NovelToon NovelToon
Nalaya: Antara Cinta Dan Sepi

Nalaya: Antara Cinta Dan Sepi

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Playboy / Diam-Diam Cinta / Harem / Angst / Bad Boy
Popularitas:17.9k
Nilai: 5
Nama Author: mooty moo

"Kak Akesh, bisa nggak pura-pura aja nggak tahu? Biar kita bisa bersikap kaya biasanya."
"Nggak bisa. Gua jijik sama lo. Ngejauh lo, dasar kelainan!" Aku didorong hingga tersungkur ke tanah.
Duniaku, Nalaya seakan runtuh. Orang yang begitu aku cintai, yang selama ini menjadi tempat ‘terangku’ dari gelapnya dunia, kini menjauh. Mungkin menghilang.
Akesh Pranadipa, kenapa mencintaimu begitu sakit? Apakah karena kita kakak adik meski tak ada ikatan darah? Aku tak bisa menjauh.
Bagaimana bisa ada luka yang semakin membuatmu sakit malah membuatmu mabuk? Kak Akesh, mulai sekarang aku akan menimpa luka dengan luka lainnya. Aku pun ingin tahu sampai mana batasku. Siapa tahu dalam proses perjalanan ini, hatimu goyah. Ya, siapa tahu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mooty moo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8 - Perasaan Gatal yang Tak Bisa Digaruk

Papa dan adik Akesh sangat jarang pulang, bisa dua tahun bahkan tiga tahun sekali. Namun pertemuan ini jauh dari kata menyenangkan. Papa dan mamanya tak akur. Sementara Akesh dan adiknya tak dekat karena nyaris tak pernah berkomunikasi.

Sebelumnya, Akesh selalu meminta ditemani Nalaya saat papa dan adiknya pulang. Beruntung, mamanya tak keberatan. Di situasi canggung ini, keberadaan Nalaya menghangatkan hatinya. Inilah alasan mengapa kemarin Nalaya menawarkan diri. Ia jelas tahu jika Akesh ragu apakah akan mengajaknya atau tidak.

Pertemuan ini biasanya hanya tiga hari, meskipun papa dan adiknya pulang selama seminggu. Namun setelah tiga hari, Akesh akan kembali ke kehidupan kampusnya.

Selama tiga hari itulah mereka menjalani rutinitas layaknya sebuah keluarga yang masih utuh. Makan malam bersama, sarapan di pagi hari, dan bercengkrama di ruang keluarga. Hanya suasananya saja yang membuat dada sesak. Seperti makan malam kali ini.

Nalaya dan Akesh sampai di rumah setelah magrib. Mereka cuci muka kemudian bergabung ke meja makan.

“Apa kabar papa dan adik?” Oh dia berbasa-basi.

“Kabar kami baik. Adikmu Caca punya lebih banyak teman sekarang. Ia disukai teman-temannya, mirip kaya papa. Kamu tahu, salah satu tujuan kuliah adalah menjalin relasi dan—“ Kalimat Sanjaya dipotong oleh Kaliya mantan istrinya.

“Oh itu hal baik. Tapi di dunia dewasa, kita cukup memiliki beberapa teman yang bisa diandalkan. Seperti Akesh ini. Kehidupan kampusnya cukup baik, dia juga sering juara debat bahasa Inggris.”

Mereka mulai memamerkan prestasi anak di bawah naungannya. Terkesan mengolok-olok anak-anak mereka, tapi sebenarnya tak seperti itu. Tasya memang mirip papanya, sedangkan Akesh mirip mamanya. Jadi yang sedang Sanjaya serang saat ini adalah Kaliya, bukan Akesh. Begitu pula sebaliknya.

Jika keadaan sudah seperti ini, Tasya akan menenangkan papanya, sementara Akesh membujuk mamanya.

“Caca udah punya pacar belum? Abang kamu udah punya lho,” Nalaya mencairkan suasana.

“Oh iya? Gue masih jomblo La. Kalau lo udah taken?”

“Tapi lo pasti banyak yang naksir kan di sana? Masak orang secantik dan sepopuler lo nggak ada yang ngedeketin?”

Gadis yang akrab disapa Caca itu tahu jika Nalaya sedang mengalihkan pembicaraan. Ia pun paham dan tersenyum tengil menanggapi orang yang seumuran dengannya itu.

“Nggak ada tuh? Kalau lo gimana?”

Rupanya ia masih ingin terus mencerca Nalaya daripada ia harus mendengar orang tua mereka bertengkar lebih jauh.

