Ini tentang Naomi si gadis cantik ber-hoodie merah yang dibenci ibu dan kakaknya karena dianggap sebagai penyebab kematian sang ayah.
Sejak bertemu dengan Yudistira hidupnya berubah. Tanpa sadar Naomi jatuh cinta dengan Yudistira. Pria yang selalu ada untuknya.
Namun sayangnya mereka dipisahkan oleh satu garis keyanikan. Terlebih lagi tiba-tiba Naomi divonis mengidap kanker leukimia.
Apakah semesta memberikan Naomi kesempatan untuk memperjuangkan cintanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gulla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Vano berencana untuk menemui Naomi. Gadis kecil yang telah merusak reputasinya. Ia ingin tahu
sampai mana persiapan garis itu hingga pertandingan mereka nanti.
Ketika Vano akan mengendarai motornya. Tiba-tiba seorang wanita mencegahnya. Vano mendesah melihat Cassandra menghampirinya. Mau apa lagi gadis itu?
“Vano aku boleh nebeng pulang?” Pinta Cassandra dengan suara manja. Ia berharap mendapat tumpangan dari cowok yang ditaksirnya.
“Nggak boleh, gue ada urusan.” Vano tidak suka diganggu apalagi didekati dengan orang yang sok
dekat dengannya. Semenjak ia putus dengan pacarnya banyak sekali wanita
yang berlomba-lomba mengejarnya. Jujur Vano risih.
“Aku nggak papa kok nungguin kamu sampai selesai urusan.” Cassandra berusaha keras agar bisa dekat dengan Vano. Ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan emas ini.
Vano diam tidak menjawab. Ia menyalakan mesin motor lalu pergi meninggalkan Cassandra
yang berdecak kesal. Cassandra mengutuk Vano dari jauh karena diabaikan.
Sialan! Baru kali ini Cassandra merasa di rendahkan.
Vano tersenyum dari balik helmnya. Hampir saja ia akan berurusan dengan wanita gila itu. Ia
masih waras untuk berhubung dengan Cassandra yang menurutnya aneh. Gadis itu terlihat munafik dan suka membanggakan kecantikannya. Justru hal itu membuat Vano jijik.
Motor yang dikendarai Vano bergerak menuju sekolah Naomi. Ia sudah tidak sabar bertemu domba kecilnya. Apalagi ia tahu ternyata gadis itu memiliki hubungan dengan
Yudistira. Vano sangat mengenal salah satu keturunan Pandawa tersebut. Mereka pernah satu sekolah dan kelas ketika SMP. Tentu saja ia sering
mengajak Yudistira bersaing, sayang Yudistira begitu kaku dan diam. Hingga Vano capek sendiri menggangu Yudistira.
Sekarang kita lihat apa Yudistira masih bisa diam disaat Vano menggangu Naomi?
****
Bunyi bel pulang sekolah berbunyi. Ketika Naomi bergegas hendak keluar kelas Nara menghadang. Naomi yakin tamannya itu hanya ingin menanyakan perihal Pandawa. Mengingat Nara begitu menyukai Sadewa. Kepala Naomi sampai
pecah setiap kali Nara bertanya. Jujur Naomi tidak tahu apa-apa mengenai Pandawa. Bahkan Yudistira yang sering membantunya Naomi tidak
mengenalnya begitu baik.
“Naomi pliss bantuin aku biar bisa ketemu Pandawa?”
“Pandawa atau Sadewa?” Nara cengengesan mendengar itu.
“Naomi pliss. Apalagi kamu bilang kalau kamu tinggal di rumah Yudistira aku boleh ya kapan-kapan main.” Naomi menghembuskan napas pasrah. Ia tidak tega-an orangnya.
“Oke besok aku bawa ke tempat Pandawa,” Nara tiba-tiba memeluk Naomi senang.
“Makasih sahabat terbaikku.” Kalau begini baru dibilang sahabat terbaik. Naomi menggelengkan kepala.
“Bye Naomi...” Pamit Nara sambil melepaskan pelukannya. Gadis itu melompat-lompat sambil berseru senang.
Naomi,melangkahkan kakinya kembali ke luar kelas. Ia berjalan menuju gerbang
sekolah. Ia yakin Yudistira telah menunggunya. Naomi memejamkan mata sebentar, jujur ia masih belum siap bertemu Yudistira. Apalagi tadi pagi
ia kaget ketika dimasukkan ke dalam grup WA Pandawa. Naomi sampai tidak
berani membaca pesannya.
“Apa kabar domba kecil?”
Naomi tersentak kaget melihat sosok Vano muncul dihadapannya. Pria yang,membuat hidupnya kacau. Mau apa lagi Vano kesini? Apa Vano ingin mengajaknya bertarung sekarang?
“Baik. Ada apa?” tanya Naomi dingin. Matanya menatap tajam Vano. Ia tidak ingin terlihat lemah meski ia adalah domba kecil tapi ia pastikan tidak akan bisa dimakan oleh serigala bodoh seperti Vano.
“Bagaimana persiapan buat balapan kita nanti?” Vano menyeringai, gadis ini nampak lebih cantik dari sebelumnya. Vano sedikit terkesan. Tapi sayangnya ia tidak suka anak kecil.
Belum sempat Naomi menjawab. Leo lebih dahulu datang melayangkan pukulan ke
wajah Vano, hingga tubuh pria itu limbung ke belakang. Vano tersadar dengan serangan dadakan itu. Baru saja ia ingin membalas Naomi lebih dahulu menengahi mereka.
