NovelToon NovelToon
Mafia Posesif Terobsesi Cinta Detektif Bar-Bar

Mafia Posesif Terobsesi Cinta Detektif Bar-Bar

Status: sedang berlangsung
Genre:nikahmuda / Mafia / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / suami ideal
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: Bilah Daisy

Mempunyai Hubungan Toxic dengan suaminya merupakan hal biasa bagi Sara, hal itu sudah wajar jadi ia tak terlalu peduli. Leo sang mafia agresif namun sangat menyayangi istrinya masih saja ia tenggelam dengan obsesi masa kecilnya selain obsesi cintanya pada Sara. Kehidupan yang awalnya seperti biasanya berubah menjadi aneh saat Sara mendapatkan tranplantasi jantung oleh seseorang yang tak di ketahuinya. Di balik pernikahannya yang kembali berjalan lancar setelah Sara sembuh, Sara mulai mendapati sisi gelap suaminya karena kepekaannya yang kuat sejak menerima transplantasi jantung. Hal itu membuat Sara menjadi takut pada suaminya, sebenarnya apa sisi gelap dari Leo hingga membuat Sara takut setelah mengetahuinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bilah Daisy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Siapa Pelakunya?

Esok harinya*

Leo dan Sara kini tengah makan pagi di restoran seafood di pinggir pantai karena ajakan Sara.

" Enakkan?" Tanya Sara. " Aku tahu semua restoran yang menyajikan makanan enak."

" Memangnya apa yang kamu nggak tahu?"

" Baguskan? Kita bisa jalan-jalan di pinggir pantai nanti setelah makan."

" Baiklah, tapi, apa hari ini kamu nggak kerja?"

" Tidak, aku minta libur karena sakit."

" Baru kali ini kamu malas kerja, biasanya kamu yang paling semangat."

" Entahlah, aku sekarang mudah lelah hingga sesak napas jika mengejar seseorang sekarang."

" Pelan-pelan makannya, belepotan sekali."

" Tapi, aku lakuin ini karena teringat dengan nenek tua kemarin."

" Nenek tua? Siapa?"

" Dia bilang, hubungan kita tak lama lagi akan rentang gitu. Katanya kita bakalan berseteru hingga menjadi egois dan tak saling memedulikan."

" Lalu kamu percaya gitu?"

" Dia juga bilang hubungan kita akan rentang jika aku keguguran kali ini."

" Maksudnya?"

" Nggak ada." Sara menggelengkan kepalanya.

" Kamu hamil?"

" Nggak, aku nggak percaya juga sih. Tapi..."

" Tapi apa?"

" Bukan apa-apa." Sara tersenyum. " Makanlah lagi."

Leo tentu heran, melihat Sara yang nampak begitu khawatir membuatnya juga ikut cemas.

Belakangan ini Sara tak banyak bicara dan hanya terus senyum pada Leo tanpa ada pertengkaran di antara mereka.

Meski itu hal baik, namun Leo tetap merasa aneh dan tak nyaman.

" Sara." Leo menggenggam tangan Sara. " Kamu baik-baik aja kan?"

" Iya..."

" Leo?" Ucap seorang wanita tersenyum pada Leo.

Sara yang melihat wanita itu langsung kembali merasa kesal. Iya, itu Anna.

" Lo ngapain sih di sini?" Tanya Sara. " Pergi nggak Lo."

Namun Anna malah mengabaikannya dan duduk di samping Leo dengan pedenya.

Namum anehnya Leo malah diam dan malah terus makan meski Sara sudah dari tadi rusuh sendiri.

" Lo dengerin gue nggak sih? Nggak punya malu banget sih ini cewek."

" Leo kamu makan apa?" Tanya Anna tersenyum. " Sepertinya itu enak."

" Halo? Lo nggak lihat gue disini? Woi!" Sara berdiri dan menggebrak meja. " Pergi nggak Lo dari sini, ni cewek muncul dari mana sih?"

" Kalu gitu aku pesan makanan dulu." Anna lalu berdiri.

Anna lalu pergi memesan makanan, setelah selesai ia kembali ke meja Leo dan Sara.

