NovelToon NovelToon
Takdir Cinta Nada Si Gadis Pincang

Takdir Cinta Nada Si Gadis Pincang

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / CEO / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Beda Usia
Popularitas:7.2k
Nilai: 5
Nama Author: elis_konkon

Kisah tentang seorang gadis sederhana yang bernama Nada Ayuni. Ia biasa di panggil Nada. Ya,sesuai dengan namanya. Hidupnya bak seperti tangga nada kadang merdu dan kadang sumbang.

Kekurangan pada fisiknya tak membuatnya berkecil hati. Ia selalu menjalani hari-harinya dengan penuh suka cita. Demi sang adik, ia rela membanting tulang menjadi tulang punggung keluarga.

Bekerja serabutan sana sini pun akan di lakoninya. Demi menghasilkan pundi-pundi uang dan juga demi cita-citanya untuk menyekolahkan sang adik, tak ingin adiknya bernasib sama seperti dirinya yang tidak mengenyam pendidikan tinggi. Nada hanya sampai lulus SMA.

Kehidupannya mulai berubah ketika ia mengenal seorang pemuda tampan dari keluarga kaya yang selalu menghina dan merendahkannya yang kerap memanggilnya si gadis pincang.

Dan juga hadirnya seorang pria dewasa yang akan merubah takdir hidupnya.

Akankah takdir cinta Nada akan berakhir indah dan bahagia? yuk kita ikuti kisahnya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elis_konkon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24. Baru nanggung

Karena kurang perhitungan saat melewati pintu kamarnya alhasil kepala Nada ter-pentok daun pintu. Nada meringis dan mengusap kepalanya yang terasa berdenyut.

"Aduh, maaf ya sayang aku tidak tahu. Apakah sangat sakit?" Reynar mendudukkan Nada di tepi ranjang. Kemudian ia mengusap-usap kepala sang istri dengan lembut.

Manik mata mereka saling beradu pandang dan Nada tertunduk malu karena di tatap selekat itu. Reynar semakin mendekatkan wajahnya dan tangannya terulur menyentuh dagu Nada agar manik mata mereka kembali bertemu. Kemudian ia mendaratkan sebuah kecupan lembut nan singkat, seketika wajah Nada merona terlihat semakin cantik di mata Reynar. Mendapatkan perlakuan hangat dan selembut itu dari sang suami membuat hati Nada serasa berbunga-bunga.

"Mas..." Memberanikan diri menatap wajah tampan Reynar dalam jarak sedekat itu membuat degup jantung Nada semakin bertalu-talu.

"Hmm...iya, ada apa sayang?"

"Apa kita akan melakukannya sekarang?" wajah nada semakin memerah bak tomat masak.

Reynar menyeringai dan menatap sang istri penuh damba. telapak tangan mengelus-elus punggung Nada, hingga membuat seluruh bulu kuduknya meremang ada gelayar aneh yang semakin mendera di tubuhnya.

"Tentu saja,kenapa tidak? apa kamu sudah tidak tahan, hem–?" Perlahan merebahkan tubuh sang istri dan mengukungnya posesif.

Cup

Mencium leher jenjang Nada lalu menyesapnya dalam hingga meninggalkan jejak kemerahan.Tangan Reynar terus berkelana mencari titik-titik sensitif pada tubuh Nada hingga sukses terdengar suara merdu nan menggoda dari bibir sang istri tercinta.

Mendengar alunan Nada tersebut membuat hasrat kelelakiannya memuncak. Reynar sudah tidak tahan lagi dengan nafas yang memburu ia melucuti tubuh sang istri hingga polos begitupun dengan dirinya. Kini mereka saling menatap tubun satu sama lain yang tanpa sehelai benang pun.

Nada sangat malu, gadis itu memalingkan wajahnya seraya menutupi dadanya dengan menyilangkan kedua tangannya begitupun pada bagian bawah, Nada merapatkan kakinya menutupi inti tubuhnya.

"Kenapa di tutupi, hmm...aku ingin melihatnya, sayang.Tidak usah malu kini kita sudah sah menjadi suami istri!"

"Saya malu mas–"

Melepaskan tangan yang menghalangi pemandangan indah yang begitu di kaguminya. ini adalah pertama kalinya ia melihat tubuh polos seorang wanita secara langsung dan rasanya sudah bisa mem-pora-porandakan jiwa dan raganya.