“Sebenarnya gue naksir orang, tapi dia lebih milih orang lain.”

Sekalian saja Nala memakan umpannya untuk menyindir orang yang duduk di sampingnya itu.

“Orang itu pasti seleranya buruk. Bisa-bisanya nggak naksir lo balik.”

Caca dan Nala pun tertawa terbahak-bahak seolah di meja itu tidak terjadi pertengkaran apapun. Dua orang tua itu sedikit malu karena bertengkar di depan anak muda.

Nala dulu sempat dekat dengan gadis cantik itu sebelum ia pindah ke Australis bersama papanya. Kulitnya tidak terlalu putih dan rambutnya yang berponi membuatnya terlihat imut.

Di sisi lain, Akesh melirik tajam gadis berkulit putih bersih di sampingnya itu. Nala sadar sedang ditatap namun ia menutupi groginya itu dengan terus membahas hal-hal random dengan Caca. Sadar akan hal ini, muncul ide dari kepala lelaki itu.

Lantas secara alami dan sangat halus, jemarinya menyisir rambut lurus Nala sampai ke belakang telinganya.

“Biar nggak ganggu lo makan,” singkat lelaki itu tanpa dosa.

Perbuatannya itu sukses membuat telinga Nala memerah. Membuat Akesh mengulum senyum dan melanjutkan makannya. Membiarkan wanita itu membatu beberapa detik.

***

Seperti biasanya, kali ini Nalaya juga tidur di kamar samping milik Akesh. Namun karena ia bertekad untuk memperbaiki hubungan keduanya, ia pun menyelinap ke dalam kamar lelaki itu. Ya meskipun ia tidak melupakan sopan santun seperti mengetuk pintu terlebih dahulu. Namun tetap saja ini tindakan rahasia yang mereka sembunyikan dari keluarga Akesh.

Saat ini posisi mereka tengah berbaring di ranjang, bersebelahan. Akesh memunggunginya. Sebenarnya hal ini sudah biasa ia lakukan dari dulu, namun semenjak lelaki itu berpacaran dengan Rachel, Akesh mengurangi keintiman atau interaksi fisik di antara keduanya. Lampu kamar mati, tapi masih ada cahaya yang masuk di celah-celah jendela.

Nalaya masih terus menatap punggung Akesh. Beberapa saat kemudian perlahan ia menyentuh punggung itu dengan telunjuknya.

“Kak Akesh belom tidur kan? Bisa kita mengobrol sebentar?”

Tak ada jawaban, tapi sejurus kemudian Akesh ikut berbalik. Mereka saling bertatapan.

“Nalaya lo suka sama gue?”

Deg. Kelopak mata Nalaya berkedip beberapa kali. Ia tersenyum. Bukankah diam bisa diartikan sebagai jawaban iya?

“Gue sayang sama lo sebagai adik.”

Nalaya tentu sudah tahu hal itu.

“Aku bakal berusaha bersikap kaya biasanya Kak. Bisa nggak hubungan kita kaya dulu?”

“Tentu bisa, tapi sekarang ada batas yang nggak boleh dilewati. Lo ngerti kan?”

Nalaya menganggukkan kepala. Setelahnya mereka berbalik, saling memunggungi lagi. Nalaya lega, tapi obrolan ini membuatnya sedih. Pasalnya meski seolah ia bisa melangkah maju, ia tak bisa menembus tujuan akhir. Ia diperbolehkan lanjut berjalan, tapi di pertengahan ia tahu kebahagiaan mungkin tak ada pada askhirnya.

Tapi bagaimana jika batas itu sudah mereka langgar beberapa waktu lalu?

***

Sinar matahari masuk ke celah-celah jendela, membuat Akesh yang tengah lelap tidur mengerjapkan mata. Tangannya meraba ke sebelah kiri, tapi kosong. Ia meraih hape untuk mengecek jam berapa. Ternyata pukul tujuh pagi.

Kamarnya berada di lantai dua. Ia menuruni tangga untuk mengecek keberadaan seseorang yang semalam tidur di sampingnya. Kosong. Ternyata semua orang ada di dapur.

Mamanya sedang menguleni adonan, sepertinya akan membuat kue kering. Papanya memasukkan adonan yang sudah tercetak di loyang ke oven. Memasak adalah salah satu hal yang bisa membuat dua orang tua itu rukun. Seolah itu adalah zona gencatan senjata mereka.

Akesh kadang bertanya-tanya mengapa keduanya tak menikah lagi padahal sudah berpisah belasan tahun. Ia memang tak mengerti bagaimana papanya menjalani kehidupan di Australia. Tetapi untuk mamanya, ia tahu betul jika Kaliya selama ini hanya fokus bekerja dan merawatnya.

