Cinta di Badai Musim Semi

Cinta di Badai Musim Semi

Awal

"Dasar gadis aneh!"

"Sepertinya dia sudah gila."

"Mungkin saja, benar-benar menjijikan."

"Entah kenapa dia bisa bersekolah di sini."

Amira Nimra, gadis berusia 18 tahun itu hanya bisa terdiam saat banyak cemoohan terlontar untuknya. Gadis itu tidak bisa berbuat banyak, bahkan ia sendiri lelah dengan hidupnya yang begitu rumit ini.

Amira merupakan gadis yatim piatu, kedua orang tuanya meninggal saat dirinya berusia 7 tahun karena kecelakaan. Beruntungnya, Ia masih memiliki seorang kakak yang begitu menyayanginya dan selalu ada untuknya setiap saat. Kakak yang bernama Rio Anggara kini meneruskan perusaan warisan ayahnya dan menjadi CEO di usia yang cukup muda.

Tidak ada yang tahu, atau mungkin Amira sengaja menyembunyikan semua itu. Dalam satu tahun ini, mungkin terhitung hampir 3 kali Amira pindah sekolah, hal itu dikarenakan dirinya yang tidak pernah betah dan selalu di bully karena di anggap aneh dan gila.

Ia memiliki rahasia, hanya dia dan kakaknya saja yang tahu, yaitu dirinya memiliki penyakit mental Kepribadian Ganda atau biasa di sebut dengan Dissociative identity disorder (DID). DID adalah kondisi yang membuat pengidapnya membentuk dua atau lebih kepribadian di dalam dirinya.

Di dalam diri Amira terdapat 3 kepribadian. Yang pertama adalah Amira berusia 18 tahun, Amira merupakan pemilik asli tubuhnya, gadis itu begitu pendiam, namun jika dengan seseorang yang dekat dia akan menjadi begitu ceria. Lalu yang kedua bernama Kyla berusia 8 tahun, Kyla selalu muncul di saat gadis itu merasa kesepian, dia akan begitu manja kepada kakak Amira. Kepribadian terakhir yang dimiliki gadis itu bernama Eliza berusia 20 tahun, kepribadian ini akan muncul saat Amira merasa terancam, sifatnya begitu dingin, kejam, dan sedikit psikopat. Eliza tidak akan segan melukai seseorang yang menurutnya berbahaya.

Inilah alasan mengapa orang-orang menganggap Amira aneh dan gila. Kepribadian gadis itu kadang muncul di saat yang tidak tepat dan membuat keadaan semakin memburuk.

Kini, Amira terus berjalan mencoba untuk tidak memperdulikan ocehan orang-orang. Gadis itu berjalan dengan cepat sembari menunduk hingga tidak sadar seseorang ada di hadapannya.

Bruk

Tabrakan itu tidak ter-elakkan. Amira jatuh terduduk dan meringis sakit, sebuah tangan terulur di hadapannya membuat ia mendongak dan menatap pemiliknya. Tatapan pemuda itu nampak ramah kepadanya membuat Amira sedikit lega.

Dengan terburu-buru gadis itu beranjak mengabaikan uluran tangan pemuda itu. Amira bercicit pelan, "Maafkan aku karena menabrakmu."

Pemuda itu menarik uluran tangannya dan tersenyum tipis, "Tidak masalah."

"Permisi," setelah mengatakan hal itu, Amira pun bergegas pergi dari sana meninggalkan sang pemuda yang kini menatap kepergiannya dengan bingung.

"Ya Tuhan! Dia menyentuh Pemuda terpopuler di sekolah!"

"Lihatlah wajah sok manisnya, menjijikan sekali."

Pemuda yang sedari tadi mendengarkan hanya mengernyitkan dahinya bingung. Ia sedikit penasaran kenapa gadis yang bernama Amira itu di kucilkan oleh banyak orang? Amira cukup terkenal dengan rumornya, mereka mengatakan bahwa gadis itu aneh dan gila.

Setia Renandra, pemuda berusia 19 tahun itu hanya mendengus, sedikit tidak menyukai rumor yang tidak berdasar tersebut. Tanpa memperdulikan ocehan para siswa, ia pun melanjutkan perjalanannya menemui teman-temannya.

...****************...

"Hei, kalian berhenti menggoda Nina, lihatlah wajahnya sudah memerah."