Setelah di rasa telah cukup me******** tubuh sang istri, akhirnya mereka akan memasuki sesi inti dari kegiatan intim mereka. Reynar mengambil posisi yang pas dan mulai melakukan penyatuan secara perlahan dan...

"Aduh–sakit, stop Mas!"

"Iya, aku tahu.Tapi, maaf ya sayang ini sudah tidak bisa dihentikan lagi. tenanglah dan rilex-kan tubuhmu maka tidak akan terasa sakit lagi!"

"Eum..." Nada mengangguk dan berusaha menahan rasa panas dan nyeri di pangkal pahanya

"Oke, kita lanjutkan ya?"

Reynar kembali mendorong mencoba melesakkan senjatanya dengan sekali hentakan yang cukup keras, dan...

"Akhhh...!"

tok tok tok

"Nada, apakah kamu di dalam?cepat keluar, siapa yang mengizinkanmu untuk kembali ke kamar ini hah?"

"Reynar...apa yang sedang kamu perbuat pada Nada?" terus menggedor pintu kamar pasangan pengantin baru tersebut.

Grandma Batari yang terbangun dan telah merasa baikkan pada pinggangnya terkejut karena tak mendapati Nada di atas sofa. Dengan sekuat tenaga wanita tua itu melangkah keluar dari kamar dan menuju ke kamar sang cucu.

Beberapa kali ia menghela nafas lega karena terbebas dari rasa sakit yang tengah menderanya. Ya, grandma Batari memang benar-benar ingin mengganggu malam pertama sang cucu dan cucu menantunya itu.

"Oh, oke. Mari kita lanjutkan!" Reynar sama sekali tidak perduli dengan rengekan Nada dan juga ketukan pintu serta suara sang Grandma yang memanggil-manggil Nada dan dirinya

"Mas–itu, Grandma mencari saya. Sudah Mas, kita cancel dulu saja ya?" Nada mendorong dengan sekuat tenaga tubuh kekar Reynar hingga terjungkal dan bokongnya mendarat tepat di atas lantai yang keras.

"Aduhh..."

Setelah ia berhasil melepaskan diri, Nada segera beranjak turun dari atas tempat tidur mengenakan pakaiannya kembali dengan terburu-buru lalu bergegas membuka pintu kamar. Sedangkan Reynar ia masih terduduk sambil mengusap bokongnya yang terasa sakit.

ceklek

Kriett

"Gra–ndma..."

Grandma Batari langsung menerobos masuk dan mencari keberadaan cucu laki-lakinya.

"Reynar–dimana kamu anak nakal?"

Mendengar suara menggelegar sang Grandma, Reynar buru-buru menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya.

"Apa yang Grandma lakukan di kamarku?ck... mengganggu saja." Berdecak kesal karena perbuatan Grandma Batari yang telah mengganggu kegiatan romantisnya bersama sang istri.

"Apa kau bilang? dasar tidak sopan, cucu kurang ajar. Kesini kamu biar Grandma beri pelajaran.Nada kamu juga kesini!"

Dengan langkah perlahan bak putri keraton, Nada menghampiri Grandma Batari dan Reynar yang telah duduk di sofa.

"Duduklah!'

"Tunggu dulu...kenapa jalanmu aneh seperti itu?" Grandma Batari melihat gaya berjalan Nada yang tampak aneh?

"Eh–iya Grandma, itu,anu–tadi mas Reynar..." Menatap sang Grandma takut lalu beralih melihat pada suaminya.

Reynar telah memakai pakaian lengkap dan duduk manis tanpa rasa takut sedikitpun. Ketika Nada menatap dirinya ingin meminta bantuan jawaban atas pertanyaan Grandma Batari,Reynar tersenyum hangat dan mengangguk memberi isyarat agar Nada tidak usah khawatir akan kemarahan sang Grandma.

"Grandma...hal seperti itu tidak usah pakai di tanyakan, Nada jadi malu kan.Grandma seperti tidak pernah muda saja. Padahal tadi baru nanggung kan, Grandma menganggu saja."

PLAKK

"Aww...Grandma, kenapa aku malah di pukul sih? memang benar kan apa yang ku katakan. Semua wanita pasti pernah merasakannya ketika melakukan untuk pertama kalinya."

"Mulutmu itu, Rey...ish!"

Grandma Batari baru akan memukul Reynar lagi, namun laki-laki itu bergerak cepat menghindari amukan sang Grandma.