“Ini sekolah jangan buat keributan disini!” Naomi marah karena kebodohan kedua orang itu. Ia sangat menyesal mengenal kedua orang bodoh tersebut. Kalau begini hidupnya tidak akan baik. Banyak siswa yang melihat ke arah mereka seakan ingin tahu. Jadi begini rasanya jadi pusat perhatian. Tapi dulu Naomi merasa biasa saja dilihat orang banyak ketika dipanggil
ke panggung sebagai juara umum.
“Minggir biar gua kasih pelajaran bajingan kecil ini.”
“Dasar banci bisa-bisanya ngajak cewek balapan! Dendam lu tuh sama gue bukan
Naomi. Jadi lepasin Naomi dari pertarungan omong kosong lu.” Vano berdecih menatap Leo penuh kebencian. Tangannya terkepal erat seakan
ingin menghabiskan Leo saat ini juga.
“NAOMI!!”
Suara teriakan membuat ketiga orang itu mengalihkan perhatian. Terlihat Yudistira datang membelah kerumunan menghampirinya. Naomi merasa dia seperti di drama Korea yang sering Cassandra tonton. Ada apa sih dengan
ketiga laki-laki ini? Naomi mengerjapkan matanya berkali-kali ia merasa di perebutkan oleh ketiga pria.
“She's mine."
Deg!
Naomi
tersentak, ia menatap Yudistira terkejut. Kenapa Yudistira mengatakan hal itu? Kemudian Yudistira menarik Naomi yang berdiri di antara Leo dan
Vano. Lalu membawanya pergi dari sana. Jantung Naomi berdebar begitu kencang ketika tangan Yudistira menggenggamnya erat.
“Hindari kedua kambing itu.” Kening Naomi berkerut ketika Yudistira mengatakan
itu. Ia baru sadar kalau kambing yang Yudistira maksud adalah Leo dan Vano. Namun hatinya masih bertanya tentang ucapan Yudistira tadi.
“Iya kak.”
“Lebih baik kita ke restauran. Naik!” Yudistira menyuruh Naomi untuk naik ke atas motor.
***
Cassandra terkejut melihat Naomi memasuki cafe bersama pria. Sialan adiknya itu pergi dari
rumah ternyata bersenang-senang. Pantas saja Naomi betah tidak pulang pasti dia melacurkan diri untuk mencari uang.
“Kenapa?” tanya salah satu teman Cassandra.
“Gue kayak liat adik gue.”
“Naomi maksud lo?” Lisna
tahu bahwa Cassandra begitu membenci adiknya. Cassandra iri dengan Naomi karena dulu Naomi lebih di sayang oleh ayahnya. Bahkan disaat ayah
mereka meninggal Naomi tetap menjadi kesayangan ayahnya. Itulah alasan
Cassandra juga menghasut ibunya untuk membenci Naomi. Bahkan memanasi
ibunya jika ayah mereka mati karena Naomi. Ia juga iri karena adiknya itu dianugrahi kepintaran yang lebih tidak seperti dirinya.
“Bentar gue pastiin dulu.” Cassandra bangkit mengikuti Naomi.
Ketika ia ingin masuk ke dalam dapur langkahnya dihentikan oleh salah satu pegawai disana. “Maaf
sebelumnya hanya pegawai cafe yang bisa masuk.”
“Gue cuma mau ketemu Naomi.”
“Naomi salah satu pegawai disini?” Jadi Naomi bekerja disini.
“Iya cewek kecil tadi yang baru aja masuk. Bilang ke dia gue mau ketemu. Kalau dia nggak mau
keluar siap-siap aja besok dia akan diseret ke rumah.” pegawai itu mengalah ia memanggil Naomi. Untungnya Naomi mau keluar. Ia takut
pelanggan itu akan membuat kekacauan.
“Bagus ternyata lu kerja disini.”
“Ada apa?” tanya Naomi to the point.
“Pulang kerumah.”
“Nggak akan, asal kakak tahu aku lebih bahagia dengan hidupku sekarang.” Percuma saja Cassandra berbicara pasti tidak akan mempan kecuali ibunya. Cassandra harus
memanfaatkan hal ini.
“Karena lu kerja disini berarti gue bisa makan gratis.”
“Aku disini kerja kak bukan pemiliknya.”
“Tapikan bisa dipotong pakai gaji. Atau kamu mau mama datang kesini dan menyeret kamu.”
Naomi mengeram marah mendengar itu. Kenapa hidupnya selalu dipenuhi dengan ancaman? Tidak
bisakah ia bahagia sedikit saja. Naomi lelah hidup seperti ini. Bahkan orang yang ia anggap keluarga saja tidak pernah menyayanginya.
“Bawa dia keluar! Jangan biarkan dia menginjakkan kaki disini lagi!” Yudistira tiba-tiba datang memerintahkan satpam menyeret Cassandra keluar dari cafenya. Ia pastikan
Cassandra tidak akan bisa memasuki cafenya lagi.
Kemudian Yudistira menarik Naomi ke dalam ruangannya untuk menenangkan diri. Ia tahu Naomi pasti sedih dengan perbuatan semena-mena saudaranya. Sekarang ia tahu
apa alasan Naomi keluar dari rumah. Pasti gadis itu sangat menderita hidup di keluarga yang toxic seperti itu.
“Semua akan baik-baik saja saya akan melindugi kamu Naomi.” Ujar Yudistira seraya memeluk gadis itu erat.
***