" Leo, kamu ko diam aja sih?"

" Nggak apa-apa, biar aku yang urus."

Sara yang melihatnya kembali semakin marah, ia lalu berdiri dan meminum airnya dalam sekali teguk.

" Aku harus ke toilet." Ucapnya lalu pergi.

Saat Anna begitu girang menuju meja mereka, dengan sengaja Sara menyenggol bahu Anna hingga nampang makanan Anna jatuh dan berantakan.

" Hhhhaaa. Lo..."

" Makanya kalo jalan tu liat-liat, salah sendiri sih." Sara tersenyum. " Apa? Lo mau marah?"

" Gue akan bikin Lo nyesel karena lakuin ini Ama gue."

" Terserah." Sara menginjak kaki Anna lalu pergi.

" Aww!! Anjir! Dasar Lo cewek gila!!"

" Anna, gue perlu bicara Ama Lo."

" Mau bicara apa?" Anna tersenyum lebar.

Beberapa saat kemudian*

Leo membawa Anna ke belakang restoran dan menatapnya tajam membuat Anna yang centil itu salah paham.

Ia pikir itu tatapan cinta yang besar untuknya. Sangat kepedean membuat Leo jijik melihatnya.

" Lo haru jauhim gue dan istri gue, sebelum gue ngelakuin hal yang bakal bikin Lo nyesel." Ancam Leo.

" Kenapa aku harus melakukan itu?"

" Lo nggak sok iye deh, Lo itu cewek yang murahan. Setelah suami kaya Lo ninggalin Lo, sekarang Lo mau balik Ama gue gitu? Jangan mimpi Lo."

" Gue tetap bakalan sama Lo gimanapun caranya."

" Sejujurnya gue udah benci banget sama Lo dari dulu."

" Lo pernah cinta Ama gue Leo."

" Itu dulu, sekarang Leo sampah di hadapan gue."

" Nggak, Lo hanya suka sama Sara sebagai pelampiasan Lo aja karena gue ninggalin Lo waktu itu. Lo nggak cinta Ama dia Leo, lebih baik kita balikan lagi seperti dulu..."

" Lo jangan keluar batas, gue masih baik sama Lo karena bokap Lo orang yang sinting. Lo jangan jadi wanita murahan di depan gue."

" Leo gue mohon... Jangan salahin gue jika Sara sampai kenapa-kenapa..."

Namun Leo langsung mendorong Anna ke tembok dan mencekik lehernya.

Ia menekan kuat cekikannya itu hingga membuat Anna kesusahan bernapas dengan wajahnya yang mulai pucat.

" Lo nggak bakalan bisa lukain istri gue selama gue bunuh Lo kan? Gimana jika gue bunuh Lo sekarang?"

" Leo lepasin..." Anna menitihkan air matanya. " Aaakhh... Leo..."

" Lo nantangin gue? Jika Lo sampe sentuh Sara sedikitpun, gue bakal bikin Lo lebih tersiksa." Leo semakin menekan tangannya.

Melihat wajah Anna yang sudah sangat pucat, Leo pun akhirnya melepas cekikannya.

Leo lantas menyeringai puas melihat Anna yang begitu kesakitan hingga hidungnya mengeluarkan darah/mimisan.

" Lo sebaiknya dengerin gue." Leo lalu berjongkok. " Jangan coba-coba ngelawan gue atau gue bakalan bener-bener bunuh Lo, bahkan jiwa Lo nggak bakalan gue bikin tenang."

" Sial, apa Sara tahu Lo..."

" Istri gue nggak boleh tahu dan jika dia sampai tahu dan itu dari Lo, jangan salahin gue jika bokap sama kakak Lo ikut dalam masalah. Mungkin kemiskinan lebih nyiksa Lo bukan?"

" Dasar Lo iblis... Sialan."

Leo lalu kembali ke meja makan mereka dengan tenangnya setelah melakukan hal itu pada Anna.

Sara yang sudah dari tadi ada di sana, tentu heran kenapa Leo tiba-tiba hilang bersama Anna.

" Kamu habis dari mana?"

" Dari parkiran, aku ambil dompet yang tinggal."

" Lalu tu cewek mana?"

