Terjerat Tuan Muda

Rysta nampak menegakkan punggungnya, menautkan kedua jemarinya yang berada di atas meja.

Matanya menatap sopan ke pada sosok wanita di hadapannya.

Seulas senyum coba ia ukir untuk wanita di hadapannya itu, meski jelas kini hatinya kembali terluka tapi ia sadar...

tak ada satu pun hal yang salah pada kata kata atau bahkan keinginan wanita itu.

Semua yang di katakan ibunda Hose itu adalah suatu kewajaran.

Seorang anak memang tujuan utama dari sebuah pernikahan bukan....

Lalu di mana salahnya jika hanya itu yang diinginkan wanita baya di hadapannya itu.

Satu satunya yang salah di sini adalah dirinya.

Deritanyalah jika kenyataannya ia sangat sulit bahkan boleh di kata tak mungkin bisa memiliki seorang keturunan.

Sekali lagi, wanita cantik itu tersenyum, meski jauh di relung jiwanya terasa hambar.

" maaf nyonya, ada yang harus saya katakan tentang diri saya kepada anda.

Terima kasih karena anda sudah mau menerima saya yang seorang yatim piatu ini..." kata kata Rysta kembali terjeda,

Perubahan raut wajah di wajah wanita di hadapannya itu semakin membuat hatinya yakin untuk mengatakan yang sesungguhnya kebenaran tentang dirinya.

Raut wajah ibunda Hose itu sedikit terkejut juga ada raut kecewa di sana ketika mendengar kata yatim piatu.

" ya nyonya...saya adalah seorang yatim piatu.

Saya tumbuh dan besar di panti asuhan hingga saya dewasa.

Saya bahkan tak pernah tahu siapa kedua orang tua saya karena saya di temukan di depan pintu pagar panti asuhan " lanjut Rysta lagi.

Kini,

suara wanita itu tak lagi terdengar bergetar.

Suaranya telah kembali tenang setenang hatinya yang kini telah mantap mengatakan kebenaran tentang dirinya.

" saya tak pantas untuk putra anda, selain saya seorang yatim piatu saya juga memiliki sebuah kekurangan yang menjadikan saya sebagai seorang wanita yang tak sempurna "

" nak..." ucapan nyonya Narra terhenti dan beralih menatap kepada sang putra.

karena Hose bersuara dengan gerakan yang seolah menjadi kode yang ia berikan untuk wanita di sisinya itu.

" Rys...." bisik Hose pelan sembari menyentuh punggung tangan Rysta yang terpaut di atas meja.

Ia mengusap pelan punggung tangan wanita itu.

" ketidak sempurnaan saya membuat saya tak mungkin bisa melahirkan seorang cucu untuk keluarga anda " Rysta memotong perkataan wanita baya itu, sekaligus mengabaikan panggilan Hose yang seolah mencegahnya mengatakan kebenarannya.

Perlahan namun pasti Rysta menyingkirkan tangan Hose yang mengusap punggung tangannya.

Nyonya Narra semakin di buat terkejut.

" kenapa ?! " suara wanita baya itu dan terdengar gemetar.

" itulah kekurangan saya nyonya, mohon maafkan saya karena saya benar benar tidak dapat memenuhi harapan anda...." kata Rysta lagi.

" aku benar benar sangat menyukaimu nona Rysta. Dan jujur...aku memang berharap begitu tinggi dan besar kepadamu.

seperti yang sudah aku sampaikan kepadamu,

Hose adalah putra kami satu satu nya.

Hanya dia harapan kami....

Sungguh aku menyesal " kata nyonya Narra.

Wanita baya itu menatap lekat lekat kepada Rysta.

Dalam dan benar benar penuh penyesalan.

Sungguh...ia menyukai sosok wanita di hadapannya itu.

Namun, seorang keturunan itu juga penting untuknya.

" saya sangat mengerti nyonya, sungguh....saya turut berdoa. Semoga suatu hari nanti dan secepatnya Hose segera mendapatkan seseorang yang pantas untuknya dan bisa memberi cucu cucu yang lucu ke pada anda " Kata Rysta lagi

Seketika Hose yang duduk di sisinya menggeleng dengan wajah pucat.

Tubuhnya terasa membeku seketika.

" kenapa bicara seperti itu Rys, aku hanya mencintaimu bukan orang lain.

Aku hanya ingin dirimu dan tak akan pernah ada orang lain " terdengar suara Hose dengan panik

" tuan Hose, dengarkan ibumu.

Jangan egois dengan hanya memikirkan dirimu sendiri " ucap Rysta lagi

" aku lebih memilih hidup hanya denganmu meski tak ada seorang anak " kata Hose lagi.

Mata pria itu menatap penuh harap kepada wanita di hadapannya.

" Hose....!! " seketika nyonya Narra sedikit menyentak sang putra.

