NovelToon NovelToon
Di Balik Layar HP

Di Balik Layar HP

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Iqbal Maulana

Dimas Ardiansyah, seorang pria dari desa yang merantau ke Kota Malang untuk bekerja. Ia bekerja di sebuah perusahaan ternama di kota tersebut. Namun, ia harus menyadari bahwa bekerja di perusahaan ternama memiliki tekanan yang jauh berbeda.
Ketika ia merenungi semua masalah dan melampiaskannya ke hp hingga senja tiba. Dimas yang akhirnya pulang ke kos tak sengaja bertemu seorang gadis yang sangat menawan hingga beban pada pekerjaannya hilang sejenak setelah melihat gadis tersebut.
Apa yang akan dilakukan oleh Dimas setelah ia bertemu dengan gadis itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Iqbal Maulana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Memulai

Maya menjalani hari-harinya di Yogyakarta dengan penuh kesibukan. Magangnya di perusahaan media semakin intensif, dan dia berusaha keras untuk memberikan yang terbaik. Namun, di balik kesibukannya, rasa rindu pada Dimas sering kali menghampiri. Suatu sore, ketika Maya pulang dari kantor, dia bertemu dengan seorang pria yang sedang berjalan kaki di arah yang sama. Pria itu tersenyum ramah dan menyapanya. "Hai, kamu baru pulang kerja juga?" tanya pria itu sambil mengimbangi langkah Maya. "Iya, baru selesai. Kamu juga kerja di sekitar sini?" jawab Maya dengan senyum kecil. "Yap, aku kerja di perusahaan media juga. Nama aku Arif Rahmat. Panggil aja Arif," pria itu mengulurkan tangannya.

"Maya. Ternyata kita satu kantor ya, kok aku baru lihat kamu?" balas Maya sambil menjabat tangan Arif. "Aku baru pindah ke sini minggu lalu. Lagi adaptasi nih, makanya jarang keluar kantor," jelas Arif sambil tertawa kecil. Mereka berjalan beriringan, berbicara tentang pekerjaan dan kehidupan di Yogyakarta. Maya merasa nyaman berbicara dengan Arif, dia sangat ramah dan mudah diajak bicara. "Eh, kamu biasanya pulang jam segini juga?" tanya Maya. "Iya, biasanya. Kamu sering lewat sini juga?" balas Arif. "Iya, kosan aku nggak jauh dari sini. Mungkin kita bakal sering ketemu," jawab Maya dengan tersenyum.

Hari-hari berikutnya, Maya dan Arif sering bertemu di jalan pulang. Mereka mulai sering berbincang dan Maya merasa bahwa Arif adalah teman yang baik. Namun, tanpa disadari, kedekatan mereka mulai mempengaruhi hubungannya dengan Dimas. Suatu malam, Maya sedang video call dengan Dimas. Namun, pikirannya melayang, memikirkan obrolannya dengan Arif tadi sore. "Sayang, kamu kok kelihatan melamun? Ada apa?" tanya Dimas dengan nada khawatir. "Eh, nggak kok, Sayang. Cuma capek aja habis kerja," jawab Maya mencoba tersenyum. "Kamu yakin? Kalau ada apa-apa cerita aja sama aku," balas Dimas. "Iya, Sayang. Aku cuma lagi banyak pikiran aja," kata Maya sambil menghela napas. "Kalo gitu, kamu istirahat aja dulu. Jangan terlalu dipaksain kerja terus," kata Dimas dengan lembut. "Iya, Sayang. Makasih ya udah ngerti," balas Maya dengan senyum kecil.