" Nggak tahu, pulang kali."

" Oh gitu ya." Sara kembali melanjutkan makannya.

" Kalo udah makan, kamu langsung pulang aja ya. Aku mau ngurus hal lain dulu."

" Oke." Angguk Sara.

" Bawahan aku akan ngater kamu, mungkin nanti aku pulangnya kemalaman."

" Baiklah, aku ngerti."

Mereka lalu melanjutkan makannya dengan Sara yang berwajah murung membuat Leo juga heran.

xxxxxxxxxxx

" Siapa yang bertugas ngirim tu barang?" Tanya Leo dengan nada berat.

" Saya tuan, anda tahu kami kebobolan malam itu. Mereka juga mengambil mayat yang hendak kami..." Jelas Dian.

" Gara-gara Lo berdua, tu mayat jadi viral dimana-mana. Sekarang jadi kasus pembunuhan dan jual beli organ ilegal. Sekarang pembunuhnya di cari, gue nggak mau tahu Lo harus tanganni tu manyat gimanapun caranya atau Lo yang gue jadiin mayat."

" Saya minta maaf tuan." Dian membungkuk lalu pergi.

Leo lalu mengambil kunci brangkasnya dan langsung disuguhi oleh bau yang begitu ia sukai.

Isinya bukan apa-apa, itu hanyalah sebuah rokok.

" Menyebalkan sekali harus merokok 1 kali seminggu." Leo menyalakan pemantiknya. " Lo mau nggak?"

" Saya tidak perlu tuan."

" Ya udah."

" Tuan, nyonya Sara baru saja menelpon." Ucap Andi.

" Sara bilang apa?"

" nyonya Sara bilang dia juga tak akan kembali ke rumah, nyonya Sara ada urusan penting yang harus dia selesaikan."

" Tu anak bener-bener ya, udah di bilang jangan keluyuran."

" Dan nyonya Sara tadi bilang..."

" Palingan jangan pulang kemalaman."

" Tidak tuan, dia menyuruh anda untuk ke waduk nanti malam jam 11."

" Untuk apa?"

" Saya kurang tahu tuan, nyonya Sara hanya mengatakan itu."

" Ngapain lagi sih dia." Leo mengisap rokoknya. " Pindahkan semua barang itu ke gudang, hentikan pengiriman dulu. Karena 1 kesalahan kalian bisa menjalar."

" Baik tuan."

" Pergilah. Sialan, sekarang nggak ada yang berjalan baik."

Sementara itu di sisi lain, entah apa yang di lakukan Sara di tempat yang sepi di siang bolong.

Ia terus mengintip ke dalam di mana 4 orang yang sedang melakukan sesuatu pada 1 orang yang masih hidup di meja.

Nampak di sana, 4 orang itu menguliti wanita itu hidup-hidup. Sudah 2 jam lamanya Sara juga terus memerhatikannya.

' apa cara ini bakal berhasil ya?' batin Sara. " Kalau gue nggak coba, gue nggak bakalan tahu.'

Hingga malam pun tiba, dia masih bersembunyi di balik semak-semak memerhatikan gerak-gerik ke-4 orang itu.

" Sar, Lo yakin bakal berhasil?" Bisik Sam.

" Gue juga nggak tahu, Lo udah ngehubungi yang lainnya kan."

" Iya udah. Tapi jaringan di sini jelek banget, gue nggak tahu kapan tu pesan terkirim nantinya. Ala kita pergi aja? Tapi kita kenapa nggak serang langsung aja sih?"

" Lo nggak lihat tu senjata tajam mereka banyak banget, lagian kita cuma bedua. Kita harus nunggu tim yang lainnya. Lo mau mati konyol."

" Lagian kita ngapain nguntit mereka sih! Gue takut jika mereka lakuin apa-apa sama kita, mana kita nggak punya senjata lagi."

" Diam aja deh, kita awasin aja sampe tim sampe..."

" Kalian ngawasin apa?" Ucap seseorang tiba-tiba.

Sara dan Sam langsung mematung seketika dengan keringat dingin mereka yang langsung jatuh.

