku agak terganggu, aku agak terkejut melihatmu, aku bahkan tidak pernah melihat wanita seperti kamu sebelum kecelakaan itu"
"Bisakah kamu hentikan mobilnya ?" pinta Qiana
"Aku sudah bilang, aku tidak akan berhenti sampai ke tujuan"
Qiana nampak marah, dia menatap Kavian dengan amarah " Jangan menatap aku seperti itu" tegur Kavian
"Kamu mau tau tipe ideal ku juga berubah sejak kecelakaan itu, wanita dengan sikap yang aneh"
Qiana tertawa kecil, "Sebenarnya kemana tujuanmu ? Berapa lama kita akan pergi !!" Qiana sedikit meninggikan bicaranya karena kesal.
Qiana terus menatap Kavian dengan tatapan yang kesal lagi, Kavian tetap fokus pada jalanan, tapi ekor matanya bisa tau kalau Qiana sedang menatapnya terus.