Hari-hari berlalu, Maya semakin sibuk dengan magangnya. Dia dan Arif semakin sering berinteraksi, bahkan mereka sering makan siang bersama di kantin kantor. Suatu hari, saat makan siang, Arif membuka topik yang membuat Maya sedikit terkejut. "Maya, kamu udah lama di Jogja?" tanya Arif sambil menyantap makanannya. "Baru sebulan sih. Kenapa emang?" jawab Maya sambil mengaduk nasi di piringnya. "Kamu betah di sini? Aku denger kamu dari Malang ya?" tanya Arif lagi. "Iya, aku dari Malang. Sebenernya aku lagi magang di sini, jadi belum tahu bakal lama atau enggak," jawab Maya. "Oh, gitu. Aku pikir kamu udah lama di sini. Jogja kota yang menyenangkan, ya?" kata Arif sambil tersenyum. "Iya, menyenangkan. Banyak tempat seru yang bisa dikunjungi," balas Maya.

Percakapan mereka terus berlanjut, dan Maya merasa semakin nyaman dengan kehadiran Arif. Di satu sisi, dia merasa bersalah karena mulai mengabaikan Dimas. Setiap kali Dimas menelepon, Maya sering kali terlihat terburu-buru dan kurang fokus. Suatu malam, Dimas menelepon Maya. Dia merasa ada yang berbeda dari sikap Maya belakangan ini. "Sayang, kamu kok kayaknya sibuk terus akhir-akhir ini? Kita jadi jarang ngobrol lama," kata Dimas dengan nada sedih. "Maaf ya, Sayang. Aku beneran lagi banyak tugas di sini. Tapi aku tetap sayang sama kamu," jawab Maya sambil mencoba menenangkan Dimas. "Ya, aku ngerti. Tapi aku cuma pengen kita tetap dekat meski jarak memisahkan," balas Dimas. "Iya, Sayangku. Aku juga pengen begitu. Kita coba lebih banyak komunikasi ya," kata Maya.

Meskipun Maya berjanji akan lebih banyak berkomunikasi, kenyataannya dia semakin sering menghabiskan waktu dengan Arif. Suatu hari, ketika mereka sedang pulang kerja bersama, Arif mengajak Maya untuk nongkrong di sebuah kafe. "Maya, gimana kalau kita mampir dulu ke kafe sebelum pulang? Aku tau tempat yang enak buat ngopi," kata Arif dengan antusias. "Boleh juga. Aku juga butuh istirahat sejenak," balas Maya sambil tersenyum. Di kafe itu, mereka duduk dan berbincang lebih banyak tentang kehidupan pribadi masing-masing. Maya merasa ada sesuatu yang berbeda saat bersama Arif, perasaan nyaman yang tidak dia rasakan selama ini.

"Arif, kamu udah lama tinggal di Jogja?" tanya Maya. "Baru setahun sih. Aku pindah karena kerjaan. Dulu aku di Bandung," jawab Arif. "Wah, jauh juga ya. Gimana rasanya pindah ke kota baru?" tanya Maya lagi. "Awalnya susah, tapi lama-lama jadi betah. Jogja itu kota yang ramah dan banyak tempat seru," jawab Arif sambil tersenyum. Percakapan mereka terus mengalir, Maya merasa waktu berlalu begitu cepat saat bersama Arif. Namun, di satu sisi, perasaan bersalah kepada Dimas semakin menghantuinya. Malam itu, Maya tidak bisa tidur. Dia memikirkan Dimas dan bagaimana perasaannya saat ini. Dia tahu, hubungan mereka sedang diuji dengan jarak dan kesibukan masing-masing.

Keesokan harinya, Maya memutuskan untuk menelepon Dimas lebih awal sebelum berangkat kerja. "Sayang, aku pengen kita ngobrol lebih banyak. Aku sadar akhir-akhir ini aku sibuk banget," kata Maya dengan suara lembut. "Aku juga kangen ngobrol lama sama kamu, Sayang. Gimana kalau kita video call malam ini?" jawab Dimas dengan semangat. "Boleh. Aku bakal usahain untuk nggak terlalu sibuk malam ini," balas Maya dengan senyum.

