Akibat memiliki masalah ekonomi, Gusti memutuskan bekerja sebagai gigolo. Mengingat kelebihan yang dimilikinya adalah berparas rupawan. Gusti yang tadinya pemuda kampung yang kolot, berubah menjadi cowok kota super keren.
Selama menjadi gigolo, Gusti mengenal banyak wanita silih berganti. Dia bahkan membuat beberapa wanita jatuh cinta padanya. Hingga semakin lama, Gusti jatuh ke dalam sisi gelap kehidupan ibukota. Ketakutan mulai muncul ketika teman masa kecil dari kampungnya datang.
"Hiruk pikuknya ibu kota, memang lebih kejam dibanding ibu tiri! Aku tak punya pilihan selain mengambil jalan ini." Gusti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 18 - Lima Puluh Juta
Badan Gusti sesekali berjengit karena Karin menciumi kulitnya. Kecupan perempuan itu semakin turun ke bawah. Hingga tiba di bagian terintim Gusti.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Gusti.
"Aku sebenarnya jarang melakukan ini. Tapi aku ingin melakukannya karena kau tampan dan membuat gairahku bangkit," sahut Karin. Dia mulai bermain aksi lolipop.
Gusti reflek mengangakan mulut. Dia dapat merasakan hasrat yang menjalar di seluruh tubuhnya. Karin benar-benar piawai bermain oral.
"Akh! Edan!" umpat Gusti yang sudah keranjingan.
Karin berhenti sejenak sambil tersenyum miring. "Kau ternyata benar-benar pemula," komentarnya. Karin meraih tangan Gusti. Dia menyuruh lelaki itu menjambak rambutnya.
"Apa kau tidak akan kesakitan?" tanya Gusti.
"Apa aku terlihat kesakitan sekarang? Kau bisa mengarahkanku untuk bergerak seperti maumu," jawab Karin.
Gusti mengangguk. Kini dia mencengkeram rambut Karin. Lama-kelamaan dirinya makin terlena sampai mengeluarkan suara lenguhan.
Tahu Gusti sudah menikmati, Karin segera melakukan penyatuan. Dia mengambil posisi di atas badan Gusti. Karin mulai mengerang saat Gusti menggoyangkan pinggulnya. Alhasil dessahan mereka saling sahut menyahut.
Gairah Gusti telah membara. Tatapannya yang tadinya polos, sekarang telah berubah menjadi buas. Apalagi ketika melihat tubuh Karin bergetar hebat.
Buru-buru Gusti menggantikan posisi Karin. Dia mengambil alih untuk memimpin di atas badan perempuan tersebut.
"Akh! Akh!" Karin mengerang nyaring saat mencapai puncak kenikmatan. Dia tertawa senang karena merasa sangat puas dengan perlakuan Gusti. Terlebih lelaki tersebut membuatnya klimakss lebih dari sekali.
Erangan Karin kian menggila tatkala Gusti memberikan hentakan dengan cepat. Saat itulah Gusti berhasil merasakan puncak kenikmatan. Tubuhnya yang bermandikan keringat itu bergetar. Gusti juga mengangakan mulut dengan panjang.
Kini Gusti dan Karin sama-sama lemas. Mereka tumbang sambil sibuk mengatur nafas.
Gusti menarik selimut untuk menutupi tubuhnya dan Karin. Ia baru merasakan dinginnya pendingin ruangan ketika kegiatan intim selesai.
"Untuk ukuran pemula, kau cukup hebat. Wajahmu itu berhasil menyempurnakannya," puji Karin seraya berputar menghadap Gusti.
"Ini edan! Aku tak pernah merasakan ini..." lirih Gusti.
"Katakan padaku. Kau mau dibayar berapa?" tanya Karin. Dia mendekat dan merebahkan kepala ke dada Gusti. Memang usia Karin lebih tua dibanding Gusti, namun perempuan itu memiliki tubuh yang mungil dan awet muda. Wajar dia memiliki pekerjaan sebagai aktris. Karin pastinya melakukan perawatan setiap minggu.
"Bayar?" Karena terlena dengan aktifitas tadi, Gusti jadi lupa pada tujuan utamanya.
Karin terkekeh geli. "Karena kau memilihku sebagai perempuan yang menghapus keperjakaanmu, aku akan membayar dengan nilai tinggi. Apa lima puluh juta cukup?" tanyanya.
Mata Gusti membulat sempurna. Lima puluh juta? Itu bahkan lebih dari cukup untuknya.
"Benarkah? Ka-kau akan memberiku uang sebesar itu?" Gusti memastikan sambil merubah posisi menjadi duduk. Hingga Karin juga ikut duduk mengikutinya.
"Tentu saja, Sayang." Karin menepuk lembut pipi Gusti. "Oh iya, sepertinya aku ingin jasamu lagi minggu depan," sambungnya seraya beranjak ke kamar mandi.
Setelah bercinta dengan klien pertamanya, Gusti mendapatkan uang. Karin benar-benar membayarnya seharga lima puluh juta. Melihat uang sebanyak itu masuk ke rekeningnya, Gusti senang bukan kepalang. Sekarang dirinya bisa membayar uang kostan dan membayar hutang.
"Sampai jumpa lagi, Kak!" ucap Gusti. Dia melepas kepergian Karin yang hendak bersiap untuk pulang.
"Tentu saja. Oh iya, mengenai pertanyaanmu tentang aku yang sudah berkeluarga, aku akan menceritakannya nanti. Kebetulan satu jam lagi aku harus mendatangi talk show. Jangan lupa tonton aku di tv!" kata Karin. Dia saling berpelukan dengan Gusti.
"Iya. Aku pasti akan menontonmu." Gusti membalas dekapan Karin yang singkat. Ia tersenyum simpul.
"Oh my god. Jangan buat aku jatuh cinta padamu. Bisa bahaya!" tukas Karin. Dia dan Gusti lantas tergelak bersama.
"Ya sudah. Aku mau mandi dulu," kata Gusti sembari masuk ke kamar mandi.
Karin yang sudah menggantung tas ke bahu, ingin melangkah menuju pintu. Namun atensinya tertuju ke arah ponsel Gusti yang sejak tadi terus bergetar.
Karena penasaran, Karin memeriksa ponsel Gusti. Ia bahkan membaca pesan dari Elang dan Widy.
Karin jadi mengetahui masalah Gusti dan pertemanannya. Apalagi dia juga mengenal Elang. Alhasil Karin duduk ke sofa. Tak lama kemudian, Gusti keluar dari kamar mandi.
"Loh, kau belum pulang?" tanya Gusti. Dia sudah rapi mengenakan kemeja yang sebelumnya dipakai.
Karin terdiam sejenak. Dia memperhatikan penampilan Gusti dari ujung kaki hingga kepala. Lelaki itu memang tampan, tetapi menurut Karin penampilannya masih terbilang kampungan. Bahkan ketika Gusti merasa sudah berdandan maksimal.
"Sepertinya aku bisa membantumu," imbuh Karin.
"Membantu apa?" Gusti tak mengerti.