NovelToon NovelToon
Cinta di Badai Musim Semi

Cinta di Badai Musim Semi

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / CEO / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Dwi-chan

Amira Nimra, seorang gadis yang mengidap DID atau biasa disebut dengan penyakit kepribadian ganda. Begitu banyak liku-liku yang ia jalani, di jauhi oleh orang-orang karena di anggap aneh, lalu musuh kakak-nya yang terus mengincar dirinya.

Namun, seseorang datang kepadanya. Memberikan uluran tangan untuknya, memberikan semangat, dan mengisi rasa kesepiannya setiap saat.

"Jangan bodoh, mati tidak akan menyelesaikan semuanya!" ~

***

"Amira, kau bisa mengandalkan aku kapan pun kau mau."


Don't Copy My Story
Warning Typo

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwi-chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perasaan Aneh

Prittt!

"Permainan bola tangan di menangkan oleh Tim Satu!"

Setia dan teman-temannya langsung berteriak girang. Pertandingan selama 20 menit itu cukup menguras tenaga mereka semua.

"Menang kalah adalah hal yang biasa. Ibu bangga dengan kalian, meskipun kalian berbeda kelas, kalian masih bisa kompak," puji wanita itu kepada para murid-muridnya. Lalu, setelahnya pertandingan kembali berlanjut hingga seluruh siswa mengikutinya.

Selang beberapa waktu, akhirnya pertandingan bola tangan berhasil di selesaikan.

"Baiklah, kalian di perbolehkan untuk beristirahat terlebih dahulu. Pukul 10.30 nanti, kalian akan mengikuti praktek terkhir yaitu lari marathon," jelas wanita berusia 40 tahun itu dengan nada tegas.

Banyak siswa yang mendesah lelah kala mendengarnya, namun apa boleh buat kan? Mereka hanya bisa mengangguk patuh menuruti guru mereka itu.

Para murid pun di bubarkan sementara, banyak dari mereka memilih ke kantin untuk mengisi perut yang kini sudah meronta-ronta. Termasuk Setia dan beberapa temannya, namun saat berjalan menuju ke kantin, pemuda itu tanpa sengaja melihat Amira yang berjalan ke arah yang berbeda. Hingga akhirnya ia mengerti dan mulai memikirkan sesuatu.

Sementara itu, Amira kini berjalan menuju ke suatu tempat. Gadis itu berjalan menaiki tangga yang jarang bahkan tidak pernah orang-orang melewatinya. Yap! Gadis itu kini tengah menuju ke atap belakang sekolah, tempat yang begitu sepi namun memberikan kenyamanan bagi beberapa orang.

Amira berjalan ke pinggir atap dan mulai menatap beberapa siswa yang tengah sembunyi-sembunyi menjalin kasih. Gadis itu tersenyum tipis melihatnya, sedikit ingin merasakan bagaimana rasanya.

Lama melamun, hingga ia tidak menyadari seseorang datang ke tempatnya.

"Hei.. Kau ingin bunuh diri lagi?"

Amira menoleh kala mendengar suara yang begitu ia kenal. Setia-pemuda itu dengan santainya mendekati Amira dan berdiri di samping gadis itu. Setia memberikan kantong plastik yang ia bawa kepada Amira.

"Ambilah, kau belum makan kan? Akan sangat repot jika kau pingsan saat lari marathon nanti," entah sebagai ejekan atau rasa perduli, Amira tidak ingin memperdulikan keduanya. Gadis itu menerima pemberian Setia dan balas tersenyum.

"Terimakasih," ucap gadis itu pelan. Setia mendengus, "Makanlah, aku tidak akan pergi sebelum kau memakannya."

"Kau.. Baru-baru ini sangat cerewet. Seperti bukan dirimu," ungkap Amira. Jujur ia sedikit penasaran dengan perubahan pemuda itu.

Setia menatap dirinya sendiri dengan bingung, "Benarkah? Aku merasa tidak terjadi apa-apa padaku."

Amira mendengus, gadis itu membuka isi plastik pemberian Setia. Tiga buah roti dan sebotol air mineral, Amira menatap Setia lama membuat pemuda itu bingung.

"Ada apa? Kau tidak suka?"

Amira menggelengkan kepalanya, "Tidak, aku hanya teringat sesuatu."

Amira perlahan memakan roti itu dalam diam. Kenangannya kembali memutari isi kepalanya, gadis itu kian menggenggam rotinya dengan erat.

Flashback On'

Bruk!

"Aw!"

Gadis kecil yang baru saja tersungkur itu meringis. Ia dapat melihat lututnya yang mengeluarkan darah, matanya mulai berkaca-kaca.

"Hiks.. Huaaaa!" raung gadis itu dengan kesakitan. Seorang anak laki-laki yang tengah bermain sepeda kini mendekatinya dengan wajah bingung.

"Hei.. Kenapa kau menangis?"

"Hiks.. Sakit.. Sakit," isak gadis itu sembari memegangi lututnya. Anak laki-laki itu sedikit meringis melihat luka gadis itu, "Kau ini bodoh sekali, ayo ikut aku."

