Adinda Khairunisa seorang gadis manis yang berasal dari Desa mencari peruntungan di Kota, setelah lulus kuliah dia mencari pekerjaan kesana kemari, Karena otaknya yang pas-pasan membuat dia sulit di terima di perusahaan manapun
entah nasib baik atau buruk Dinda harus melewatkan sesi wawancara Karena harus menolong seorang wanita yang akan merubah nasibnya.
Bagaimana Nasib Dinda selanjutnya?? sedihkah atau bahagiakah??
yuuk simak terus karya aku yang kedua
selamat membaca😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon etha anggra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 15
Jam menunjukkan pukul delapan malam, Simon masih sibuk dengan pekerjaannya, Simon bukanlah seorang CEO yang suka berlama-lama di kantor, saat akan beranjak pulang jam enam sore tadi Billy datang memberikan laporan yang harus segera di tanda tangani mau tidak mau Simon mengurungkan niatnya untuk pulang demi kelangsungan hidup perusahaannya.
"Apa ada lagi Bil?" Tanya Simon sambil memeriksa laporan terakhirnya.
"Sudah tidak ada lagi tuan" ucap Billy
"Baiklah.. Kalau begitu aku pulang.. Ingat kalau aku sudah keluar dari perusahaan ini pantang bagiku untuk kembali lagi" Ucap Simon datar Karena dia tidak ingin ada gangguan masalah pekerjaan saat dia sudah berada di luar.
"Baik tuan" Billy membawa semua berkas dan keluar dari ruangan Simon
Sesudah mematikan PC Simon mengambil jas dan keluar dari ruangannya, Simon menghentikan langkahnya saat melewati meja Dinda.
"Dasar gadis ceroboh dia pasti lupa membawanya.. Atau jangan-jangan dia tidak jadi menemaniku karena marah" Simon menghampiri meja Dinda dan membawa paper bag yang berisi gaun.
"Aku harus memastikan"
Simon merogoh saku celananya mengambil ponsel dan mengirim pesan, tidak butuh waktu lama Dinda pun membalas chatnya.
Simon kembali melangkahkan kakinya menuju lift dan turun di basement dimana mobil sportnya terparkir. Simon duduk di belakang kemudi dan mulai melajukan mobilnya menuju Apartemen tempatnya beristirahat dan menghabiskan waktu.
Sambil mengemudi Simon melirik paper bag yang dia letakkan di samping "Sebaiknya besok pagi saja aku berikan gaunnya" gumamnya, setelah tiga puluh menit Mobil Simon memasuki basement bersamaan dengan Mobil Daniel.
Seperti orang asing mereka berjalan berdampingan tanpa ada suara atau saling menyapa memasuki lift menuju unit masing-masing.
Ting
Pintu lift terbuka, keduanya masuk bersama.
"Dari mana kau?" Tanya Daniel memecah keheningan
"Kerjalah" ucap Simon singkat.
"Kerja?" ucap Daniel tersenyum menghina "Sejak kapan kau rajin sampai lembur, biasanya juga sore sudah keluar"
Simon bergeming tak menghiraukan perkataan Daniel.
"Apa yang kau bawa?" tanya Daniel sambil melirik paper bag yang di tenteng Simon.
"Ck! kepo" Simon berjalan terlebih dahulu begitu pintu lift terbuka sebelum temannya itu mengintrogasi lebih banyak lagi.
"Apa orang kalau patah hati sikapnya akan berubah, biasanya pendiam berubah jadi cerewet dan yang biasanya cerewet berubah pendiam" gumam Simon sambil terus berjalan menuju unitnya yang satu lantai dengan Daniel.
Daniel menggelengkan kepalanya melihat tingkah Simon yang seperti menyembunyikan sesuatu.
.
.
Di pagi buta setelah menunaikan ibadah Dinda melakukan aktivitasnya seperti biasa jalan-jalan menghirup sejuknya udara pagi berkeliling pasar membeli bubur ayam dan beberapa jajanan pasar, setelah mendapatkan apa yang diinginkan Dinda kembali ke kosan Karena matahari sudah mulai menampakkan sinarnya.
Sesampainya di kamar kost Dinda duduk bersila di lantai membuka kantong keresek dan mengambil sterofoam berisi bubur ayam dan memulai menyantapnya dengan lahap, belum kenyang dengan bubur ayam yang porsinya kurang di perut, Dinda mencomot kue talam lapis-lapis "eugh!" mendengar suara sendawa yang keluar dari mulutnya Dinda reflek menutup mulut.
Setelah menyelesaikan sarapannya Dinda membuang bungkus ke dalam sampah dan mencuci sendok di dapur mininya.
Dinda Duduk lesehan bersandar di pinggiran ranjang sambil mengotak atik ponselnya, ada sebuah notifikasi dari sahabat setali pulsar yang baru dia temui.
~Kiara "Aku masih berharap kau bisa hadir"
~Dinda "Akan aku usahakan, semoga acara di tempat bos ku cepat selesainya"
Dinda melihat jam di atas nakas menunjukkan pukul tujuh pagi "Dua jam lagi Si mulut landak datang, sebaiknya aku bersiap"
Dinda beranjak masuk kamar mandi membersihkan diri dari keringat selepas keliling pasar, setelah dua puluh menit Dinda sudah selesai mandi dan memakai kaos juga hot pant, Dinda mengedarkan pandangannya setelah beberapa saat berpikir Dinda teringat dengan gaun yang akan dia pakai hari ini
Kemarin Dinda pulang dalam keadaan marah tanpa sadar dia meninggalkan gaunnya di meja tempatnya bekerja "Oh Si*al" umpatnya, tanpa berpikir lama Dinda memakai celana jeans panjang dan jaket dia berjalan keluar kamar.