Kini Reynar duduk bersebelahan dengan Nada. Tangannya menggenggam erat jemari sang istri dan menatap dengan penuh kelembutan. Hal itu tak luput dari penglihatan Grandma Batari.

Sekilas wanita tua itu tersenyum melihat pemandangan tersebut. Reynar benar-benar telah berubah menjadi laki-laki yang hangat dan itu berkat kehadiaran Nada di hidupnya.

"Dasar anak muda. Kalau sudah kasmaran tak akan mau di pisahkan." Menggelengkan kepalanya sambil menatap kedua sejoli yang tengah saling pandang memandang dengan penuh rasa cinta yang mendalam.

"Nada...ayo ikut kembali ke kamar Grandma!tugasmu kan belum selesai!"

"APA?"

"Ish–berisik. Kenapa kamu berteriak pada Grandma,Hah? Sesuai perjanjian kan, bahwa Nada akan merawat Grandma sampai sembuh dan karena apa aku sakit? kamu sendiri lah kan penyebabnya,Reynar."

Wajah Reynar memelas tak bersemangat dan bagian dari tubuhnya juga tengah menahan sesuatu yang belum tertuntaskan.

"Grandma...apa Grandma tidak ingin memiliki cicit lagi?kami bisa secepatnya memberikannya untuk Grandma itu jika malam ini Nada tidur di sini bukannya di kamar Grandma. Bagaimana, Grandma?" Mengedipkan matanya pada sang Grandma.

"Besok-besok juga kan bisa masih banyak waktu. Sebenarnya yang sudah tidak tahan itu kamu, Rey?jelas terlihat di matamu itu."

"Ayo Nada, Grandma sudah mengantuk ini!"

Menarik tangan Nada dan kedua perempuan beda generasi itu pun melenggang pergi meninggalkan Reynar dengan deritanya.

Reynar mengacak-acak rambutnya frustasi dan akhirnya hanya bisa pasrah akan nasibnya.

Pagi ini Nada sudah berkutat di dapur membantu para pelayan menyiapkan sarapan pagi.Sedangkan Grandma Batari sedang bersantai di gazebo sambil menikmati udara pagi yang segar. Reynar belum keluar dari kamarnya. Tadi ketika Nada ke kamar, suaminya itu masih terlelap dan akhirnya ia memutuskan untuk ke bawah.

"Grandma...Grandma!"

"Asen– apa kamu mencari Grandma?"

Pagi-pagi sekali Asen telah muncul di rumah sang paman. Dia berteriak-teriak memanggil sang Grandma. Ketika sampai di ruang makan, ia bertemu dengan Nada yang sedang menata meja makan.

"Sudah tahu masih nanya.ck, dimana Grandma?"

"Grandma ada di gazebo, apa kamu..."

Nada tak melanjutkan pertanyaannya lagi karena Asen langsung melesat pergi tanpa berkata apa pun lagi. Pemuda itu masih saja bersikap tak bersahabat.

"Kak...Sekar berangkat sekarang ya?"

"Nanti, sarapan dulu Sekar. Kita tunggu Mas Reynar dulu sebentar."

"Ada apa, sayang?"

Reynar berjalan mendekat dan langsung mencium pipi dan kening Nada. Membuat gadis itu tersipu malu. Karena di lihat oleh Sekar dan para pelayan.

"Mas, malu ih...ada sekar."

"Kenapa mesti malu, kita kan sudah sah menjadi suami istri. Siapa juga yang berani protes?"

"Sekar, ayo sarapan dulu baru berangkat ke sekolah! duduklah!"

Reynar lalu menyuruh seorang pelayan memanggil Grandma Batari untuk sarapan bersama. Mereka telah duduk di posisi masing-masing

Tak berapa lama Grandma Batari datang bersama dengan Asen. Reynar mengernyitkan keningnya melihat kedatangan Asen di pagi hari yang tidak biasa itu.

"Kapan kamu dayang, Sen?" Menatap sekilas sang keponakan.

"Baru saja, om. Aku kangen sama Grandma."

"Hmm... duduk dan sarapanlah!" Asen pun menurut dan duduk di samping Grandma Batari. Dan ketika ia tanpa sengaja melihat sosok gadis muda yang duduk di sebelah Nada seketika membuatnya terkejut.

"Loh–Sekar, sedang apa kamu di sini?"

"Kak Asen–"

Bersambung

1
Denni Siahaan
semoga aja gak disia siakan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!