Meski sudah berusia 43 tahun, Kaliya masih tampak muda dan cantik. Akesh bahkan yakin banyak yang tertarik dengan janda yang memiliki usaha di bidang tekstil itu. Sayangnya Kaliya tak terbuka kepada Akesh untuk urusan percintaannya.

Kabar bahwa banyak yang mendekati ibunya justru ia dengar dari orang lain. Namun Akesh tak mempermasalahkan itu.

Pandangan mata Akesh kemudian menuju dua wanita yang nampak seperti saudara kandung. Nalaya dan Tasya sedang mencetak kue yang telah diuleni ibunya. Adegan selanjutnya sudah seperti di sinetron saja. Keduanya saling menggoda dengan menaruh tepung terigu di pipi masing-masing.

“Cih, kaya anak kecil aja,” gumam Akesh.

Akesh kemudian berjalan mendekati mereka. Nalaya yang sadar dengan keberadaan Akesh pun menepuk-nepuk punggung perempuan di sampingnya. Memberi isyarat untuk menyapa sang kakak.

“Eh Kak Akesh, baru bangun tidur?”

Tasya bertanya dengan canggung. Setiap bertemu, Nalaya sudah berusaha menjadi jembatan agar keduanya bisa mengobrol dengan nyaman, namun ternyata masih susah. Akesh yang ditanya sang adik pun hanya berdehem.

“Belom cuci muka ya Kak? Sana cuci muka sama gosok gigi dulu, mandi juga boleh, ileran tuh,” Nalaya terkekeh menggoda Akesh.

Orang yang digoda pun berlagak cuek, kemudian kembali ke kamarnya untuk mandi. Saat menoleh ke belakang, ia melihat dua orang itu lanjut bermain tepung.

Setelah selesai mandi, Akesh menuju ke meja makan, tapi hanya ada kedua orang tuanya di sana.

“Tasya dan Nalaya ke mana Ma, Pa?”

“Ada tuh di taman belakang. Kamu susulin aja, nih sekalian bawa cemilan untuk kalian.”

Akesh menurut dan menuju ke taman belakang. Namun ternyata keduanya duduk di kursi tak jauh dari pintu belakang rumah. Secara otomatis Akesh berhenti, berdiri di balik pintu mengamati mereka.  Meski pelan, ia bisa mendengar apa yang mereka obrolkan.

“Jadi selama di Australia lo nggak pernah chat Kak Akesh?”

Tasya menggeleng pelan. Suasana jadi berubah. Nalaya juga menarik napas panjang.

“Padahal selama ini kita aja sering bertukar kabar.”

Akesh segera tersadar jika ucapannya semakin membuat Tasya sedih.

“Lo tenang aja Ca, gue kan udah janji bakal bantu kalian biar akrab. Gimana kalo ntar malam kita bertiga pergi ke pasar malem?”

“Ide bagus, La. Keren emang lo.”

“Nalaya gitu lho,” ucap Nalaya sambil jempol kanannya mengusap hidungnya, sombong.

Setelah mendengar jawaban itu, Tasya memeluk Nalaya. Sementara sang pria mengusap-usap lembut kepalanya. Di sisi lain, Akesh yang melihat pemandangan ini mulai gusar. Ada ada perasaan gatal yang tak bisa digaruk.

1
piyo lika pelicia
mampir yuk
piyo lika pelicia
1 iklan untuk mu
piyo lika pelicia
rasain siapa suruh buang berlian untuk setumpuk sampah
piyo lika pelicia
"Kalau ada
piyo lika pelicia
"Kenapa
piyo lika pelicia
1 iklan untuk mu
piyo lika pelicia
hih jijiks 😒
piyo lika pelicia
1 bunga untuk mu
piyo lika pelicia
hhh kasihan kamu camel
piyo lika pelicia
"Kemana saja
piyo lika pelicia
"Gini
piyo lika pelicia
1 bunga untuk mu
piyo lika pelicia
"Tujuan
piyo lika pelicia
sungguh capek karena pengangguran 🤣
Durrotun Nasihah
tahu....tahu....tahu ...
Durrotun Nasihah
akesh keren.../Drool//Drool/
mooty moo: 🌟🌟🌟🌟🌟
total 1 replies
Bilqies
typo kak
mooty moo: makasih kak🤭
total 1 replies
Bilqies
cemburu nih
Bilqies
semangat terus kak
piyo lika pelicia
1 bunga untuk mu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!