Mereka berdua langsung saling bertatapan dan dengan pelan berbalik ke belakang.

Mata mereka langsung membulat besar, bola mata mereka seakan ingin keluar saking kagetnya melihat seorang pria yang memegang pisau pemotong daging di tangannya.

" Sial." Umpat Sara.

" Siapa kalian?"

" Lari Sar."

" Ayo lari terpisah, larilah ke waduk!" Sara berdiri dan berlari cepat pergi..

Begitupun dengan Sam yang berlari ke arah lain melewati hutan-hutan untuk menghemat waktu.

Sementara itu Sara juga berlari melewati hutan yang terdapat curam.

2 orang yang mengejarnya tak hentinya terus melempar pisau ke arah Sara sehingga membuat Sara begitu ketakuta.

" Sial! Gue harus segera waduk! Kalo lewat jalan mungkin mereka bisa lihat gue." Sara melihat kesana kemari.

Ia pun memutuskan masuk kembali ke dalam hutan dan tak sengaja tergelincir hingga terjatuh.

" Kaki gue bangsat... Anjink, kurang ajar, sial" Sara mencoba menahan rasa sakitnya.

Sara lalu menyeret tubuhnya ke pohon yang besar dan bersembunyi di sana.

Ia pun mengambil kayu yang ada di sampingnya dan memegangnya erat. Saat merasa ada yang mendekat, Sara pun dengan cepat menyerang orang itu dari belakang.

1 dari mereka berhasil ia tumbangkan, namun tak sengaja Sara terkena lemparan kayu dari teman orang itu.

" Sial!" Umpatnya lalu berlari naik kembali. " Sial, punggung gue sakit banget njink."

Kakinya yang tertusuk ranting pohon dan wajahnya yang teriris disertai punggung yang sakit. Membuat Sara begitu lelah untuk terus berlari cepat.

Saat dirinya hendak sampai di waduk, Sara melihat Sam yang juga turun dari atas dengan dirinya yang terluka.

" Sar! Di sini!" Panggil Sam.

" Tungguin gue!"

" Cepetan njir!"

Namun Sara malah terjatuh saat orang itu kembali melemparkannya kayu.

" Sar! Lo baik-baik aja!"

Di saat itu juga Sam tak sadarkan diri karena di pukul dark belakang.

" Sial..."

" Lo urus dia, gue mau balik." Ucap salah satu pria itu lalu pergi. " Jangan lupa bunuh mereka."

" Baiklah."

Sara yang mendengar hal itu tentu takut dan hendak berdiri. Namun dirinya yang sudah lemas tak kuasa menahan rasa sakit di kakinya.

" Nyonya Sara?" Ucap pria itu mengerutkan keningnya. " Ah Lo Sara kan?" Pria bernama Steven itu pun tertawa.

" Jika Lo ngelakuin ini pada gue Lo nggak bakalan hidup tenang..."

" Emangnya kenapa coba? Gue nggak sangka Tuan Leo meninggalkan istrinya di sini. Jika gue nggak bunuh Lo maka gue yang bakalan mati."

" Gue peringatin sama Lo buat jangan macam-macam Ama gue." Ucapnya lalu mundur ke pembatas jembatan. " Lo... Jangan deketin gue!!!"

" Lo ini bacot banget ya." Steven menaikkan pisau pemotong dagingnya.

Sara menutup matanya dan mengepalkan tangannya kuat. Ia sepertinya pasrah hingga menyerah begitu saja.

Hingga beberapa lama ia seperti itu dengan nafas yang terengah-engah tiba-tiba ada yang menyentuh pundaknya.

" Sial." Umpatnya.

" Sara? Kamu baik-baik aja?"

" Ha?" Sara membuka matanya.

Saat melihat Leo di hadapannya, Sara langsung menangis keras dan memeluknya.

" Kamu kenapa sih?"

" Kenapa kamu baru datang!"

" Kata kamu jam 11 malam, ini baru jam 10 loh."

" Iii kamu nyebelin banget sih!"

" Lagian kamu apa-apaan sih, kok kamu bisa di sini."

" Sam, di mana Sam."

Sara melepas pelukannya dan berlari ke arah Sam.