Namun, ketika malam tiba, Maya kembali terjebak dalam kesibukan kantor. Dia harus menyelesaikan tugas yang mendesak dan terpaksa membatalkan janji video call dengan Dimas. "Maaf ya, Sayang. Aku harus lembur lagi malam ini. Kita tunda dulu video call-nya," kata Maya dengan nada menyesal. "Ya udah, nggak apa-apa. Kamu fokus kerja aja dulu," jawab Dimas meski terdengar kecewa. Hari-hari berikutnya, Maya merasa semakin sulit membagi waktu antara pekerjaan, Arif, dan Dimas. Hubungannya dengan Dimas semakin renggang, sementara kedekatannya dengan Arif semakin erat.

Suatu malam, saat Maya dan Arif sedang duduk di kafe setelah kerja, Arif membuka percakapan yang lebih pribadi. "Maya, kamu udah punya pacar?" tanya Arif tiba-tiba. Maya terdiam sejenak, tidak tahu harus menjawab apa. "Iya, aku punya pacar di Malang. Namanya Dimas," jawab Maya dengan suara pelan. "Oh, maaf kalau aku ganggu. Aku cuma pengen tau aja," kata Arif sambil tersenyum kaku. "Nggak apa-apa, Arif. Aku senang bisa cerita sama kamu," balas Maya.

Mereka berdua terdiam sejenak, masing-masing tenggelam dalam pikirannya. Maya merasa ada perasaan yang mulai tumbuh dalam dirinya untuk Arif, namun dia tahu itu tidak benar. Beberapa hari kemudian, Maya menerima pesan dari Dimas yang mengajak untuk video call lagi. Maya merasa ini saat yang tepat untuk berbicara jujur tentang perasaannya. "Sayang, kita harus bicara serius malam ini," kata Maya saat menelepon Dimas. "Iya, Sayang. Aku juga pengen kita bicara dari hati ke hati," jawab Dimas dengan nada serius.

Malam itu, mereka berdua berbicara dengan hati terbuka. Maya menceritakan tentang kedekatannya dengan Arif dan bagaimana perasaannya yang bingung. "Sayang, aku nggak tahu harus gimana. Aku merasa bersalah sama kamu, tapi aku juga nggak bisa bohong kalau aku nyaman sama Arif," kata Maya dengan suara bergetar. Dimas terdiam sejenak, mencoba mencerna kata-kata Maya. "Aku ngerti, Sayang. Aku tahu hubungan kita sedang diuji. Tapi aku percaya sama kamu," jawab Dimas dengan suara tenang. "Aku juga sayang sama kamu, Sayang. Tapi aku nggak tahu harus gimana," balas Maya dengan air mata berlinang. "Maya, kita butuh waktu untuk berpikir. Kamu jangan terlalu keras sama diri sendiri. Kita coba untuk saling mengerti dan memberikan yang terbaik," kata Dimas dengan lembut. Maya mengangguk. "Iya, Sayang. Aku bakal coba untuk lebih terbuka sama kamu."

Malam itu, Maya merasa lega setelah berbicara jujur dengan Dimas. Meskipun masih ada keraguan, dia tahu bahwa cinta mereka akan selalu menemukan jalan. Hubungannya dengan Arif tetap profesional, dan Maya berusaha untuk menjaga jarak. Hari-hari berikutnya, Maya lebih fokus pada pekerjaannya dan menjaga komunikasi dengan Dimas. Mereka berdua berjanji untuk saling mendukung, meski jarak memisahkan.  Di satu sisi, Maya juga merasa bahwa Arif mulai memahami situasinya dan tidak lagi mencoba mendekatinya secara pribadi. Mereka tetap berteman baik, namun Maya merasa lebih nyaman setelah semua kejujuran yang terjadi.

1
jeju94
hai thor aku udah mampir nih semangat ya buat karya selanjutnya
Iqbal Maulana: oke makasi masih proses yg hembusan angin
total 1 replies
Durahman Kedu
sudah selesai apa masih terus nih.. ceritanya bagus...
Iqbal Maulana: sudah bikin karya kedua judulnya "Hembusan Angin" dengan cover cewek yg diselimuti dedaunan /Grin/
Durahman Kedu: oke.. bikin lagi gan... sukses selalu pokoknya
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!