NovelToon NovelToon
Hammer Of Judgment

Hammer Of Judgment

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: yersya

Hammer of Judgment yang membalas kejahatan dengan kejahatan. Apakah Hammer of Judgment adalah sosok pembela keadilan? Atau mungkin hanyalah sosok pembunuh?

Nantikan kelanjutannya dan temukan siapa sebenarnya Hammer of Judgment.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yersya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 15

Tiga hari telah berlalu semenjak aku menginap di rumah Arvin. Pukul delapan malam, saat ini aku sedang berada di kamar, melakukan video call dengan Nada.

 

“Jadi, apa yang terjadi?” Tanya Nada dengan rasa penasaran.

 

“Apa maksudmu?” Jawabku, mencoba menghindari pertanyaan Nada.

 

“Jangan pura-pura! Kamu dan Arvin tinggal berdua, pasti terjadi sesuatu kan?” Nada bertanya dengan nada menggoda.

 

Aku terdiam sejenak, mengingat kembali apa yang terjadi selama tiga hari ini. “Tidak, tidak ada!”

 

Nada mengangkat alisnya, tidak sepenuhnya yakin dengan penjelasanku. “Ada apa dengan jeda tadi?” Tanya Nada dengan tajam. “Pasti terjadi sesuatu kan?”

 

“Sudah kubilang tidak ada” jawabku dengan sedikit frustasi.

 

Nada tersenyum, menangkap kebingungan dan rasa malu yang tersirat dalam kata-kataku. “Lalu, kenapa wajahmu memerah?” Tanyanya dengan penuh kecerdikan.

Aku terdiam sejenak, mencoba menyembunyikan rasa malu yang tersirat dalam pertanyaan Nada. "Ah, itu hanya karena aku sedikit kepanasan di sini," jawabku dengan cobaan untuk mengalihkan perhatian.

 

Namun, Nada tidak begitu mudah tertipu. Dia mengenalku dengan baik dan bisa melihat melalui pembenaran-pembenaran yang aku berikan. “Aku tahu kamu, Erina. Ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku” ucapnya dengan nada penasaran. “Jadi, apa yang terjadi?” Tanyanya sambil menyeringai.

 

Aku menghela nafas, merasa sedikit terjebak. Aku kemudian memeluk lututku, membuat wajahku sedikit tertutupi. “Sebenarnya, tidak ada yang spesial. Hanya saja... entah kenapa saat Arvin menyentuhku atau memanggilku dengan sebutan ‘manis’, jantungku berdegup kencang dan membuatku salah tingkah. Aku merasa bingung dengan perasaan ini”

 

Belum selesai aku mengungkapkan perasaanku, aku melihat Nada yang senyam-senyum melihatku dari balik layar. “Ada apa?” Tanyaku dengan rasa penasaran.

 

“Padahal Erina itu pintar, tapi ternyata cukup bodoh dengan hal seperti ini” kata Nada dengan sedikit ejekan.

 

“Apa maksudmu bodoh?” Tanyaku dengan kesal.

 

“Apa kamu belum menyadarinya?” Tanya Nada sambil tertawa kecil.

 

“Apanya?”

 

Nada tersenyum dan berusaha menggoda. “Erina, sebenarnya...,” namun sebelum Nada melanjutkan, terdengar suara Arvin memanggilku turun untuk makan malam.

 

Aku membalas panggilan Arvin dan kembali bertanya pada Nada, “Apa yang ingin kamu katakan tadi?”

 

“Tidak, tidak jadi” jawabnya sambil tersenyum. "Cepatlah turun, Arvin menunggumu loh."

 

“Aku tahu. Tapi apa yang belum aku…” tapi sebelum aku bisa menyelesaikan kalimatku, Nada langsung menutup video callnya, membuatku merasa sedikit kesal.

 

Aku berdiri dari tempat dudukku, masih merasa penasaran dengan apa yang ingin dikatakan Nada. Namun, aku tidak bisa menunggu lebih lama karena Arvin sudah menunggu di bawah. Aku bergegas turun untuk makan malam, sambil memikirkan apa yang Nada maksudkan tadi.

“Apa terjadi sesuatu?” Tanya Arvin ketika aku sampai di ruang makan.

“Eh? Ah, tidak ada yang spesial kok” jawabku.

“Benarkah?”

“Ya” jawabku, mengangguk sambil tersenyum.

Kami kemudian duduk bersama di meja makan, menikmati hidangan yang sudah disiapkan. Kami berbincang-bincang tentang hal-hal yang ringan dan menyenangkan, menciptakan suasana yang nyaman dan santai.

Ketika makan malam selesai, kami membersihkan meja bersama. Lalu kemudian kami duduk berdampingan di sofa.

“Apa kamu tidak apa-apa?” Tanya Arvin, melihatku yang sedang melamun.

“Ah, aku tidak apa” jawabku sambil tersenyum. “Apa mungkin kamu mengkhawatirkanku?” Tanyaku, mencoba untuk sedikit menggoda Arvin.

“Tentu saja!” Jawab Arvin tegas.

“Be-begitu ya” ucapku dengan wajah yang sedikit memerah. “Tapi aku tidak apa, beneran”

Arvin hanya diam, terlihat sedikit bingung dengan situasi. Sepertinya dia salah paham bahwa aku memiliki masalah. Namun, sebenarnya aku hanya merasa penasaran dengan apa yang ingin Nada katakan tadi.

 

“Sebenarnya aku hanya…” ucapku, namun sebelum aku bisa melanjutkan kalimatku, terdengar suara petir yang menggelegar dengan begitu deras. Secara tiba-tiba, semua lampu dirumah padam dan hujan lebat langsung turun.

 

Aku yang terkejut mendengar suara petir yang sangat keras, secara refleks memeluk Arvin untuk mencari kenyamanan dan keamanan.

 

“Kamu tidak apa-apa?” Tanya Arvin dengan penuh perhatian, sambil menghidupkan lampu ponselnya untuk menerangi ruangan.

 

“A-aku tidak apa-apa. Aku hanya kaget” jawabku dengan sedikit gemetar, mencoba menenangkan diri sendiri.

 

Arvin mengelus punggungku dengan lembut, memberikan dukungan dan kenyamanan. “Tenang saja, aku di sini bersamamu. Kita aman di dalam rumah”

 

“B-bukan berarti aku ketakutan” ucapku sambil mendongakkan kepalaku. Namun, saat aku mendongak, tiba-tiba wajah kami sangat dekat, membuat wajahku memerah.

 

“Se-sebenarnya aku ketakutan. Bi-bisakah kita tetap berpelukan seperti ini?” Ucapku dengan rasa gugup.

 

Arvin tersenyum, lalu dia membalas pelukanku. Dia mengusap kepalaku dan membelai rambutku dengan lembut. Aku mengeratkan pelukanku, menikmati kehangatan dan kenyamanan yang dia berikan. Sebenarnya, aku berbohong, aku sama sekali tidak sedang ketakutan. Aku hanya ingin berpelukan seperti ini dengan Arvin.

 

Ketika Arvin membalas pelukanku, ketika dia mengusap kepalaku, dan ketika dia membelai rambutku. Aku merasa sangat malu, tapi sekaligus, aku merasa sangat senang.

 

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!