"Jadi Nina benar-benar menyukai Andra? Aku akui seleramu sedikit buruk," ucap seorang gadis bernama Mika Sanjaya dengan nada mengejek. Pemuda dengan nama lengkap Andra Mahendra itu pun nampak tidak terima kala Mika mengejeknya, "Hei, Dasar tidak sadar diri, bahkan wajahmu mirip seperti nenek lampir!"

"Apa kau bilang!?" Mika langsung kesal di buatnya, keduanya saling memandang tajam seakan-akan ada sengatan listrik yang saling beradu.

"Hei.. Hei, kalian ini selalu saja bertengkar," Gita Iskandar, gadis itu mencoba melerai keduanya. Mika dan Andra pun mendengus secara bersamaan dan saling memalingkan wajah.

"Hei, Setia!" panggil pemuda yang bernama Ryan Saputra kala melihat Setia tengah berjalan ke arah mereka.

"Hn," sahut Setia, pemuda itu mendudukan dirinya pada bangku.

Kini mereka ber-enam tengah berada di dalam kantin sekolah. Tempat itu sekarang sangat ramai karena biasanya pada jam istirahat banyak para murid datang untuk mengisi kekosongan perut mereka setelah di hajar habis-habisan oleh mata pelajaran.

Setia meminum Jus Jeruknya yang baru saja di pesan dalam diam. Tiba-tiba pandangannya teralihkan saat mendengar suara berisik yang jaraknya tidak cukup jauh darinya. Pemuda itu melihat Amira yang baru saja jatuh tersungkur karena tersandung kaki seseorang dengan sengaja, makanan yang gadis itu bawa pun jatuh berserakan mengotori lantai.

"Ups, maaf.." ucap seorang gadis dengan nada mengejek, ia dan kedua temannya pun tertawa.

"Elena, kau tidak perlu meminta maaf pada orang gila, haha!" gadis yang bernama Olivia itu mencoba memanasi keadaan.

"Oh ya, kau benar! Aku hampir lupa bahwa yang aku tabrak ini adalah orang gila," Elena menatap Amira dengan tatapan merendahkan, gadis itu menendang nampan Amira saat gadis itu hendak menjangkaunya.

Amira yang mendapatkan perlakuan seperti itu hanya terdiam, ia menundukkan kepalanya lama.

"Yatim Piatu, miskin, gila. Amira, jangan kesal oke? Kau pantas menerima semua ini," Jessica turun merendahkan gadis itu.

"Heh," dengus Amira. Gadis itu mendongak dan menatap ketiga gadis itu dengan tatapan tajam dan dingin.

"Lihatlah tatapannya, kau membuatku takut Amira, hahaha!" tawa Elena kian membahana di kantin, banyak siswa yang menyaksikan kejadian itu, namun mereka hanya diam menonton.

Amira menyeringai, "Benarkah?"

Sebuah garpu melesat ke samping wajah Elena dengan kecepatan kilat. Semua orang yang menyaksikan hal itu terkejut termasuk Elena yang mematung. Pipi gadis itu terluka karena tergores oleh garpu tersebut.

Elena mengusap darah di pipinya, gadis itu menatap Amira dengan marah, "Kau!"

Elena hendak menampar gadis itu, namun tangannya tertahan dengan kuat. Amira kian menguatkan cengkraman tangannya pada Elena membuat gadis itu meringis kesakitan, Amira terkekeh, "Dasar Gadis bodoh."

Amira mendorong gadis itu hingga terjerembap ke lantai. Jessica yang tidak terima Elena dipermalukan pun hendak memukul gadis itu, namun dengan gesit Amira menghindar dan menendang perut Jessica hingga gadis itu terjatuh.

Olivia melangkah mundur, gadis itu takut menghadapi Amira yang berubah.

"Dasar gila!" umpat Elena kepada Amira, gadis itu memegangi tangannya yang masih terasa sakit.

"Kau ingin melihatku lebih gila dari ini Elena?" Amira melebarkan seringainya, gadis itu mengambil pulpen yang ada di saku bajunya.

Tak!

Mata pulpen itu keluar setelah Amira menekannya. Elena mulai takut dengan tatapan Amira, gadis itu memundurkan langkahnya kala Amira mulai mendekat ke arahnya.

"Jangan mendekat! Tolong!" teriak Elena dengan ketakutan, namun nampaknya para siswa yang lain tidak berani mendekat.

Amira kian melebarkan senyumnya, tangannya terangkat tinggi, "Sejujurnya aku mulai menyukai suaramu Elena."

Bersambung...

Welcome di cerita baruku, jangan lupa like, coment, dan subrek ya hehe

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!