Dinda berjalan dengan terburu-buru dan akhirnya menabrak seseorang yang baru datang hendak mengetuk pintu
BRUG!
Tangan Simon spontan memegang pinggang Dinda yang menabrak dada bidangnya.
Dinda mendongakkan wajahnya seketika kedua pasang mata bertemu.
Deg
Seperti terhipnotis keduanya saling memujj dalam hati hingga beberapa detik keduanya pun tersadar.
"Maaf" ucap Dinda sambil menunduk
"Ekhem.." Simon berdehem menetralkan debaran yang tiba-tiba menyerang tanpa aba-aba "Nih.. Cepatlah kau harus segera bersiap" ucap Simon sambil memberikan paper bag yang dia bawa
"Terima kasih tuan" Dinda membalik badannya dan masuk kedalam kamar kost
"Mau kemana?" Tanya Simon menghentikan langkah Dinda.
"Bersiap" ucap Dinda sambil menunjuk kamar ke dalam kamarnya.
Tanpa aba-aba Simon langsung menarik tangan Dinda membawanya jauh dari tempat kost menyusuri lorong sempit.
"Tuan kita mau kemana" Tanya Dinda
"Sudahlah cepat jalannya jangan banyak tanya" ucap Simon datar.
"Lepas, aku bisa Jalan sendiri" Dinda melepas cekalan Simon dengan kasar dan kembali berjalan di belakang Simon
"Masak iya aku datang dengan pakaian seperti ini.. Lalu ini untuk apa?" gumam Dinda lirih melihat baju yang dia pakai dan beralih pada paper bag yang dia bawa.
Simon tidak merespon gumaman Dinda, dia terus saja berjalan hingga sampailah mereka di mobil sport milik Simon yang parkir di pinggir jalan.
"Masuklah" Simon membukakan pintu depan.
Kali ini tidak ada perdebatan Dinda langsung duduk di sebelah kemudi dan Simon sudah siap dengan kemudinya, Mobil Simon melaju dengan kecepatan sedang membelah jalanan Ibu kota.
Dinda mengerutkan kening saat Simon memarkirkan mobilnya di depan salon.
"Turun" ucap Simon memerintah.
"Mau apa kita kesi.." Dinda melipat bibirnya tidak jadi berucap melihat tatapan tajam Simon.
Tanpa di perintah untuk kedua Kalinya Dinda langsung turun dengan membawa paper bagnya.
"Selamat pagi tuan Simon yang tampan paripurna" sapa manusia jadi-jadian sambil menoel "Ada apa gerangan Tuan Simon menyuruhku membuka my salon pagi-pagi" tangannya bergerilya di dada Simon membuat Simon merinding geli.
Sedangkan Dinda mencoba menahan tawa melihat ekspresi Simon.
"Jangan banyak omong, cepat kau perbaiki dia" perintah Simon sambil mengibas-ibaskan tangannya ke dada.
"Memangnya aku barang rusak" gerutu Dinda lirih.
"Hallo Nona manis, perkenalkan namaku Jodi" ucap Jodi mengulurkan tangan memperkenalkan diri
"Halo mas Jodi saya Dinda" ucap Dinda menyambut tangan jodi
"Hey.. No.. No.. No.. Bukan mas.. But miss you know" protes Jodi dengan lemah gemulai.
"Oh maaf miss" ralat Dinda.
"Mari ikut aku Nona manis"
Jodi membawa Dinda ke dalam ruangan yang penuh dengan kaca dan lampu.
"Kau duduklah"
"Baik"
"Baju apa yang kau kenakan?"
Dinda membuka paper bag dan menunjukkan gaun yang akan dia pakai.
"mmm baiklah, yuuk Kita make over mulai dari wajah dulu"
Jodi mulai memake over wajah Dinda mengaplikasikan warna-warna flow less, terakhir Jodi menggulung rambut membentuk sanggul dan di hiasi jepit rambut.
"Perfect" ucap Jodi memuji hasil karyanya "sekarang kau gantilah pakaianmu" ucap Jodi sambil memberikan gaun Dinda "Nora.. Kau bantu Nona Dinda mengganti pakaiannya" perintah Jodi pada asistennya.
"Baik miss" ucap Nora "Mari ikut saya"
Dinda mengikuti Nora masuk kedalam ruangan fitting dan mengganti pakaiannya disana. Dinda menatap wajahnya di kaca melihat penampilannya dari atas sampai bawah, dia tidak percaya "Apakah ini benar-benar aku" Ucapnya tak percaya, dengan segera dia mengambil ponsel dan mengabadikannya.
"Nona Dinda.. Apa anda sudah selesai" seru Nora yang menunggu sedari tadi balik kelambu.
"Ah... Iya.. Sebentar" Dinda memasukkan pakaian yang dia pakai di dalam paper bag dan membawanya keluar.
Sementara Simon duduk di sofa sambil membaca majalah yang sudah disediakan sambil menunggu Jodi selesai mempermak Dinda.
"Akhirnya selesai juga.. Bagaimana menurut anda tuan" Jodi keluar dengan Dinda di belakangnya..
Bersambung..
Terima kasih dukungannya🙏 lopiu All 🥰🥰
gabung yu di Gc Bcm..
caranya Follow akun ak dl ya
untuk bisa aku undang
terima kasih.