Anak laki-laki itu membonceng gadis kecil itu dengan sepedanya menuju taman. Ia menyuruh gadis kecil itu duduk di bangku taman.

"Kau tunggu di sini, aku akan kembali," titah anak laki-laki itu dan kemudian pergi dari sana.

Amira-gadis kecil berusia 6 tahun itu hanya terisak sembari memegangi lututnya yang terluka. Tidak lama kemudian, anak laki-laki itu kembali dan mem-plester kaki Amira perlahan. Amira sedikit meringis sakit.

"Dasar ceroboh," omel anak laki-laki itu membuat mata Amira kembali berkaca-kaca, sedikit sakit hati karena di katai ceroboh.

Anak laki-laki itu panik melihat Amira yang ingin kembali menangis, "Hei.. Aku bercanda, ini aku membeli roti.. Makanlah. Ini adalah roti kesukaanku, aku yakin kau juga menyukainya.."

Amira menatap roti itu lama, dan dengan perlahan tangan mungilnya menerima roti itu. Amira kecil memakannya dengan lahap, gadis itu tersenyum senang sembari menatap anak laki-laki itu.

"Terimakasih."

Flashback Off'

"Kau menyukainya?" tanya Setia tiba-tiba membuat Amir tersentak dari lamunannya. Amira menatap roti itu sejenak, "Ya, aku menyukainya. Terimakasih."

"Ya, tapi itu tidak gratis."

Tuing!

Amira menghentikan kunyahannya, gadis itu lalu merogoh saku celana olahragnya lalu memberikannya kepada Setia, "Ini.. Apa masih kurang?"

Setia menatap uang yang Amira sodorkan untuknya, pemuda itu menahan tawanya, "Pftt..  Maaf, aku hanya bercanda. Kau tidak perlu membayarnya."

Amira nampak menahan kekesalannya, "Kau menyebalkan."

Setia menghentikan tawanya, ia menatap Amira yang tengah memakan roti pemberiannya dengan lama. Entah kenapa, melihat gadis itu makan dengan lahap membuatnya sedikit merasa senang.

Setelah menyelesaikan makannya, Amira menatap roti yang masih tersisa satu.

"Setia, kau sudah makan?" tanya Amira, gadis itu baru teringat akan pemuda itu.

Setia menggeleng, "Aku tidak merasa lapar, makan semuanya."

Amira sontak meletakkan roti itu di tangan Setia, "Makanlah, akan sangat repot jika kau pingsan nanti."

Mendengar hal itu membuat Setia mendengus seketika, namun ia tetap menuruti perintah gadis itu. Setia memakan rotinya tanpa minat sembari menatap pemandangan sekolah dari atas sana.

"Kau tidak ingin menceritakan sesuatu?" Setia membuka suara seusai menyantap makanannya.

Amira nampak berpikir, "Memangnya apa yang harus aku ceritakan? Kau sudah mengetahuinya, kan?"

Amira membalikkan badannya dan menunjuk lantai yang ada di atap, "Coba lihat di sana."

Setia mengikuti arah telunjuk Amira yang menuju ke arah lantai. Lantai itu penuh dengan coretan dan gambaran yang aneh, Setia mencoba mengerti maksud dari gadis itu, tapi tidak bisa. Amira yang paham akan kebingungan Setia pun menjelaskan.

"Saat seminggu aku pindah ke sekolah ini. Aku menemukan tempat ini. Kau tahu tentang penyakitku, kan?"

"Yah, aku hanya tahu salah satunya. Dia Eliza," jawan Setia kemudian. Amira terkekeh, "Benar, lalu aku memiliki kepribadian yang lainnya. Dia bernama Kyla, berusia 7 tahun."

"Anak kecil?"

Amira mengangguk, "Hu'um, benar.. Kyla anak kecil yang sangat nakal. Dia hanya akan menuruti perkataan kakakku saja. Saat aku merasa kesepian, kepribadian itu akan muncul. Kyla sering bermain di sini sendiri, dan coretan yang ada di lantai itu karena ulahnya."

Setia menatap gadis itu lama, membuat Amira yang ditatap seperti itu memalingkan wajahnya, gadis itu kembali menjelaskan, "Lelah.. Sangat lelah menghadapi mereka. Saat kau menolongku waktu itu.. Itu bukanlah bunuh diriku yang pertama."

Setia terdiam mendengarnya, pemuda itu menatap Amira yang kini tengah menatap langit. Kemudian gadis itu menatap Setia yang tengah menatapnya, gadis itu terkekeh pelan, "Kau tenang saja... aku tidak akan melakukannya lagi. Mulai sekarang, Aku akan hidup lebih lama lagi untuk kakakku, dan seseorang yang aku cintai.. Mereka adalah alasanku agar aku tetap hidup."

"Kau bisa mengandalkan aku kapan pun kau mau Amira."

Bersambung..

1
Gabriel
kurang
Dwi-chan: makasih kak masukannya/Smirk/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!