" terima kasih karena telah menerima saya " Rysta mengangguk hormat kepada ibunda Hose itu.

Kemudian ia beralih menatap kepada sosok pria yang kini duduk di sisinya dan tenagah menatapnya dengan dalam.

" maaf.... sekali lagi tolong maafkan aku.

Aku tak bisa bersama denganmu.

Permisi..selamat siang " ucap wanita itu kemudian.

Kedua kedua mata Rysta bertemu dengan kedua mata Hose, seketika ia merasa hatinya berdenyut nyeri.

Tak ia sangka, ternyata pria itu telah diam diam berada dalam relung jiwanya.

Rysta bangkit dari duduknya kemudian ia segera berlalu dari sana.

Jika tidak, ia mungkin tak bisa lagi menahan air matanya.

Karena matanya telah terasa panas.

Hose pun segera bangkit pula dari duduknya

" Hose..." panggil sang ibu

" uma, aku tak pernah meminta satu hal pun kepada uma.

Tapi kali ini ku mohon....

Biarkan aku menentukan pilihanku sendiri " pinta Hose dengan tatapan mata sendu kepada sang ibu.

" uma juga sebenarnya sangat menyukainya.

Tapi kau dengar sendiri..dia bahkan hanya seorang yatim piatu yang ia sendiri pun tak pernah tahu siapa orang tuanya.

Dia juga tak bisa memberi kamu seorang anak.

Hose dengarkan uma....

Cinta bisa hadir seiring dengan berjalannya waktu, cinta juga bisa hilang seiring dengan berjalannya waktu.

Namun kehadiran seorang anak akan bisa menjadi lem perekat di antara kalian nanti jika cinta itu mulai lengang di makan waktu.

Apa kau mengerti....?? " kata wanita baya dengan lembut.

" percayalah....jika Rysta adalah jodohmu, meski jarak memisahkan kalian, kalian akan tetap bersama.

Namun saat ini...ku mohon, beri kami yang terbaik.

Firma hukum ayahmu harus ada yang meneruskan.

Jika kau tak punya anak, bagaimana dengan usaha kami yang telah kami rintis bertahun tahun.

Sementara kau sendiri telah memutuskan profesimu sendiri.

Tolong....sekali ini juga, kasihani kami " kata Wanita baya itu sembari menangkup kedua tangannya di depan dada.

" uma...." Hose tak mampu berkata kata lagi

Memang benar, selama ini kedua orang tuanya yang berprofesi sebagai seorang ahli hukum tak pernah sekalipun memaksakan kehendaknya kepada dirinya.

Bahkan ketika ia lebih memilih menjadi seorang dokter orthopedy sekalipun, mereka tetap mendukung.

Hose menghela nafas.

Pria itu nampak kembali duduk dengan raut wajah yang penuh tekanan.

Rysta satu satunya wanita yang bahkan mampu menggetarkan hatinya sejak pertama mereka bertemu di kantor utama Group Tang dahulu.

Kesan tenang dan dingin wanita itu seolah mampu menghipnotis dirinya untuk selalu memperhatikannya.

Cukup lama ia hanya berani memperhatikan wanita itu karena intensitas mereka bertemu juga jarang.

Hingga akhirnya ia di beri kesempatan untuk bisa mendekati wanita itu meski sulit.

Lalu sekarang....

Apa ia benar benar tak lagi memiliki peluang untuk memiliki wanita itu ?!!

Hose masih larut dengan pikirannya sendiri ketika Rysta telah berada di loby apartemennya.

Dengan langkah cepat ia langsung masuk ke dalam lift.

Wanita cantik itu pun sampai di lantai unit apartemennya.

Segera ia melangkah keluar lift dan menuju apartemennya.

Ia memutuskan untuk tak kembali ke kantor lagi, hati dan pikirannya sedang kacau saat ini.

Ia ingin menenangkan diri sejenak.

Satu minggu lagi tugasnya di proyek yang di tangani Aresh selesai.

Ia akan segera kembali ke Tiongkok.

Rysta menghela nafas lega ketika ia telah sampai di depan unit apartemennya.

Segera ia membukanya,

Namun ketika ia hendak menutup kembali pintu apartemen itu, seseorang telah lebih dulu menerobos pintu yang hampir tertutup itu kemudian menguncinya.

Rysta melangkah termundur kebelakang,

Ia terperangah ketika seseorang itu telah mengunci apartemennya dan kemudian berbalik menatap kepadnya dengan sangat tajam.

" tuan muda Ed...." desis Rysta tertahan.

Edward melangkah maju mendekat kepada wanita di hadapannya itu dengan tatapan menghujam dan sangat tajam.

" berhenti di sana tuan muda Ed, jaga batasan anda " sentak Rysta.

Tanpa sadar, ia merasa gugup dan....

Takut....