" Sam! Woi, bangun nggak! Sam!" Sara mengguncang tubuh Sam. " Sam! Leo bantu Sam dulu."

" Ih aku nggak mau ikut campur ya."

" Leo..." Mata Sara terbelalak kaget saat berbalik menatap Leo.

Melihat bayangan besar di bola mata Sara, Leo langsung berbalik dan menusuk perut Steven dengan belatihnya.

" Sialan kau." Leo kembali menusuk perutnya.

" Leo hentikan!" Sara menahan tangan Leo. " HENTIKAN Leo!"

" Biarkan aku membunuhnya! Ckkk yang benar saja!!"

" Leo hentikan!!!"

Karena berusaha keras menghentikan Leo, Sara pun terkena siku Leo pada hidungnya hingga dirinya pun juga pinsang.

xxxxxxxxxxx

Sara membuka matanya dan menemui dirinya yang berada di kamarnya.

Ia lalu duduk dan memegang kepalanya yang masih sakit sambil melihat sekitar.

" Leo di mana?"

Sara lalu keluar dari kamar dan turun, saat di bawah ia melihat para pelayan yang tengah sibuk memasak.

" Nyonya sudah bangun? Duduklah." Ucap Siti.

" Di mana Leo?"

" Tuan Leo sedang ada di lantai 4."

" Makanlah dulu nyonya."

" Nggak, aku nggak lapar."

" Ah nggak mungkin nyonya nggak lapar. Nyonya udah 4 hari nggak sadar."

" 4 hari? Selama itu?"

" Iya." Angguk Siti.

" Kenapa bisa."

" Entahlah, saya juga kurang tahu."

" Baiklah, omong-omong, roti lapis itu untuk siapa?"

" Untuk tuan Leo."

" Biarkan aku mencobanya dulu."

Sara lalu mencium kue lapis itu dan sedikit mencicipinya. Merasa tidak ada yang aneh, ia pun merasa tenang.

" Biar aku saja yang membawanya."

" Baik."

Sara lalu kembali naik menuju lantai 4. Saat sampai di sana, Sara melihat Leo yang tengah berolahraga.

" Leo." Panggil Sara disertai senyumannya.

" Sara? Kamu udah sadar!" Leo hendak memeluk Sara.

" Iih, Leo. Kamu basah. Lap dulu keringat kamu."

" Ah maaf. Kamu kapan sadar?"

" Tadi. Kenapa aku sampai pingsan 4 hari?"

" Entahlah, aku lupa penjelasan dokter itu. Katanya kamu terlalu panik dan bikin jantung kamu berdetak kencang gitu."

" Oh begitu ya." Angguk Sara. " Minumlah dulu. Dan milik kamu cukup besar." Sara tersenyum melihat ke bawah.

Leo lantas tersenyum miring dan minum.

Sara lalu duduk di kursi sambil memainkan handphonenya melihat berita.

" Sara."

" Hmm?"

" Coba lihat aku."

" Untuk apa? Aku selalu lihat kamu setiap hari." Sara masih sibuk di handphonenya.

" Lihat aku bentar aja."

Sara memutar bola matanya dan berbalik menatap Leo.

" Apa?"

" Lihat, otot-otot aku makin berbentuk kan?" Leo meregangkan otot-otot nya."

" Iya, selamat." Ketus Sara.

" Ckk, iish nyebelin banget sih kamu." Leo lalu duduk di samping Sara.

Leo lalu mengambil roti lapis itu dan memakannya dengan lahap.

" Kamu nggak mau?"

" Nggak usah, aku nggak lapar. Ah tadi aku memeriksanya dulu sebelum kamu makan."

" Kenapa?"

" Ya aku takut aja, jangan sampai ada racunnya lagi."

" Mereka nggak berniat ngeracuni aku tapi kamu."

" Oh, jadi kamu mau aku mati gitu."

" Aku nggak bilang gitu."

" Tapi omongan kamu itu menuju kesana."

" Lantas kamu maunya apa?"

" Bagaimana jika kita pecat saja semuanya. Bisa bahaya jika itu terulanh lagi."

" Nggak mungkin juga sih."

" Bagaimana jika mereka ngelakuin itu lagi?"

" Gini ya, kalo mereka pergi siapa yang mau bakal kerjain ni rumah? Memangnya kamu bisa bersihin nih rumah besar? Nggak boleh ah, kamu itu udah lelah saat pulang kerja, apalagi kamu juga jarang di rumah."

" Tapi..."

" Nggak boleh baby."

" Bagaimana jika mereka..."

" Aku akan suruh mereka ngecek makanan kita dulu sebelum di makan."

" Kamu pikir ini drama kerjaan yang menyuruh pelayan mengetes makanan dulu?"

" Aku nggak ini kamu lelah dengan kerja di rumah, itu sebabnya aku kaya. Aku mau kamu ngerasa enak bersama aku, jika aku mau nih ya, aku bakalan larang kamu kerja di luar rumah juga agar kamu tinggal enak aja di rumah sambil bersantai. Tapi aku yakin kamu nggak bakalan tenang jika nggak keluar rumah."

" Iiii apasih." Pipi Sara memerah. ' itu sangat manis, sial, dia kenapa sih selalu bertingkah manis.' benaknya.

" Permisi tuan." Ucap sang pengawal yang baru masuk.

" Lo ngapain ke sini? Nggak lihat gue lagi sama istri gue?" Tanya Leo dingin.

" Maaf tuan, saya akan beritahu tuan nanti saja."

" Bicaralah, ada apa?" Tanya Sara.

" Tidak nyonya, saya harus segera pergi."

" Ah Lo nyembuyiin sesuatu dari gue kan?"

" Nggak nyonya, saya hanya..."

" Lo pergi deh." Usir Leo.

" Baik tuan."

" Kamu kok ngelarang dia buat ngomong?"

" Ya soalnya nggak penting."

" Kamu tuh mencurigakan banget." Sara menyipitkan matanya.

xxxxxxxxxxx

Saat Sara pergi ke minimarket untuk membeli sesuatu, Leo dengan cepat pergi ke ruang kerjanya dan membuka sebuah pintu di sana.

Itu lah tempat pribadinya yang langsung menuju ruang bawah tanah selain taman belakang di belakang pagar.

" Gue udah berapa kali bilang sama Lo agar nggak nemuin gue saat gue lagi sama istri gue! Lo dengerin gue nggak sih?"

" Saya minta maaf tuan, saat saya masuk tadi, saya tidak melihat nyonya Sara."

" Lo selamat hari ini. Namun jika Lo gulangin lagi maka Lo haru beri jantung Lo sama gue. Ngerti?"

Pengawal itu hanya menunduk lalu pergi dari sana.

Leo lalu mengambil sebatang rokoknya dan mengambil pisau bedah yang terletak di atas kain hitam.

Sembari menghisap batang rokoknya, ia dengan fokus membedah tubuh mayat wanita yang ada di hadapannya.

" Apa jantung emang kecil ya? Namun berguna juga sih." Leo menaruh jantung itu di nampang beralaskan kain putih. " Beri gue kacamata..."

" Tuan, nyonya Sara sudah datang dan mencari anda." Ucap sang pengawal memberitahu.

" Buka ini." Leo menaikkan kedua tangannya dan pengawal itu membuka sarung tangan Leo.

" Ada di mana dia?"

" Nyonya Sara ada di taman tuan." Jawabnya.

Leo dengan cepat membuka bajunya dan menggantinya dengan baju yang sangat baru. Sedang bajunya yang tadi ia bakar.

TO BE COUNTED...

1
Anita Jenius
Seru banget ceritanya.
aku baca sampai sini dulu ya.
5 like mendarat buatmu thor. semangat ya
Meihua Yap imut
jangan blng nanti suami sara lah pembunuh ayahnya, kalo benar kasian sara menerima kenyataan suami nya pembunuh yang ia cari
shookiebu👽
Wuih, seru abis!
Valentino (elle/eso)
cerita ini bisa bikin saya menangis! Tapi juga sukses bikin saya tertawa geli beberapa kali.
0-Lui-0
Ayo thor, kangen sama kelanjutan cerita yang seru ini! Update sekarang juga, ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!